#33 Holiday!

372 66 11
                                    

"Taewoo-ya." Lelaki tampan itu sengaja duduk di lantai, memperhatikan wajah putra kecilnya lekat sambil sesekali menyentuh hidungnya. Namun, hal tersebut sama sekali tak mengganggu tidurnya.

"Kim Taewoo."

Bayi itu mulai menggeliat. Namun, ia tetap melanjutkan tidurnya. Ia sepertinya masih sangat mengantuk.

"Biarkan dia tidur dengan tenang, Oppa." Sana menggosok handuk kecil pada rambutnya yang masih basah. Aroma sabun juga shampo mulai menyeruak di kamar itu.

"Kau mau pergi?"

Sana menggeleng kemudian menjemur handuk itu di balkon. Apa ia tidak boleh menggunakan pakaian bagus di rumah?

"Kau--"

"Tidak, Oppa. Aku hanya tidak mau pakaian ini terus ada di lemari. Oppa ingat? Ini baju pertama yang Oppa berikan padaku setelah menjadi suamiku." Sana meraih pengering rambut. Ia lantas duduk di depan meja rias, tersenyum saat suaminya mendekat. "Aku bisa sendiri."

"Aku sudah terbiasa melakukannya. Waktu terlalu cepat melangkah ya." Taehyung meraih sisir, mulai mengeringkan sekaligus merapikan rambut sang isteri.

"Sangat. Aku merasa baru kemarin mendengar kabar baik soal kehamilanku. Sekarang Taewoo hampir 4 bulan. Dia terlalu cepat dewasa," ujar Sana diakhiri senyum.

"Bahkan aku merasa baru kemarin mengajakmu menikah. Ah, jika seperti ini aku jadi tidak mau melakukan schedule-schedule-ku. Masa kecil Taewoo hanya sekali dan itu tidak akan pernah terulang lagi."

Sana memang ingin Taehyung kembali ke panggung yang sudah membesarkan namanya. Namun, sisi lain ia juga tak tega membiarkan Taewoo melewati hari-harinya tanpa sang ayah. Apalagi, masa kecilnya tidak akan pernah terulang.

"Oppa, bagaimana jika tanpa promosi? Maksudku, Oppa akan merilis album bersamaku 'kan? Atau ajukan waktu singkat untuk promosi? Agensi mungkin akan mengerti karena Oppa sudah punya keluarga. Apalagi, saat ini Taewoo masih kecil."

"Aku sudah katakan itu dan sekarang agensi sedang mempertimbangkannya. Aku harap seperti yang kaukatakan tadi. Tanpa promosi," ujar Taehyung. Ia pernah berpikir untuk berhenti, memilih menjadi seorang produser atau menjadi salah satu pengurus agensi. Namun, mengingat semua perjuangannya dengan BTS selama ini, ia tak ingin memikirkan hal itu lagi. Ia tak mau mematahkan perjuangan member yang lain.

Taehyung meletakkan pengering rambut itu kemudian meletakkan dagunya di pucuk kepala Sana. Ia tersenyum, membuat sang isteri segera terkekeh.

"Ada apa? Rasanya aneh."

"Apa aku tidak boleh memandang isteriku yang cantik? Aku cemburu pada penggemarmu yang dulu lebih sering menatapmu. Andai di dunia pekerjaan kita berkencan bukan hal yang tabu, aku mungkin tidak akan ragu untuk duduk di dekatmu atau berjalan bersama menuju backstage saat acara berakhir."

Mengingat masa lalu memang selalu tak ada habisnya. Mereka selalu punya kisah yang bisa diingat meski pertemuan mereka yang cukup terbatas.

"Dan aku juga cemburu pada gadis yang dulu kau cintai. Kenapa harus dia yang jadi cinta pertama Oppa?"

"Ani, cinta pertamaku bukan dia, tapi Ibuku lalu Nenekku. Ah, aku jadi merindukan Nenek."

"Mau pergi menemuinya?" tanya Sana sambil meraih kemudian menggenggam tangan suaminya. Ia tahu, kejadian itu sudah sangat lama. Namun, kesedihannya masih tetap sama. Apalagi, Taehyung sangat menyayangi Neneknya.

"Kita harus ke Daegu."

"Sekalian ke rumah Eomma. Aku merindukan stroberi yang Jeongyu petik."

The Secret 2Where stories live. Discover now