Aku baik-baik saja

7 0 0
                                    

Math tidak bisa fokus selama pelajaran berlangsung. Dia terus teringat Aya. Bel istirahat berbunyi. Math dan teman-temannya beranjak keluar kelas. Sebentar lagi adzan Dzuhur, mereka berjalan menuju masjid.

Usai shalat Dzuhur berjamaah, Math dan teman-temannya menuju kantin untuk makan siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Usai shalat Dzuhur berjamaah, Math dan teman-temannya menuju kantin untuk makan siang. Belum sampai kantin, Math melihat Ardhita membuang sesuatu. "Lan, Ki, Ri, Mi, lo pada duluan aja ke kantin, gue nyusul" Math menepuk bahu Ari yang berada dekat dengannya. "Kebelet lo?" Tanya Helmy. Math tak menjawab, segera menghampiri Ardhita.

"Tunggu!" Seru Math. Ardhita berhenti, menoleh. Math menatap benda yang hampir di buang Ardhita. Topeng Aya malam itu. Ardhita menatap Math, "kenapa?" "Harusnya gue yang tanya, kenapa lo buang?" Balas Math dingin. Ardhita terkejut. "Jangan bilang—" "bukan urusan lo. Sini!" Math hendak merebut topeng itu dari tangan Ardhita, tapi Ardhita menariknya, jadi Math hanya meraih udara kosong. Math menatap Ardhita tajam.

"Biar gue kasih tau sesuatu. Lo tau? Gara-gara dia gak sengaja nabrak Fanya dan bikin minumnya tumpah ke baju Fanya, dia disiram habis-habisan sama gengnya Fanya. Dia sedikit beruntung karena Fanya gak sadar kalau dia bukan anak sekolah ini. Gue gak kebayang kalau sampai Fanya sadar, dia mungkin bakal lebih dari dari disiram minuman" ujar Ardhita. Math tersentak, "maksud lo...pemilik topeng ini?" Tanya Math. Ardhita mengangguk, "gue bawa dia ke toilet buat bersih-bersih, sekalian ganti baju. Tapi dia malah kabur" lanjut Ardhita.

"Setelah cewek itu, gue gak nemuin lagi yang kehilangan pasangannya. Dan ngeliat lo marah banget karena gue mau buang ini, gue pikir...lo dateng sama dia malem itu" ujar Ardhita menatap Math. Math tidak menjawab. "Makasih" ujar Math tanpa melihat Ardhita. Ardhita tersentak, "kenapa?" Lagi, Math tak menjawab, berbalik, berjalan menjauhi Ardhita. Makasih udah mau peduli sama Aya, lanjut Math dalam hati.

Ardhita menatap Math yang menjauh. Topengnya? Gak jadi diambil? Ardhita menatap topeng di tangannya dan Math yang kini berbelok, menghilang. Siapapun gadis itu, dia sungguh beruntung karena begitu dilindungi dan disayang Math meski "kurang". Ardhita memutuskan untuk mebuang topeng itu ke tempat sampah. Ardhita berbalik untuk pergi ke kelasnya untuk makan siang.

. . .

Math menghentikan motornya tak jauh dari lapangan hijau berumput, tempat Rafa latihan futsal. Begitu melihat kakak laki-lakinya, Rafa segera pamit pada pelatihnya dan berlari menghampiri Math. "Kak, Rafa haus, beliin es krim, ya" pinta Rafa ketika tiba di dekat Math. "Haus kok makan es krim? Ya minum air putih dong. Itu!" Math menunjuk botol minum Rafa. "Ini udah habis. Beli es krim yaaaaa" Rafa memohon dengan sangat. "Iya, iya. Yaudah cepet naik" "asiiiiiik!!" Rafa segera naik ke jok belakang. Math melajukan motornya meninggalkan lapangan.

Math kembali menghentikan motornya di depan minimarket. Rafa segera turun, langsung memasuki minimarket dengan riang. Math mengekornya masuk. Rafa segera menuju kulkas es krim, menatap deretan es krim satu persatu. Matanya lalu berbinar bahagia ketika menemukan es krim yang dicarinya. Rafa menggeser pintu kulkas, mengambilnya. Math hanya membeli susu coklat, lalu dia menghampiri Rafa.

Sayap putihWhere stories live. Discover now