may 2022

565 72 13
                                    

Happy reading.

Satu tahun sebelum kelulusan,

Sol A berjalan gontai ke ruang makan asrama sambil membawa banyak berkas tuntutan di kedua tangannya. Dirinya mendapati meja kosong di sudut dapur, dan berangkat menuju ke sana. Tumpukan kertas itu ia banting kuat di meja makan sehingga menimbulkan benturan yang cukup keras, beberapa mahasiswa lain yang duduk tidak jauh darinya menoleh, tapi dia bersikap acuh tak acuh. Sol A duduk sendiri di sana sambil meratapi dirinya yang ceroboh saat mengikuti kelas Hukum Konstitusi, dia menjawab asal kuis yang diberikan Prof. Jung. Pasalnya, Sol A tidak sempat belajar semalam, dia sibuk membantu klinik hukum yang diketuai Prof. Kim.

"Kasus perceraian dan penelantaran anak, bikin aku enggak tenang," kata Sol A, matanya menatap kertas bertumpuk di depannya. Kasus hukum yang ditangani Klinik Hukum Hankuk banyak berkeluh tentang perceraian dan anak-anak yang menjadi korban.

"Gimana kalau kamu belajar, biar aku yang tangani ini." Han Joon-hwi datang menghampiri dengan kebiasaan yang senang membantu Sol A dalam hal apapun. Selain membantu Sol A, dia juga sering menggoda teman belajarnya itu.

Sol A mendengus sebal. Han Joon-hwi selalu seperti itu, laki-laki itu selalu tahu cara membuat mood Sol A yang sudah rusak menjadi lebih rusak lagi.

Joon-hwi langsung mengambil tempat duduk di samping Sol A. Ia membuka notebook yang ia bawa, lalu meraih tumpukan kertas yang dibawa Sol A untuk ia kerjakan.

"Biar aku selesaikan ini sendiri."

Laki-laki itu tersenyum kecil, dalam pandangannya ada seseorang gadis yang menarik untuk ia ganggu. Beberapa bulan setelah kasus-kasus yang berkaitan dengan Hankuk selesai, Sol A banyak berubah, gadis itu nampak lebih tegas dan bijak saat menghadapi klien di klinik hukum. Tentu saja, selain karena dirinya sendiri, ada Prof. Yang dan Prof. Kim yang terus membantunya, dan Han Joon-hwi yang tidak pernah absen dari keseharian Sol A.

"Aku coba memahami kamu. Tapi nilai konstitusi kamu itu terlampau bu-

Sol A memotong ucapan Joon-hwi, karena dia sudah tahu kemana arah pembicaraan ini, "Buruk?"

Han Joon-hwi tidak bermaksud menghina Sol A, laki-laki itu malah berkeinginan untuk membantu agar nilai gadis itu setidaknya lebih meningkat dari sebelumnya.

"Dan teman kamarku, bagaimana hubungan kalian?" tanya Sol A tanpa menoleh ke Joon-hwi yang duduk di sebelahnya. Mata gadis itu terarah pada berkas tuntutan. Sedangkan Joon-hwi menatap aneh Sol A, pertanyaan itu seperti basa-basi. Karena tidak biasa ia membahas yang lain saat sedang berdua saja seperti ini. Han Joon-hwi mencoba untuk menghiraukan gadis di sampingnya.

Kelompok belajar yang beranggotakan tujuh orang, sudah mengetahui kalau Sol B menaruh hati pada mahasiswa yang lolos ujian pengacara tahap dua itu. Tapi dari Han Joon-hwi maupun Sol B tidak ada yang mau berkomentar tentang itu.

"Kenapa tanya ke aku, dia kan teman kamarmu."

Sol A mengubah posisi duduk dari yang terlalu maju hingga dadanya bertemu meja menjadi duduk tegak, lalu menoleh ke samping, ia melipat kedua tangannya di dada, "Kalian berpacaran 'kan?"

Han Joon-hwi berdecak, "Sudah aku bilang untuk lanjut belajar. Aku akan mengurus yang lainnya." setelah mengatakan itu, Joon-hwi memasukkan notebook miliknya ke dalam backpack. Ia membereskan semua berkas tuntutan yang ada di meja dan membawanya keluar dari ruang makan asrama.

"Sejak kapan Han Joon-hwi merasa tersinggung? Belajar dari mana?"
***

Sudah lama rasanya sejak Yu Seung Jae resmi keluar dari kampus dan mendapat peringatan permanen untuk tidak bisa lagi mendaftar jurusan hukum di kuliah selanjutnya. Tentu semua orang menyayangkan hal itu, tapi semua sudah berlalu, hukum tetap berjalan dengan semestinya.

Mr & Mrs Law (ft Law School) ON GOINGHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin