chap.18

321 36 46
                                    

Karena w kasian sama kalian dan kebetulan ada stok, nih ku up satu lagi deh.


(Comeback to me)


X

iao menyimpan kembali polearm miliknya, sebelum akhirnya pergi menemui lumine.

Dilain sisi, childe sedang memeluk lumine dengan erat. Gadis tersebut membalas pelukan childe sembari menangis sesenggukan.

"Apa yg harus kulakukan? Aku hanya ingin bersama kakakku, childe! Ingin bersama keluargaku satu-satunya!" Pelukan lumine pada childe semakin mengerat, sedangkan tangan childe masih senantiasa memeluk lumine erat. Menyembunyikan tubuh gadis tersebut dalam pelukannya.

"Aku tau, tapi caramu salah, lumine"

"Maaf, maafkan aku" ucap lumine sesenggukan.

Xiao datang dengan senyum yg mengembang diwajahnya. Sebelum akhirnya memudar secara perlahan saat ia melihat lumine berdua dengan childe. Berpelukan.

Tangan xiao mengepal. Berusaha menahan amarahnya. Childe melepaskan pelukannya pada lumine dan mencium bibir cherry gadis tersebut. Menyalurkan rasa aman dan hangat pada lumine.

Mata xiao memanas. Sebelum akhirnya cowo tersebut memutuskan untuk pergi dari sana.

Tubuh nara masih tergeletak disana. Dengan venti yg sudah terlebih dahulu datang disusul dengan zhongli.

"Seharusnya aku cepat sadar dan menghentikannya..." Sesal venti. Kepala nara kini berada dalam pangkuannya.

Zhongli terdiam. Ia merasakan kehilangan yg amat dalam pada lubuk hatinya.

Sejujurnya mereka berdua tak ingin kehilangan nara untuk yg kedua kalinya. Apalagi nara adalah sosok yg rela mengorbankan bahkan nyawa nya sendiri untuk menyelamatkan orang lain.

Kulit yg sudah pucat dan tubuh kaku. Luka sayatan disekujur tubuhnya dan luka tusuk diperutnya. Venti kemudian memeluk tubuh nara.

Beberapa detik dalam pelukan venti, tubuh gadis tersebut hancur, berubah menjadi serbuk emas yg berterbangan.

"Siapkan dirimu, venti. Kita masih ada rapat dengan dewa celestia" peringat zhongli saat ia melihat venti yg begitu terpuruk.

"Setelah apa yg ia lakukan, apakah kita memang harus menghukumnya?" Tanya venti, cowo pendek tersebut masih terduduk lemas.

Zhongli terdiam. Sebelum akhirnya sosok guizhong keluar dari polearm milik nara. Ini seperti apa yg sebelumnya diperingatkan oleh nara.

Sosok guizhong tersebut perlahan menangis.

"A-aku tak punya kuasa untuk menghentikannya, maaf, maafkan aku" kaki guizhong lemas, tak sanggup menahan beban tubuhnya sehingga ia terjatuh, namun dengan sigap ditangkap oleh zhongli.

Nara punya 2 pilihan ketika ia memutar kembali waktu. Jika ia tak mengubah masa depan, maka nara tak perlu mengorbankan sesuatu dan hanya perlu menunggu waktunya kembali pada waktu semula. Namun, jika ia mengubah masa depan, maka ia harus mengorbankan jiwa nya.

Dari awal, nara tau bahwa ia akan mati.

Zhongli menghela nafasnya. Ia mengeluarkan polearm miliknya dan mendekatkan polearm miliknya pada guizhong.

"Atas nama pemilik sebelumnya, sang dewi waktu, aku membuat kontrak denganmu sebagai tuan dan senjata"

***

Beberapa bulan berlalu setelah kepergian nara. Archon lainnya turut berduka cita atas kepergian nara. Berbeda dengan venti, cowo tersebut terus-terusan datang ke angel's share dan mabuk disana.

Tak hanya ketika malam hari, sekalipun itu siang hari, ia tetap akan mabuk.

Zhongli dan baal tak terlihat begitu terpuruk seperti venti. Namun sebenarnya mereka juga memendam sedih yg teramat dalam.

"Ah, tuan, ini almond tofu pesanan anda" ucap sang pelayan sembari menyajikan sebuah almond tofu dihadapan xiao.

Seperti biasa. Cowo tersebut akan memesan sepiring almond tofu dan memakannya diatap wangshu inn. Namun, perbedaan kali ini adalah, ia ditemani oleh lumine.

Mengingat pertemuan terakhir nya dengan lumine cukup tak mengenakkan, xiao tak begitu memperlakukan gadis tersebut dengan spesial, berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

"Jadi? Apa yg ingin kau bicarakan?" Tanya xiao pada intinya sembari memakan almond tofu miliknya.

"Xiao, tolong, berhenti lah membohongi perasaanmu dan berlari dari kenyataan bahwa kau menyukai nara" ucap lumine.

Xiao mengerutkan dahinya. Apa maksut gadis dihadapan nya ini?

"Aku tak menyukai na–"

"–kau menyukainya xiao! Kau menyukai matanya yg indah dan kau menyukai rambut ungu gelap miliknya!" Teriak lumine sembari menggebrak meja miliknya.

Xiao tertegun. Cowo tersebut baru sadar bahwa warna mata lumine berubah menjadi emas.

"Oh? Kau baru sadar? Yg kau cari adalah ketenangan dimata milik nara, xiao!" Lumine kembali menekankan ucapannya, masih dengan posisi berdiri dan menatap tajam xiao.

Untuk kali ini, xiao menyadari bahwa ia menyukai nara. Yg ia cari dari lumine adalah mata gadis tersebut yg mirip dengan nara. Ralat, yg dirubah menjadi mirip milik nara.

"Padahal kau selalu ada didekatnya... Kenapa kau malah berlari dari kenyataan bahwa kau menyukainya?"

Kali ini xiao dibuat bungkam oleh lumine. Ia menyadari bahwa ia merindukan senyum nara dan nada bicara lembut milik gadis tersebut. Nara selalu menyambut xiao dengan ramah, menjadi sumber kebahagiaan untuknya.

Lalu bagaimana ia bisa menjadi sebrengsek itu dengan berlari dari kenyataan dan menyakiti gadis tersebut?

"Apa kau tau? Hari dimana kau menerima duel dari nara. Itu adalah hari dimana aku ingin membunuhmu, jika saja nara tak menahanmu dan childe tak membujukku, mungkin kau tak ada disini sekarang"

Ini adalah bom yg diberikan oleh kenyataan. Ia sudah tak bisa lari lagi. Nara, menyelamatkan nyawa nya. Xiao bungkam, xiao merasa bersalah dan sedih. Ia juga merasa marah karena dirinya yg begitu brengsek.

***

Tungkai lunglai miliknya berjalan mengetuk jendela rumah yg ia tau tak akan berpenghuni. Namun ia masih berharap agar orang tersebut dapat membuka jendela dan mempersilahkannya untuk masuk.

"2 jam 20 menit"

Xiao membuka jendela kamar nara. Memasuki kamar gadis tersebut. Begitu menginjakkan kakinya disana, lembab dan debu lah yg ia rasakan pertama kali.

"Tidakkah kau sekali saja melihatku?"

Xiao berjalan keliling rumah yg sudah lama tak ia kunjungi tersebut. Tampak perabotan masih berada pada tempat semula. Terlihat sangat rapi.

"Yah, kurasa aku akan mati disini"

"Tidak..." Gumam xiao pelan. Kenangan akan nara perlahan berputar dalam ingatan xiao diikuti dengan ucapan nara yg bahkan xiao tak ingat bagaimana suaranya.

"Nah, kalau aku yg mati, apa kau akan marah dan berteriak seperti ini?"

"Iya" Ucapnya saat telah berada didepan foto nara yg dihias dengan banyak bunga layu dan lilin yg sudah mati.

Star -XiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang