Start

74 6 3
                                    

Ini hanya cerita tentang seorang anak broken home yang tinggal jauh dari tempatnya dilahirkan. Cerita gadis yang baru menginjak usia dewasa namun sudah merasakan quarter life crisis. Seorang night owl karena selalu mengalami gangguan tidur. Pengidap insomnia parah, jam tidurnya tidak pernah teratur. Seorang dengan kepribadian yang berbeda di siang dan malam hari, bukan berarti pemilik kepribadian ganda, bukan. Hanya saja ia bisa sangat berbeda wataknya tergantung dengan suasana hatinya.

Winda, ia memutuskan untuk berkuliah di Malang selepas lulus SMA. Kala itu ibunya sebenarnya tidak menyetujui, mengingat Winda belum pernah bepergian jauh tanpa kedua orangtuanya. Namun melihat tekad kuat dari sang puteri semata wayangnya, sang ibu akhirnya pun luluh mengijinkan Winda merantau dari Semarang ke Malang.

Winda memilih tinggal di sebuah asrama khusus mahasiswa untuk menghemat biaya, mengingat harga sewa yang cukup murah. Ia tinggal di lantai 4B kamar no 25. Peraturan asrama adalah satu kamar harus ditempati dua orang. Winda dan seorang yang baru ia kenal, Gita atau biasa dipanggil Gigi. Gigi tinggal di asrama bukan karena alasan yang sama dengan Winda, melainkan karena Gigi sering terlambat bangun sehingga ia harus tinggal di asrama yang letaknya sangat dekat dengan kampusnya.

Kegiatan Winda selama di universitas hanya seputar kuliah, asrama dan sekretariat UKM. Ia mengikuti UKM sastra dan musik. Winda tertarik pada seni sejak kecil. Namun ia hanya menjadikan ketertarikannya sebagai hobi karena sekarang ia mengambil jurusan ilmu komputer. Sesuatu yang lebih menjanjikan di dunia kerja.

Meskipun Winda mengikuti kegiatan-kegiatan di luar kuliah, ia tetap merasa asing dengan dunia. Ia tidak benar-benar memiliki seorang teman. Bagaimana tidak, kalau dirinya saja lebih sering memilih me time seharian di kamar asramanya ketika teman-teman UKM mengajaknya untuk nongkrong atau hang out saat akhir pekan tiba. Me time adalah caranya mengembalikan energi. Baginya, akhir pekan adalah waktu yang seharusnya untuk istirahat atau untuk melakukan kesenangannya sendiri. Sudah cukup 5 harinya terkuras untuk bertemu dengan orang-orang.

Kondensasi uap air di permukaan tanah mengawali Agustus pagi di kota Malang. Matahari masih merah merekah di ufuk timur, langit tampak bersih tanpa awan, daun-daun masih basah oleh embun.

Gigi masih bergelung dengan selimutnya, apalagi pagi ini cenderung lebih dingin, tipikal musim kemarau. Siang panas terik namun malam hari hingga fajar udara akan lebih dingin. Winda sudah terbangun bahkan sejak sebelum subuh, menatap layar biru 18 inch di atas meja belajarnya. Mempelajari materi-materi yang dikirimkan oleh dosen di grup kelasnya, tipe-tipe anak beasiswa, harus belajar ekstra keras karena apabila nilai turun bisa mempengaruhi dicabutnya beasiswa tersebut.

"Ada kelas pagi, Win?" Gigi baru saja meregangkan otot-ototnya, masih di atas tempat tidurnya.

Tempat tidur mereka bertingkat, Gigi berada di atas, sedangkan Winda yang akhirnya di bawah.

"Jam 10 nanti. Kamu buruan beres-beres deh Gi, kan kamu yang ada kelas pagi." Gadis dengan rambut sebahu itu belum mengalihkan pandangannya dari laptop di depannya.

"Hoaamhhhh, males banget ya ampun. Kaya anak sekolahan deh kalau 3 hari berturut-turut dapet jadwal pagi terus."

Winda terkekeh mendengar keluhan Gigi. Ia beranjak dari meja belajar, membuat sarapan untuk Gigi selagi teman sekamarnya itu mandi

Apa yang mengesankan selama kuliah? Entah. Ia hanya merasa lebih hidup, bertemu dengan hal-hal baru yang tidak ia temui selama di Semarang.

Ayah dan ibunya memutuskan berpisah sejak Winda memasuki bangku SMP. Umur 13 atau 14 tahun, ia bahkan lupa kapan tepatnya. Ayah bekerja di sebuah pabrik sebagai supir mobil barang. Terkadang ayah baru akan pulang 2-3 hari. Sedangkan Ibunya adalah seorang guru TK, penuh kasih dan lembut sekali. Winda kecil tidak begitu paham dengan penyebab perpisahan kedua orangtuanya, namun melihat ayah yang sekarang sudah memiliki istri dan anak lagi, ia sedikit banayk mulai mengerti.

GREYOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz