1 - Chika

3.1K 139 11
                                    


Warning!

Cerita ini akan lebih banyak scene vulgar/adegan dewasa. Bertemakan bxg dan gxg. Jadi sebelum lanjut membaca dan jika cerita ini tidak sesuai dengan minat Anda, segera cari cerita lain. Author tidak bertanggung jawab akan akibat yang ditimbulkan. Terima kasih dan cerita ini adaptasi dari ff milik Kak nopnop23_

Happy Reading

Selimut yang menutupi tubuh gadis itu tersibak sejak satu jam yang lalu, setelah seseorang di sebelahnya terbangun dari tidurnya dan lebih dulu bersiap - siap. Hari sudah terang, menunjukkan pukul 06.08. Dan sekarang seorang pria muda yang sejak semalam tidur di sebelahnya sudah berpakaian rapi. Memakai kemeja, celana denim hitam, dan sepatu slip on. Di tangannya melingkar jam Sevenfriday. Wangi parfumnya yang manly bisa memikat kaum wanita ditambah penampilannya yang mewah dan elegan.

Gadis bernama Chika itu membuka matanya. Ia meregangkan tangannya dan menguap. Ia sibakkan selimut tebal itu dan dibaliknya ia tidak memakai pakaian sama sekali alias telanjang bulat. Ia terduduk di tempat tidur empuk memandangi pria itu. Payudaranya yang bulat dan besar terpampang jelas. Ia biarkan pria itu memandangi tubuhnya.

"Udah mau berangkat?" tanya Chika.

"Iya. Kamu kalau masih mau di sini, lanjutin aja tidurnya. Jam dua waktu check outnya."

"Aku harus sampe rumah sebelum jam sembilan."

"Ooh, Papa kamu ya?"

Chika mengangguk lemah.

"By the way, semalem kamu hebat. Aku selalu kewalahan ngimbangin power kamu." Pria bernama Jo itu terkekeh, lalu berpindah duduk di tepi tempat tidur. Ia sibak selimut yang menutupi tubuh Chika dan pandangi tubuh indah yang semalam ia nikmati dan menjadi teman tidurnya.

"Om juga hebat. Badan aku masih pegel."

"Hahaha. Kapan - kapan kamu mau kan ketemu aku lagi?"

"Iya." Chika menganggukkan kepalanya.

"Aku udah masukkan jumlah uang untuk Papa kamu yang kamu minta di tas kamu. Aku lebihkan, sedikit kok. Buat jajan adik kamu. Sisa uang kamu, udah Om transfer. Nanti di cek ya?"

Chika menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis, "Terima kasih." Ia duduk mendekat ke Om Jo, mengecup pipinya.

"Chik."

"Iya?"

"Tinggalkan keluarga kamu. Om akan belikan kamu apartemen. Akan Om biayai hidup kamu. Jadi kita bisa bertemu lebih sering. Om serius." Om Jo menatap tajah wajah Chika.

Chika membuang arah wajahnya, nada bicaranya meninggi, "Andai orang tua brengsek itu sudah mati, aku akan nurutin kata - kata Om. Tapi aku punya adik dan masih butuh Papa untuk urusan sekolah," Mata Chika berkaca - kaca, menatap lagi mata pria dihadapannya.

"Maaf, kalau Om bikin kamu sedih," Om Jo meraih punggung tangan Chika dan mengusapnya. Lalu ia cium penuh kelembutan.

"Om selalu bikin aku seneng." Chika tersedu.

"Ya sudah. Om berangkat ya? Takut telat nanti nyonya rumah marah." Sebuah ciuman dihadiahkan ke Chika di kening dan kedua pipi.

"Sekali lagi terima kasih, Om."

"Hubungi Om kalau kamu perlu sesuatu." Om Jo mengangkat sebuah tas pria mewah. Ia memberikan gestur telepon di telinganya.

"Iya, Om."

Disempatkan melambaikan tangan sebelum Om Jo meninggalkan Chika sendirian di kamar.

Jeglek

Pintu kamar ditutup. Chika bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah meja makan. Tubuhnya dibiarkan tanpa sehelai benang dan duduk di sana. Ia mengambil semua roti dan donat dalam dus dari atas meja lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Di atas meja makan terhidang cukup makanan sisa semalam. Sebuah amplop putih tersemat di bagian depan tasnya. Ia membukanya karena tidak direkatkan lemnya. Chika menghitungnya.

Bidadari Badung 5 [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang