~Tujuh~

17 5 0
                                    


"Adekmu itu loh, selalu saja bawa anak orang ke rumah. Yang di bawa selalu beda lagi, kalau Ayahmu tau,yang dimarahi kan Bunda juga. "
Bunda mengumpat kesal dengan kebiasaan anak bungsunya itu.

"Wajarlah, Bun. Namanya juga ABG, masih suka gonta-ganti cewek. "
Celetuk Farid kemudian mengganti channel televisi yang ditontonnya.

"Wajar pie toh,gapapa kalau ceweknya berhijab dan Falah mau serius menikahi dia. "
Ujar Bunda kemudian duduk di sofa ruang keluarga menemani Farid.

"Gak boleh lah, Bun.Yang menikah harus aku dulu,Falah kan masih SMA. "
Timpal Farid menyambar camilan di toples yang ada di depannya.

"Terserah kamu,yang penting jangan main-main sama perempuan. Kalau suka, ya langsung di seriusin.Gak usah main-main. "
Bunda tampak kesal mengingat Falah yang kemarin pulang dengan teman perempuannya.

"Assalamu'alaikum"

Ucap seseorang dari balik pintu rumah.

"Wa'alaikumussalam"
Jawab Bunda sembari berjalan membukakan pintu.

"Oh kamu, Fawwas. "

Fawwas kemudian meraih tangan Bunda dan mencium punggung tangan Bunda.

"Maaf Bunda, Fawwas pulang malem. Tadi ada praktek di Rumah sakit. "

"Iya, gapapa. Ya sudah ayo masuk. "
Ajak Bunda kemudian mengunci pintu.

"Oh ya, Ayah dimana Bun? "
Tanya Fawwas tampak mencari di ruang keluarga hanya ada Farid yang sedang menonton televisi.

"Di ruang kerjanya. "
Jawab Bunda kemudian duduk kembali di sofa ruang keluarga.

Fawwas berjalan menuju ruang kerja sang Ayah, ruang pribadi yang khusus di buat untuk menyelesaikan pekerjaan kantor dari rumah.

Tok Tok Tok!

"Masuk."

Fawwas masuk kemudian duduk di sofa samping sang Ayah yang masih berkutat pada laptopnya.

"Fawwas, kebetulan kamu kemari. Ayah ingin menunjukkan sesuatu padamu."

Abbas kemudian berdiri dan mengambil ponsel yang sedang di charger di atas lemari tempat berkas-berkas penting.

"Ayah ingin menjodohkan kamu dengan putri dari sahabat Ayah, ini foto dia bersama Papanya,Pak Adnan namanya.Kami berdua sudah merencanakan perjodohan ini sejak kamu berusia 17 tahun. "
Abbas menunjukkan foto seorang gadis dan seorang pria paruh baya yang ada di ponselnya.

"Selain cantik, baik, dia juga seorang gadis yang cerdas. Ayah sudah mengenalnya lama."
Sambung Abbas sebelum ditanggapi oleh Fawwas.

"Sepertinya Aku pernah bertemu dia, Yah. "
Fawwas tersenyum mencoba mengingat-ingat beberapa minggu lalu ketika dia bertemu gadis yang disebutkan Ayahnya itu.

|Flashback On|

"Saya Zahira, yang waktu itu bersama ibu Fazila di stasiun.
Saya mohon,Saya menginginkan buku itu, untuk referansi."

"Memangnya tidak ada buku yang lain? "
Fawwas menjawab dingin.

"Anda bisa melihat sendiri kan. Buku itu hanya satu dan__"

|Flashback Off|

"Fawwas, kamu pernah bertemu dengannya?"
Abbas menyadarkan Fawwas yang masih tersenyum mengingat kejadian beberapa minggu lalu.

"Iya, Yah.Fawwas pernah bertemu dengannya. "

"Syukurlah kalau begitu.Dia sekarang masih kuliah di sini,tidak satu kampus dengan kamu?"
Abbas mencoba mengingat-ingat tapi nihil.

ILUSI dan MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang