Mungkin kesukaanku ini sama dengan seseorang yang sempurna itu. Menyukai hal yang tidak berguna; langit, laut, bulan, dan bunga. Keempat elemen itu sekarang ada di depan mata dan membuatku bahagia. Bagaimana tidak saat memandang jendela lebar dari lantai 5 ini aku sudah mendapatkan semua. Pemandangan lautan biru luas, bulan di langit yang gelap, dan vas bunga mawar merah muda di sebelah ranjang yang sedang wangi-wanginya.
Inilah hidup seorang Sea sekarang. Hidup tenang di sebuah apartemen lantai 5 di kawasan Jakarta Utara. Pilihan Papa jatuh ke tempat ini karena sesuai keinginanku, punya tempat tinggal yang menyenangkan nan indah pemandangannya. Sepertinya Papa mulai menjadi orang tua yang baik dengan mengabulkan keinginan anaknya.
Meski Papa juga yang telah menghancurkan hidupku dengan gelontoran harta berlimpah tanpa bekerja. Aku tak diizinkannya kembali terbang di dunia airlines. Bahkan awalnya aku tak diziinkan tinggal sendirian di sini. Namun, aku ngotot tak mau merepotkan banyak-banyak. Ingin hidup mandiri dan bebas mengatur sesuka hati.
Akhirnya, Papa dan Mama menyerah. Namun, tidak semudah itu. Langkahku kembali menjadi pramugari dihalang-halangi Papa. Dia menelepon semua relasinya di perusahaan airlines agar menolak lamaran seorang Sea Rose Sophia. Sekejam itu demi hidup nganggur anaknya. Marah, ya, kesal dan tentu saja tak berdaya. Akhirnya, hingga dua kali musim penghujan aku nganggur menghabiskan pesangon dari Sky Airlines plus uang saku Papa. Antara enak dan jadi beban keluarga.
Telah dua tahun kuhabiskan hidup dengan bersyukur, meski kadang mengutuk kebosanan. Dua tahun yang lalu di hujan pertama musim penghujan aku bangun dari tidur yang panjang. Rasanya baru kemarin meski telah ratusan hari berlalu. Rasanya baru kemarin aku menjadi Hana dan merasakan cinta Gavin.
Ah, tersebut juga nama itu. Sesak dan panas, antara bungah dan merasa berdosa. Bagaimana kabarnya? Apa mata itu masih sedih? Tidaklah, dia sudah bahagia dengan Hana yang kembali normal. Pasti sekarang mereka sudah punya anak yang lucu dan melupakanku. Buat apa mereka mengingat kenangan pahit semacam Sea? Tidak perlu, ya!
Bagaimana denganku, masihkah ada desir berdosa itu? Tidak, ya, kadang masih ada dan tidak. Berusaha keras melupakannya dengan memandang pria lain, tapi tetap membandingkan dengan Gavin dalam hati. Bodohnya, Gavin menjadi pria idamanku sampai saat ini. Tak ada yang sebanding dengannya dari pria-pria yang kutemui.
"Bodoh!" kutukku pada diri sendiri lantas menghempas kursi kecil di dekat jendela. Kuraih mug cokelat panas dari meja kecil di tepinya. Menyeruput pelan dan rasa manis itu menjalar cepat ke lidahku. "Enak, tapi nggak seenak minuman tentara itu. Beli di mana, ya?"
Kenanganku kembali ke imukal, minuman khas tentara yang dikenalkan Gavin saat itu. Rasanya sangat enak dan meresap ke ingatanku. Tak ada minuman yang dapat menyamainya meski aku mencari di kafe-kafe mahal. Benda itu pun tidak dijual bebas, jadi aku hanya bisa membayangkan rasanya. Masa iya aku menghubungi Gavin hanya untuk membeli imukal miliknya?
Antara konyol, cari perhatian, dan mencari gara-gara. Untuk apa aku merusak hal yang sudah kembali? Mau dia tahu tentangku atau lupa sekalipun, itu bukan urusanku! Lagipula Instagram milik Gavin sudah deactive sejak aku sadar, dua tahun yang lalu.
Sepertinya, dia hanya ingin fokus pada hidup nyatanya. Dia tak ingin memikirkan tentang dunia maya karena sibuk mengurusi rumah tangga - Hananya saja. Sudah jelas, sudah pasti dan aku tak perlu sibuk memikirkan itu lagi. Oh, ayolah Sea, lupakan Gavin segera! Dia bukan milikmu, okay?
Akhirnya, kukendurkan lagi napas ini. Sebab ingatan tentang Gavin membuatku patah hati berujung nyesek. Tekadku harus kuat, mengubur dalam-dalam perasaan itu. Fokus pada kehidupan dan cita-cita. Berhenti memikirkan lelaki milik wanita lain. sekali lagi aku bukan pengganggu laki-laki orang.

ESTÁS LEYENDO
Hai, Sea! (End/Complete)
FantasíaPicture by Fanspage Dear Diilireba (IG) Edited by: Canva. Designed by: Nayla Salmonella Dipublikasikan pada : 21 Mei 2021 Bercerita tentang tiga orang manusia bernama Gavin, Hana, dan Sea. Ketiganya tiada benang merah kecuali Gavin dan Hana yang mer...