27| Jatuh Cinta

463 93 1
                                    

"Kayaknya.. gue udah jatuh, deh. Jatuh cinta."- Agisa

***

"Put, kita emang udah tahu lo punya hubungan sama Gisa. Tapi bisa nggak, biasa aja?"

Fika mengintrupsi ketika aku dan Putra lagi makan bareng di kantin siang ini.

Sejak kemarin aku bilang kalau aku udah bilang ke sahabat-sahabatku dan Mama bahwa aku dan Putra pacaran, Putra nggak menutup kegembiraannya. Dan sejak tadi Putra nggak segan untuk menunjukkan perasaannya padaku. Sedikit geli sih. Tapi liat Putra yang terus senyum lebar buat aku nggak tega kalau menegurnya.

"Gue nggak ngapa-ngapain loh, Fik. Kok lo mendadak sensi?" Putra menjawab.

"Dari tadi lo itu terus bawa Gisa kemana-mana. Biasanya kalau lagi jam kosong itu Gisa sama gue loh." Balas Fika menuntut.

"Lo cemburu sama gue?" Balas Putra dengan wajah tak enak.

Aku yang mendengarnya pun langsung mendengus. "Apaan sih, jangan lebay, deh."

"Lo sama Putra tuh yang lebay. Pacaran aja sombong." Julid Fika.

"Lo kenapa sih, Fik?" Tanya Putra lagi. "Gisa kan sekarang punya gue." Lanjut Putra posesif membuat aku dan Fika langsung memutar bola mata, kesal.

"Put, gue masih punya Mama Papa gue, loh." Ujarku mengingatkan. Enak aja.

"Ya, bukan begitu juga, Gis."

"Udah ah, gue males sama kalian." Fika cemberut dan langsung berteriak saat melihat Zaki dan Ijal berjalan memasuki kantin, "Sini!"

"Adeuh, lagi siang gini makin panas ngeliat orang pacaran." Zaki langsung berkicau dan duduk di sebelah Fika sedangkan Ijal memilih duduk di sebelahku.

"Habis darimana, Ki?" Putra menyapa.

"Ngerokok. Btw, seneng ya sekarang udah go publik?" Zaki terkekeh. "Pantes aja, akhir-akhir ini si Putra suka ngelirik ke belakang mulu, ternyata lagi ngecengin si Gisa."

"Ki, please jangan mulai." Ujarku menahan kesal. Aku tahu, bakal berlanjut kemana percakapan ini.

"Si Gisa lagi berani-beraninya ngebohong ke kita. Kita tahu lo pacaran sama Putra juga nggak bakal digimana-gimanain kok sama kita." Fika ikut mengompori.

"Nggak gimana-gimana apanya? Dari kemarin kalian julidin gue mulu!" Ujarku esmosi.

"Gis, sabar, Gis." Putra menenangkan. "Sorry, ya. Kita nggak ada maksud buat nyembunyiin ini kok. Cuman waktunya aja belum tepat." Putra mencoba menjelaskan dengan tenang.

"Emang kalian kapan jadiannya?" Tanya Zaki memulai introgasi.

"Sebulan yang lalu mungkin."

"Lo kok bisa sama si Gisa, sih?" Pertanyaan Fika membuatku langsung melempar kacang yang sedang aku makan. Sumpah, mulut orang-orang di sekelilingku itu kenapa sih?

"Gisa gemesin soalnya."

Jawaban Putra langsung membuat Fika dan Zaki pura-pura muntah sedangkan Ijal yang daritadi duduk di sebelahku cuman diam aja sambil sibuk main ponsel.

"Put," mendadak wajah Zaki serius, ia bersedekap dan menatap Putra intens. "Walaupun si Gisa banyak kurangnya, tapi dia sahabat gue. Sekarang gue mau lo jawab jujur, lo nggak main-main kan sama Gisa?"

Aku menatap takjub pada Zaki. Si Zaki nggak lagi kesurupan kan? Kok omongannya bisa bagus gitu.

Putra tersenyum, "Gue nggak suka mempermainkan suatu hubungan, Ki. Lo bisa percaya ke gue, sahabat lo bakal aman."

Persona | Seri Adolescence ✅Where stories live. Discover now