I'm Not Him

463 57 20
                                    

Ma, i'm not him

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ma, i'm not him.

-Haruto-

-


Haruto melangkahkan kakinya di koridor kelas sepuluh pagi itu sembari menggenggam tali tas ranselnya. Kepalanya sedikit menunduk menatap lantai dengan sorot redup.

Haruto mengerjap, menghela nafas pelan, mempercepat langkah menuju kelas.

"Haruto!" seseorang memanggil, kemudian Haruto bisa melihat kedua sepatu yang melangkah di sampingnya.

Haruto menarik nafas sejenak menguasai diri lalu menatap orang itu.

"Oi, dari mana?" tanya Haruto menyahut dengan ekspresi seperti biasa.

"Biasa, ngantin." ucap orang itu dengan senyum "btw, selamat atas kemenangan lo di basket kemarin. Gila lo keren banget!"

Haruto menipiskan bibir "Iya, makasih." ucapnya lalu memalingkan muka.

"Oh, ya, kata Bu Jennie lo bingung mau nampil apa pas perpisahan kelas 12 nanti. Jadi patner gue mau nggak?"

"Hm?" Haruto kembali menatap orang itu dengan satu alis terangkat.

"Jadi gini, rencananya gue mau nyanyiin lagu stack it up buat perpisahan, tapi.. engap dong kalau sendiri. Makanya, gue lagi nyari orang buat nyanyi bareng gue. Lo bisa ngerapp-kan? Kalau lo mau, lo bakal bawain bagian yang itu."

Haruto mengerjap sekali, "Ohh, itu, gampang-lah. Lo tentuin harinya aja kapan kita latihan."

"Jadi setuju nih?!" tanya orang itu dengan wajah merekah. Haruto mengangguk.

"Aduhh, lo emang temen gue banget dah!" ucap orang itu dengan senyum lebarnya.

Haruto memalingkan muka, dia membuang nafas pelan diam-diam berusaha tetap seperti Haruto saat di sekolah.

Jangan sampai ucapan sang Mama pagi ini mempengaruhi moodnya.

*

Waktu itu cepat berlalu tergantung bagaimana kamu mengambiskannya. Seperti Haruto yang sudah bermalas-malasan, tapi kenapa waktu tetap berjalan cepat ya?

Baru saja dia merasa menginjakkan kaki di sekolah untuk belajar. Eh, sekarang sudah waktunya pulang.

Haruto menaruh dagu di meja dengan kepala sedikit menyandar pada lengan kiri. Dia menatap malas pada orang-orang di sekitarnya yang berjalan ke pintu kelas untuk pulang.

Kenapa ya orang-orang senang sekali ketika bel pulang berdering? Haruto jadi heran.

Karena, dibanding merasa senang Haruto justru merasa tidak suka.

ABANG : The Best Person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang