8. Megumi and cat

970 130 16
                                    


Saat merasakan napas Yuuta di telinganya, Megumi terdiam, tapi kepalanya langsung mendongak ketika kakak kelasnya bertanya lagi, matanya bertemu dengan tatapan khawatir Yuuta.

"Kau tidak apa, Megumi ?

"Apa?" Megumi membalas, emosi membuncah di dadanya dan sesak terasa di tenggorokannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya tapi ini sangat melelahkan. "Maaf aku terdiam sesaat tadi, senpai. Itu tidak akan terjadi lagi."

Jari-jari Yuuta mengerat di lengannya dan menariknya lebih dekat sehingga jarak mereka hanya tersisia beberapa senti.

Detak jantung Megumi meningkat. Apa lagi ini ?

"Megumi............" Yuuta menatapnya lama, ekspresi pria itu berubah menjadi sesuatu yang tidak dikenali Megumi.

Megumi bisa merasakan rona merah yang mulai menjalari wajahnya karena kedekatan mereka. Lengannya terasa terbakar di tempat Yuuta menyentuhnya. Dia semakin menyadari seberapa dekat kakak kelasnya berdiri dari panas yang bertambah disekitarnya

Mungkin jarak mereka saat ini hanya tersisa dua inci dan berada sedekat ini dengan kakak kelasnya membuat Megumi menyadari perbedaan ukuran tubuh dan tinggi mereka. Dia merasa kecil, sama seperti saat dipeluk oleh pria itu di pertemuan pertama mereka.

"Ah maaf ......aku mencengkrammu," Yuuta berkata tiba-tiba dan melepaskannya sebelum mengalihkan pandangan ke luar. "Kau tidak apa-apa, Megumi ?"

'Maaf'. Itu kata-kata yang walau sudah didengar Megumi dari kakak kelasnya berulang-ulang, dia tetap bisa mendengar kesungguhan didalamnya. 

"Tidak apa, senpai," katanya, berusaha menghilangkan emosi yang bergejolak di hatinya. "Aku tidak apa-apa."

"Bagus-" Yuuta menarik napas dalam-dalam, satu lengannya terlipat di depan dadnya, tindakan yang mulai dikenali Megumi sebagai sikap khas pria itu ketika sedang panik. Tapi panik tentang apa ?

Megumi menatap tajam ke pepohonan diluar sebentar untuk menenangkan diri sebelum melemparkan senyuman untuk menenangkan kakak kelasnya. "Aku benar-benar tidak apa, senpai. Jadi jangan khawatir."

Yuuta menghela napas lega. Dia memberikan senyuman khasnya yang biasa. "Maaf, maaf. Aku membuatmu khawatir ya?"

Megumi memutar matanya, melangkah mundur untuk menjauhkan jarak diatara mereka. "Kenapa Yuuta berpikiran aku tidak ? Senpai kan kakak kelasku."

Yuuta memasang muka bersalah lagi. "Maaf, karena membuatmu khwatir dan memberimu masalah terus. Tentang memaksamu menjadi pacar pura-puraku juga."

Megumi menghela napas panjang.

"Kenapa memaksa ? Yuuta sudah meminta izin " Dia berkata dengan senyum terlembutnya, ingin tertawa saat melihat muka kakak kelasnya yang cengo melihat itu. "Lagipula aku tidak menolak kan ?"

Yuuta melihat adik kelasnya berbalik dan berjalan ke kasir setelah itu. Dia hanya diam membeku, melihat Megumi yang menjauh darinya.

Dia baru melihat adik kelasnya tersenyum beneran kan ?

Dia tidak bisa menghentikan matanya untuk melihat tubuh Megumi yang menjauh. Dari rambut hitamnya, punggung mungilnya dan turun terus sampai pantatnya yang semok, membuatnya mengingat saat pantat itu berada di pangkuannya.

Sial.

"Oh, Yuuta!"

Matanya terangkat untuk menemukan Megumi melihat dari balik bahunya. Dia benar-benar berharap bahwa adik kelasnya tidak tahu apa yang sedang dilakukan olehnya.

[BL] Pacar Pura-PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang