v. five

610 125 60
                                    

♥︎₊˚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♥︎₊˚.

Beberapa saat yang lalu, ibunda [name] memberitahu jika gadis itu tengah jatuh sakit. Dan hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa Baji berada di sini sekarang. Di depan kediaman keluarga [surname]── bermaksud untuk menjenguk sang dayita.

Pintu cokelat dibuka sesaat setelah bel rumah ditekan. Sosok wanita yang memiliki paras seperti [name] namun versi lebih berumur menyambut kedatangan pemuda tersebut.

"Keisuke kun!"

"Selamat siang tante"

"Mari masuk~"

Baji mengekori wanita itu masuk ke dalam rumah. Tak lupa pula ia mengucap salam serta permisi sebelum nya. Hal wajib yang harus dilakukan ketika berkunjung ke rumah calon mertua. Ingat itu gesss!

"Bagaimana keadaan [name] tante?"

Rahara menghela nafas sejenak. Tangan dilipatnya pula dibawah dada. "Demam nya sih udah sedikit menurun. Tapi tante lihat, [name] gak berhenti nangisin sesuatu dari tadi"

Teruna mengernyit heran. "Nangis?"

"Iya, dia nangis sambil ngomong 'maaf! maafkan aku Baji khuunn~' gitu. Malah diulang ulang pula"

Baji tak tahu harus merasa cemas tentang [name] atau malah tertawa melihat nyonya [surname] meniru bagaimana suara anaknya yang menangis histeris.

"Tadinya tante mikir kalau kalian lagi bertengkar, tapi pas ngelihat kamu dateng nyamperin kayanya dugaan tante salah ya"

"Kita ga lagi bertengkar kok tante"

Jemari rahara tautkan pada dagu. Lalu dihelusnya pelan pula. "Hmm, coba deh kamu samperin aja langsung [name] di kamarnya"

Baji mengangguk lantas beranjak setelahnya. Sembari berjalan, ia menerka-nerka tentang apa yang menjadi alasan nangisnya seorang [Full name].

Seingat Baji, dirinya tak melakukan sesuatu yang menyakiti jelita. Ataukah mungkin ia tak sadar jika pernah melakukan sesuatu yang menyinggung sang kekasih tercinta? Tapi agaknya tak mungkin. Sebab kemarin malam saja mereka masih saling bertukar tawa.

Baji menghela nafas. Dan memutuskan untuk menanyakan nya nanti pada jelita.

"[name]?"

Vokal bariton itu memotivasi adiratna yang tadinya menunduk lesuh untuk segera berpaling menatap pintu.

Dengan raut sendu nya, ia menatap pemuda. "B-baji kun..."

Bukannya mereda, eksistensi teruna malah menambah isak sang jelita.

Baji panik. Lantas mendekat dan mendarat pada tepian kasur sang dayita. "Kok nangis?"

"Caca Cici Cucu sama Cece mati..."

Baji dibuat heran. Bukan hanya tentang isak gadis itu yang semakin menjadi-jadi. Kini nama-nama astral tadi pula ikut menjadi alasannya mengernyitkan dahi.

"Hah? Apaan tu?"

"Ikan"

Pemuda mendelik. "Ikan doang kok ditangisi"

"YA IYALAH! ITU KAN IKAN YANG KAMU HADIAH IN BUAT ULANG TAHUN KU! DAN SEKARANG UDAH MATI! AKU GA BECUS JAGA NYA!"

[name] sontak berteriak, tepat dihadapan sang pacar.

"Lha, aku pernah ngasi ikan?"

"Ih masa ga ingat? Jahat banget. Jadi tambah sedih nih"

Baji menarik [name] ke dalam pelukan nya. Lantas menghelus pelan pada pucuk kepala jelita.

"Cup cup cup~ jangan sedih. Udah takdir ikan nya mati"

"Tapi aku merasa bersalah banget sama kamu"

"Kamu ga salah apa-apa kok. Ini salah aku beli ikan yang umurnya pendek"

[name] menghentikan isak tangisnya lantas menatap heran pada Baji di sampingnya.

"Tapi kan kamu ga tau kalo ikan nya punya umur pendek"

"Tetap aja salah ku karena ikan pemberian ku bikin kamu sedih"

"Ga gitu konsep nya, Baji kun..."

"Ssssttt! Udah diam. Semua salah ku"

Habis sudah kesabaran [name].

"Lama-lama nyebelin yah ini orang!"

Ia hendak malepaskan pelukan Baji guna unjuk protes. Namun pemuda itu malah mengeratkan dekapannya.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Kalau kamu nangis sampai sakit begini bikin aku khawatir lho" Ujar Baji.

"Emangnya kenapa kamu khawatir?"

"Khawatir kalau besok kamu enggak sekolah lagi"

[name] mengernyit. "Lho memangnya kenapa kalo enggak ada aku di sekolah?"

"Kamu enggak tau aja betapa kesepiannya aku waktu makan siang di sekolah tadi ga ada kamu" dusta Baji yang pastinya berhasil mengundang kuluman jengkel dari sang jelita.

"Boong banget. Biasanya juga kamu makan siang sama Chifuyu"

"Nah itu dia permasalahannya. Tadi juga Chifuyu enggak masuk sekolah. Jadi kaya orang linglung aku pas makan siang"

"Kenapa dia ga masuk sekolah?"

"Mau bantu kucing lahiran katanya"

[name] mangut-mangut walaupun bingung. "Aneh banget, masa cuma bantuin kucing lahiran sampai ga masuk sekolah..."

Baji melepaskan dekapan mereka. Lantas menatap serius pada jelita setelahnya.

"Pokoknya besok kamu harus sekolah ya [name]. Awas kalau enggak"

"Iya, iya. Bawel banget" balas [name].

"Yaudah sekarang kamu makan, habis itu minum obat terus istirahat biar sehat lagi"

"Tapi ambilin makanan nya yaaaa?"

"Dih ngelunjak"

"Dih ngelunjak"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♥︎₊˚.

"Ngomong-ngomong [name], besok kita ulangan harian. Makanya kamu sekolah ya"

"Bilang aja alasan kamu khawatir aku enggak sekolah besok itu karena takut enggak punya contekkan"

"Hehe, tau aja"

─── :: 𝗯𝗼𝘆𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱, baji keisukeWhere stories live. Discover now