5 - Om Robi

1.5K 96 9
                                    


Makasih sekali lagi buat yang udah ngikutin ff ini, mau baca sampai habis, vote, dan komen.

Happy Reading

"Pah, Chika berangkat ya?" Chika mencium tangan Ayahnya.

"Kity juga berangkat dulu!" Gadis kecil itu merebut punggung tangan Ayahnya dari Chika lalu menciumnya.

"Kity hati - hati ya?" ucap Ayahnya.

"Iya, Ayah. Daaah."

Christy duluan keluar kamar dan memakai sepatunya di teras.

Chika mengelus rambut Ayahnya, "Ayah nanti mau kemana? Kalau Ayah butuh uang, Chika udah simpan di nakas," Chika menunjuk laci nakas, "...maaf ngga banyak, Chika hanya bisa kasih dua juta. Mudah - mudahan tips nant malem banyak." Suara Chika bergetar, ia menahan tangis.

Ayahnya tak bersuara. Bibirnya gemetar, matanya mulai berkaca - kaca. Ia menarik tangan anak gadisnya lalu memeluknya erat. Dan tumpahlah air mata orang tua itu. Air mata Chika yang bertahan di pelupuk akhirnya turun membelai pipinya. Tak ada kata - kata yang terucap. Air mata itu bagi Chika mengungkapkan banyak hal. Ia hanya berharap, di saat Ayahnya pulang kapanpun, dalam keadaan tidak mabuk. Ia benci perlakuan Ayahnya dalam keadaan itu.

"Chika berangkat ya, Yah? Kalau Ayah mau makan, udah Chika beliin di dapur." Chika mencium punggung tangan Ayahnya. Christy dan Mira sudah memanggil di luar. Ia cium sekali lagi kening Ayahnya lalu keluar dari kamar dan menghampiri Mira.

Chika dan Christy berangkat menggunakan ojek langganan mereka. Mira naik ojol terlebih dahulu. Ojek Chika harus men-drop Christy di sekolahnya, baru mengantarnya.

°°°

"Lo kenapa dah tiap sampe kelas tidur mulu?" tanya Mira sambil mengunyah telur gulung.

"Gue..fulang zam tighaa..." jawab Chika meracau, kepalanya berbantalkan tasnya. Ia menjawab sambil matanya tetap terpejam.

"Kenapa ngga cari kerjaan lain gitu?"

"Afaan..."

"Waiter cafe?" Mira mengedikkan bahu.

"Lha we weiter..."

"Ya yang ngga pulang jam tiga pagi, Chik."

"Duwetnya...hedean di klab taoo..."

"Iya sih. Tapi...ntar gue tanya - tanya sodara gue deh. Kali aja ada lowongan buat elo," papar Mira, ia memang selalu baik hati sama Chika, "...ada sih, kalo lo mau. Duit gede banget semalem," Mira mengetuk dagunya.

"Afa?" Chika membuka matanya sebelah.

"Ngepet!" Mira terkekeh.

"Syalan...lo zaga lilin.." balas Chika.

"Iya, demi elo gue rela."

Tangan Chika menepuk lemah lengan Mira. Dan ia terlelap lagi. Saat Mira sedang menemani Chika, seorang cowok masuk ditemani beberapa orang. Ia menghampiri Mira, memegang lengan Mira.

"Temenin gue makan yuk?" ajak cowok itu.

"Hah? Iya...iya...bentar," Mira melepas tangannya, ia tidak nyaman, "...Chik, gue ke kantin dulu ya?"

Chika menjempolkan tangan.

"Ayo, Drun," ucap Mira.

Cowok bernama Badrun itu menyentuh punggung Mira, lalu memegang bahu. Menatap mata Mira yang enggan melihatnya. Mira seperti terpaksa. Badrun sudah lama memang menyukai Mira, sering mengajak Mira jalan, makan, dan sebagainya. Satu kali penolakan tidak membuat Badrun menyerah supaya Mira mau menerima cintanya.

Bidadari Badung 5 [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang