Part 36

4.6K 359 6
                                    

Entah mengapa dekapanmu membuatku semakin nyaman lalu tenggelam dalam rasa hangat yang mengalir sampai ke ulu hati,

💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫

Arabelle mengerjapkan mata kala kesadaran mulai menghampirinya, ia melihat sekeliling ruang yang ia tempati, betapa terkejutnya dia bahwa ia telah tidur di ruang asing, ruangan yang sama sekali tak ia kenal.

[ Ini dimana? ] Batin Arabelle sembari masih mengamati isi ruangan itu, ruangan yang di dominasi dengan warna abu-abu dan putih sangat jelas bahwa pemiliknya adalah seorang pria, sedang tatanan barang yang tersusun rapi dan bersih menandakan bahwa sang pemilik sangat menjaga kebersihan ruang ini.

Perlahan Arabelle ingat bahwa sehabis bertemu dengan ibundanya, Arabelle bergegas kesini lalu memeluk Luciro dan menangis kencang dalam dekapannya lalu berakhir tidur di pelukannya.

Ah betapa malunya ia sejarang, mengapa ia tak pulang saja setelah bertemu Maria, mengapa ia harus memilih menghampiri Luciro, konyol ini benar-benar konyol mau di taruh di mana mukanya nanti ketika berhadapan dengan Luciro.

Bisakah ia menghilang sekarang agar tak bertatap muka dengan Luciro, dan itu berarti kini ia sedang ada di kamar Luciro di lihat dari tatanan ruangannya yang banyak buku yang tertata rapi di rak, mungkin ini ruang pribadi Luciro lalu di mana Luciro berada saat ini, Arabelle mulai melihat sekeliling mencari sosok yang ia cari namun nihil tak ada Luciro di ruangan ini hanya ia sendiri di atas kasur king size berseprei warna biru muda bergambar awan.

Arabelle meraba nakas untuk mengambil gadgetnya dan lagi-lagi ia terkejut kala melihat jam yang ada di handphonenya menunjukkan pukul 7 malam, itu artinya Arabelle sudah tidur dari menjelang sore sampai malam tiba, kini perutnya mulai lapar minta di isi.

"Sudah bangun" Suara bariton lelaki yang sempat ia cari keberadaannya terdengar menyapanya, Luciro berjalan ke arah sofa ia mendudukkan badannya ke sofa yang ada di ruangan ini, perlahan tangannya menaruh bungkusan yang berisi makanan untuk ia santap bersama Arabelle.

Arabelle menunduk malu dan diam-diam ia melirik ke arah Luciro, melihat tingkah Arabelle yang menggemaskan Luciro hanya menggeleng.

"Kamu tidak lapar? Sini makan dulu" Luciro melambai ke arah Arabelle meminta sang wanita untuk duduk di sampingnya. Arabelle turun dari kasur dan berjalan ke arah sofa lalu duduk di sofa yang agak jauh dari Luciro.

"Jauh banget sih dudukmu, sini deketan kita makan bareng" Perintah Luciro, perlahan tangannya lincah membuka bungkusan makanan dan menyodorkannya ke hadapan Arabelle setelah memastika Arabelle memakan makanan itu baru Luciro membuka bungkusan yang ke dua dan langsung menyantap makanannya.

Arabelle makan dengan lahap seolah ia ingin menambah energi yang sudah terkuras habis untuk menangis tadi siang.

"Pelan-pelan ngak ada yang mau merebut makanan mu" Luciro mengusap bibir Arabelle yang belepotan, Arabelle sempat terkejut dengan gerakan Luciro yang tiba-tiba, perhatian kecil yang Luciro berikan mampu membuat tubuh Arabelle menegang sesaat, hatinya menghangat dan jantungnya berdebar kala tak sengaja mata mereka bertemu.

Setelah Arabelle berhasil mengendalikan dirinya ia mulai mengunyah makanannya sambil melirik Luciro diam-diam, wajah tampan Luciro membuat makan malam Arabelle kali ini sempurna, jika di sodorkan dengan makanan yang tidak enak pasti akan terasa enak jika makannya sambil memandang wajah tampan lelaki yang ada di hadapannya.

Luciro yang tau bahwa diam-diam Arabelle meliriknya hanya membiarkannya saja, Luciri maklum dengan tingkah Arabelle pasti saat ini ia tengah malu karena teringat kejadian siang tadi.

Luciro diam saja dan menahan diri untuk tidak bertanya atau membahas masalag siang tadi ke Arabelle, mungkin nanti kalau Arabelle siap dengan sendirinya ia akan bercerita, namun Luciro yang sudah tau garis besar permasalah tadi cukup ikut merasa sedih melihat Arabelle yang menangis histeris seperti tadi.

Pasti wanitanya ini sangat sedih dan amat turluka dan Luciro akan selalu berusaha ada di sampingnya, menjadi sandaran wanitanya ini untuk menangis dan melepaskan penat lalu ia akan menghapus air matanya dengan jemari tangannya.

Hanya itu yang bisa Luciro lakukan untuk saat ini, mensuport dan menjadi tempat bersandar kalau perlu ia akan menjadi kekuatan Arabelle agar ia mampu melewati semua permasalahan yang tengah ia hadapi.

Setelah Arabelle menghabiskan makanannya, Luciro menyodorkan air minum untuk Arabelle, Arabelle pun menerimanya dan tampa menunggu lama ia meminum air itu hingga tandas.

"Sudah kenyang? " Tanya Luciro, Arabelle hanya mengangguk.

"Baiklah mari kita pulang sudah malam"

Tanpa menunggu jawaban Arabelle Luciro bangkit membersihkan bungkus makanan yang tergeletak di meja bekas mereka makan tadi lalu membuangnya di tempat sampah, setelah itu Luciro mengambik kunci mobil lalu berjalan keluar kamar pribadi itu. Arabelle hanya mengekor tuampa mampu mengekuarkan seoatah kata.

Setelah berada di basemant Arwabelle dan Luciro masuk mobil, setelah memastikan Arabelle memakai sabuk pengaman perlahan Luciro memacu kereta besinya meninggakkan gedung bertingkat tempat Luciro bekerja.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di mansion kakek Danzo, Arabelle turun dari mobil tanpa menunggu Luciro, Arabelle bergegas naik kekamar sedang Luciro memasukkan mobilnya ke garasi, setelah mobil terparkir Luciro menaiki tangga untuk menuju kekamarnya.

Belum juga sampai ke atas Luciro sudah mendengar sang kakek memanggil namanya, terpaksa ia mengurungkan niatnya untuk ke kamar, ia memilih menghampiri sang kakek, pasti kakek Danzo akan membahas masalah Arabelle dan Maria.

Bersambung...

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang