Part 10

8.1K 524 12
                                    

Happy Reading !!!
Jangan lupa tinggalkan jejak vote atau komen kalian yah para readers, jangan lupa follow @penaeni juga.

❤❤❤

Jangan takut,
Sebab tangan ini yang akan melindungi mu,
Jika kamu menangis,
Maka tangan ini yang akan Menghapus air mata mu,
Jangan bersedih,
Sebab tangan ini yang akan membuat mu bahagia,
Dan tangan ini pula yang akan membalut luka mu,
Tersenyum lah dan bahagia lah,

~Luciro~

❤❤❤


Hening sejenak semenjak Luciro menyatakan di hadapan Kris, bahwa aku adalah tunangannya, raut terkejut terlihat jelas di wajahnya, ah aku puas sekali melihat raut wajah itu, namun aku belum puas jika dia dan keluarganya belum hancur, aku tersenyum culas.

"Sayang" Aku memanggil Luciro dengan menekankan kata "sayang" kulihat mimik terkejut Luciro menoleh kearah ku.

Sebenarnya entah mengapa kala kata itu meluncur begitu saja dari bibir ku tak ayal membuat jantung ku berdetak lebih cepat.

"Lebih baik kita pergi, jangan membuang waktu untuk orang yang suka membuang berlian demi batu kali" Ucap ku lembut, namun kata ku tajam menyindir Kris, nampaknya ia merasa tersindir sehingga wajahnya merah padam, tangannya terkepal erat hingga otot tangannya terlihat

Namun aku tak perduli, lekas ku gandeng tangan Luciro untuk segera pergi dari hadapan Kris, sebenarnya aku sudah muak dengan wajahnya yang sok tampan itu, aku bergegas mengajak Luciro masuk ke mobilnya.

Mobil sport lamborghini putih melaju meninggalkan Kris yang masih melihat ke arah kami dengan tatapan marahnya, aku hanya melihat dari spion, mengamati lamat-lamat wajah marah itu.

"Ini baru permulaan Kris, dulu kau juga sering meninggalkan ku seperti ini, di tambah lagi wanita yg kau bawa adalah Carla saudara ku, nikmati saja rasa sakitnya perlahan" Gumam ku dalam hati sambil tersenyum tipis.

"Ada hubungan apa kamu sama Kris Orzon? " Tanya Luciro memecahkan lamunan ku

"Ngak ada hubungan apa apa"

"Oh ya? "

"Memang kenapa, kalau aku ada hubungan dengannya? "

"Ngak apa, jika kalian ada hubungan, ya kita batalin aja pertunangannya" Jawab Luciro enteng

Reflek aku memandangnya, tak habis fikir dengan jalan fikirannya, itu mulut enteng banget bilang "batalin pertunangan"

"ck, aku ngak ada hubungan apa pun sama tuh bajingan"

Dengus ku jengkel, ku palingkan wajah ku ke arah jendela, entah mengapa mendengar ia akan membatalkan pertunangan segampang itu, di sudut hati ku sedikit nyeri agaknya rasa tak rela menghampiri, tak ku pungkiri bersama Luciro aku merasa lebih nyaman dan aman, bersamanya pula aku dapat menjadi diri ku sendiri mengekpresikan rasa yang aku punya.

Setelah percakapan itu Luciro hanya diam, ia fokus menyetir 20 menit kemudian kami sampai di sebuah mall yang berada di tengah pusat kota Jakarta, kami turun dari mobil lalu berjalan memasuki mall, aku hanya mengikuti langkah Luciro, setelah sampai di tempat tujuan, sapaan pelayan toko ramah menyapa kami

"Selamat datang di toko kami tuan dan nyonya, ada yang bisa saya bantu"

Dengan senyum ramahnya memandang ke arah Luciro yang asik melihat beberapa cincin yang terpajang di sana

"Tunjukan saya model cicin couple terbaru"

"Ini tuan berbagai model yang terbaru"

Pelayan toko itu mengeluarkan beberapa cincin dengan model berbeda dan unik, aku pandang Luciro yang nampak antusias, terlihat mata binar sekilas nampak dari sorot mata tajam Luciro yang sedang melihat cincin itu.

"Ini bagus ya" Tanyanya antusias, aku mengerutkan kening sedikit heran dengan ke antusiasannya memilih cincin buat pertunangan kami, memang cincin yang Luciro pilih menarik perhatian ku karena modelnya yang simpel serta bisa di tulis nama kita di dalamnya dan bentuknya yang unik apalagi mendengar bahwa sang pembuat cincin hanya mengeluarkan satu model ini saja.

"Ya pilih itu saja bagus"

"Sini coba dulu" Luciro menarik tangan ku lembut dan memasang kan cincin itu ke jari manis ku, ada glanyeran aneh kala tangan hangat Luciro menyentuh kulit ku.

"Cocok kok, pilih ini saja mbak"
Ucapnya datar.

Huft... aku menghela nafas menghadapi sikap Luciro yang berubah-ubah tak ayal menguji kesabaran ku dan menguras sedikit tenaga ku.

Setelah memesan cincin aku mengikuti langkahnya lagi tanpa bertanya, terserah saja ia mau mengajak ku kemana.

Tak lama kemudian, kami berhenti di sebuah tempat makan yang berada di dalam mall, ia memesan makanan tanpa meminta pendapat ku dulu, aku pun tak perduli dengan makanan yang ia pesan toh aku juga tak suka pilih makanan, aku memilih fokus ke gadget yang aku pegang mengecek email yang di kirimkan Ana, tak lama para pelayan mengantar pesanan kami ah tepatnya pesanan Luciro.

Namun setelah aku lihat menu yang berjejer di meja, aku sedikit tak percaya bahwa menu makanan yang Luciro pesan adalah makanan favorit ku, aku memandang Luciro yang tengah asik memakan makanannya, entah sengaja atau memang selera kita yang sama.

"Aku memang tampan sampai kamu memilih menatap ku dari pada menyantap makanan mu"

Aku melongo terkejut dengan tingkah Luciro, ternyata pria ini punya jiwa narsis yang selangit.

"Jangan narsis"

Ucap ku sambil memutar mata jengah, lalu aku mulai menyuapkan makanan dalam mulut ku, rasa yang menggoda lidah

"Pelan-pelan ngak ada yang mau rebut makanan mu"

Aku mengabaikannya karena mulut ku sedang penuh dengan makanan, rasa lapar membuat ku lahap menyantap hidangan di meja ini

"Kamu makannya kayak anak kecil ya"

Dengan muka datar dan tatapan yang tak bisa aku artikan, tangannya menjulur mengusap bibir ku

Deg...

Lagi debaran itu muncul, kala tangan luciro menyentuh bibir ku, mata kami bertemu, terdiam beberapa saat, seperti waktu yang berhenti berputar, pandangan itu seolah menenggelamkan ku ke samudra

Entah siapa yang tersadar lebih dulu, ia menurunkan lagi tangannya, ia menunduk melanjutkan makan yang masih tersisa

"Ma-makasih"

Ucap ku gugup, ini baru pertama kali aku di perlakukan selembut ini oleh pria selain kakek Danzo, dan ini jantung entah mengapa ngak mau berdetak dengan sewajarnya

"Habis ini mau lanjut jalan atau ke kantor dulu? " akhirnya setelah hening beberapa saat pertanyaan itu keluar juga dari mulut ku

"Kamu ketagihan ya jalan sama aku?"

Aku mendengus, memang berbicara dengan pria dingin ini menguras tenaga dan emosi ku.

"Enak aja aku kan cuma nanya" Jawab ku ketus

"Kalau masih mau jalan ya ngak papa, tapi ganti dulu sepatu kamu sama yang ini" Sambil menyerah kan sebuah sandal, aku memandangnya tak suka, masak iya jalan ke mall pakai sandal rumahan

"Kaki kamu lecet masak ngak ngerasa perih dari tadi jalan juga udah pincang gitu" Aku terperangah dengan ucapannya

"Lecet" Gumam ku sambil menunduk ke arah kaki ku.

Bersambung......

PEMBALASANNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ