Love at the first sight

38 8 4
                                    

Festival kampus baru saja selesai, UKM Sasmu tampil paling akhir dan mendapat sambutan meriah dari mahasiswa baru maupun penonton yang lain. Gigi juga berjanji untuk menonton penampilan Winda dan ia sudah menunggu di stand UKM Sasmu.

"Ih, keren banget kamu tadi Win." Gigi memeluk Winda hangat. Winda hanya mengulas senyum dan memperkenalkan Gigi di depan teman-teman UKMnya.

"Ini Gigi, temen sekamarku. Dan Gi, ini Ital, Sena sama Kevin."

Mereka saling berjabat tangan dan mengulas senyum. Setelah acara selesai, Winda ingin langsung pulang dan istirahat. Bertemu banyak orang di tempat ramai seperti ini menguras energinya terlalu banyak. Namun Ital menahannya. Mereka akan makan bersama dengan para pengurus UKM Sasmu yang lain. Akhirnya Winda dan Gigi pun turut bergabung bersama mereka.

"Musim kemarau kaya gini enak banget nih buat muncak." Celetuk Bara, si ketua UKM yang merupakan satu tingkat di atas mereka. Mereka tengah duduk di sebuah cafe sederhana tidak jauh dari kampus. Sambil menyantap makan malam, mereka mengobrol santai.

"Bener banget Bang, ayo lah kita agendain. Mumpung nggak ada program kerja besar dalam waktu dekat ini." Balas Sena menyetujui.

"Yaudah, nanti gue ajakin temen-temen dari Jakarta juga deh. Ke Semeru ya. Yang deket dari sini." Kevin mengangguk dengan semangat mendengar rencana kakak tingkatnya itu.

"Nanti list aja di grup siapa-siapa yang mau ikut. September akhir deh ya, untuk tanggal tepatnya nanti kita diskusiin lagi." Imbuh Bara.

"Cewek boleh ikut nggak Bang?" tanya Ital, ia ingin sekali ikut, tapi jujur saja tidak percaya diri karena belum pernah mendaki sebelumnya.

"Boleh dong, ngapain nggak boleh? Lagian ada kita-kita yang bakal jagain." Balas Sena, Bara mengangguk sebelum menyahut, "Bisa, nggak masalah dia pemula atau udah sering naik, yang penting nggak manja aja."

"Ikut yuk Win." Bisik Ital kepada Winda yang duduk di sebelah kirinya. Dari tadi Winda dan Gigi hanya diam mendengarkan.

"Nggak deh Tal, kamu tau sendiri aku nggak ada pengalaman muncak."

"Ih, nggak apa-apa tau. Kan tadi bang Bara bilang nggak masalah kalau masih pemula." Bujuk Ital.

"Nanti deh aku pikirin lagi. Gigi mau ikut nggak?" tanya Winda kepada teman sekamar yang duduk di sampingnya itu.

"Mau banget Win, buat pengalaman kan aku nggak pernah muncak gitu sebelumnya." Gigi terlihat sangat tertarik dengan ajakan itu.

Winda menghela nafas berat, kalau dipikir-pikir ia memang jarang bepergian untuk sekedar jalan-jalan dengan teman-temannya. Mungkin ini saat yang tepat, lagi pula ia juga sangat menikmati hal-hal yang berhubungan dengan alam gitu.

***

Mereka berenam berada di kos Bara sore itu, menunggu rombongan dari Jakarta, sahabat Bara katanya.

"Mereka baru sampai stasiun, lagi on the way ke sini, kalian mending cek-cek lagi barang bawaan. Kalau ada yang kurang biar bisa segera dibeli di sini." Bara membeeri intruksi.

Setelah menunggu hampir 30 menit, sahabat Bara pun datang. 1 perempuan dan 3 laki-Laki dengan tinggi yang berbeda itu sampai di depan kos dengan pagar hitam yang langsung di sambut hangat oleh Bara.

"Sini bro, istirahat dulu aja. Masih jam segini, udah pada makan?" Bara langsung mempersilakan tamunya masuk ke ruang tamu kos. Ketiga laki-laki itu membawa carrier yang cukup besar.

"Ini rombongan gue dari sini, adek-adek tingkat sih. Kenalan dan ngobrol-ngobrol aja dulu kalian, gue gofoodin makan dulu." Lanjut Bara.

Mereka pun saling berkenalan. Laki-laki dengan tubuh mungil bernama Dion, yang lebih tinggi beberapa senti adalah Cakra dan yang paling tinggi di antara ketiganya bernama Chandra, sedangkan perempuan dengan rambut panjang yang cantik itu bernama Airin.

GREYWhere stories live. Discover now