Chapter 2

10.7K 1K 7
                                    

Jangan lupa vomen

Jangan lupa vomen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔸🔶🔸

Hari ini sungguh membosankan, tak ada apapun yang bisa ku kerjakan. Rania dan Nera melarang ku untuk membantu pelayan di dapur. Mereka menganggap remeh diriku, meski aku berubah menjadi balita, itu tak merubah kenyataan bahwa umurku sekarang 20 tahun.

Langit sangat cerah hari ini. Lebih baik aku keluar melihat sekitar, mungkin ada sesuatu yang menarik. Ya, semoga, aku tak terlalu berekspektasi tinggi hal menarik yg akan ku lihat.

Mari kita mulai mengitari bagian samping kanan istana 'megah' milikku ini. Hah, sepanjang mata menatap yang kulihat hanya tanaman merambat dan beberapa daun yang berserakan. Apa sebaiknya aku beralih mengitari bagian kiri istana, ya itu lebih baik.

Sudah kuduga bagian sini lebih baik dari tadi. Setidaknya bagian sini lebih rapi dan bersih, bagian terbaiknya tempat ini sepi tidak ada pelayan yang berlalu-lalang.

Hey, apakah itu kelinci? Tapi warnanya biru, apa seseorang mengecatnya. Aku akan menangkapnya dan mengurusnya dengan baik.

🔸🔶🔸

Tatapan Vaela fokus menatap kelinci kecil tadi, bersiap menangkapnya tapi lagi-lagi usahanya gagal. Dia mengejar kelinci itu, masih berusaha untuk menangkapnya tapi yang terjadi kelinci itu menghilang dia balik semak-semak. Vaela mengikuti kelinci yang masuk ke semak-semak dan mendapati lubang yang cukup besar.

Karna penasaran Vaela memberanikan diri memasuki lubang kecil di dinding pembatas istana. Lubang yang pas dengan ukuran tubuhnya.

Matanya menatap takjub pemandangan di balik dinding yang dilewatinya tadi. Sangat indah. Pemandangan yang dilihatnya sekarang adalah taman yang indah. Dia tak peduli tempat apa yang dia datangi sekarang, entah itu salah satu tempat terlarang yang tak harus dia datangi dia tak peduli.

Kakinya melangkah ke arah jembatan kecil yang menghubungkan ke gazebo di tengah kolam. Senyum manis mengembang diwajahnya, menuntun dirinya duduk di kursi gazebo dengan mengayunkan kakinya.

"Siapa disana!," teriak sebuah suara membuat Vaela terlonjak kaget.

Rasa takutnya membumbung tinggi, dia takut melihat asal suara itu berada. Jelas sekali dia mendengar langkah kaki dua orang berjalan kearahnya. Memberanikan diri, Vaela bangkit dari duduknya berjalan cepat meninggalkan gazebo.

Bruk

Bunyi tubuh Vaela yang menghantam tanah, rasa perih ditangan dan lututnya dia hiraukan yang dia pikirkan sekarang adalah cara untuk kabur. Lukanya bisa dia obati setelahnya.

Putri BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang