ENAM BELAS

17.8K 2.9K 89
                                    

Sudah lewat seminggu setelah Ethan yang terus mengikutiku. Dia mirip seperti seorang penggemar fanatik. Bedanya, jika seorang penggemar selalu memuji apa yang dilakukan orang yang disukanya, Ethan malah selalu menghinaku. Dia mengataiku jelek, kecil, lemah dan macam-macam lainnya. Memang benar, hanya Ezel yang tulus jadi penggemar.

"Ayah, tolong jangan menggangu waktu saya dengan Evy!"

"Aku 'kan hanya diam."

"Tuan Duke memangnya tidak ada tugas untuk dilakukan?"

"Lebih dari saya. Bukankah Yang Mulia Putra Mahkota punya kesibukan di Istana."

Semua yang duduk melingkari meja bulat di taman terdiam. Aku menatap mereka dengan nanar. Ah, sumpah! Aku hanya butuh Ezel di sini. Kenapa Ethan dan Logan selalu ikut-ikutan. Sebenarnya aku bersyukur Logan sudah sembuh dari cideranya. Aku juga bersyukur mengetahui Ethan tidak membenci anak perempuannya. Tapi aku bersungguh-sungguh! Aku bosan dengan situasi ini.

"Hm, ngomong-ngomong Evy tidak rindu denganku?" Logan kembali memulai percakapan.

Aku menatapnya kemudian tersenyum cerah.
"Tidak!" kataku dengan tegas. Seketika aku bisa melihat raut suram di wajahnya dan Ezel yang tertawa bahagia. Sedangkan Ethan? Oh, orang itu hanya diam saja memperhatikan anak-anak kecil ini. Kurasa akan bagus kalau aku membuatnya darah tinggi sesekali.

"Evy jahat! Padahal aku berniat menjadikanmu pengantinku di masa depan."

"Maap Kak Logan. Caya tidak belniat memilki cuami yang lemah jantung." Aku berucap dengan santai. Logan itu mudah terbuai dengan keimutan. Tidak lucu kalau setelah menikah nanti aku langsung jadi janda hanya karena dia tidak kuat menahan keimutanku ini. Hah, keimutanku ini memang dosa.

Lagi pula dia tidak ingat umur sekali. Meski biasanya para bangsawan menang sudah bertunangan di usia muda, tapi membicarakan itu disaat umurku masih empat tahun sangat keterlaluan. Apakah Istana belum mengenal yang namanya tata krama? Kurasa tidak.

"Heh, jangan bicara macam-macam! Siapa yang ingin menikahi siapa." Ezel menatap Logan kesal sementara Ethan masih santai degan teh di tangannya. Tak terusik sama sekali dengan keributan ini.
"Yang boleh dinikahi oleh Evy itu hanya aku saja!"

Tutup mulutmu Ezel. Daripada aku yang menikah dengan Putra Mahkota, menikah denganmu itu lebih tidak masuk akal. Itu—

"Itu ilegal Ezel." Ethan mengatakannya tanpa beban. Tumben sekali dia normal. Ezel yang diberitahu langsung terdiam. Kasihan kakakku, pupus sudah harapannya. Tapi yang dibilang Ethan memang benar. Itu 'kan ilegal.

Tapi kenapa pembahasaan kami melarat ke pembahasan pernikahan, ya? Sudah seperti perkumpulan rumpi antar para Lady. Tapi, kalau kupikirkan lagi, suksesor  gelar Duke Cameron biasanya sudah harus menikah kalau ingin jadi pewaris yang sempurna. Karena Ethan dulu juga melakukan hal yang sama. Mungkin karena itu ia langsung menikah tak lama dari kandasnya hubungan kami.
Pasti itu tuntutan dari ayahnya. Syukurlah, Ethan pun terlihat sangat mencintai istrinya. Tapi, kuharap dia tidak memaksakan itu juga pada Ezel nanti.

Rasanya tidak menyenangkan saat kehidupanmu harus ditentukan oleh orang lain, iya 'kan? Terlepas dari takdir, rasanya itu akan sangat mengekang.

Kalau aku ... kuharap aku tidak terlibat dengan pernikahan politik lagi. Semoga Ethan tidak memaksaku untuk melakukan itu. Pasti akan menyenangkan jika aku bisa memilih dengan siapa aku melanjutkan hidup nantinya.

"Evy pilih siapa?"

Fokusku kembali. Aku menatap heran Ezel yang memandangku dengan wajah berbinar. Karena sibuk dengan pikiran sendiri, aku tak mendengarkan percakapan mereka.
"Pilih apa?" tanyaku bingung.

"Siapa yang paling Evy sukai di dunia? Kak Logan ini 'kan?"

"Tutup mulutmu. Evy paling menyukaiku"

Ha? Apa-apaan mereka ini? Ezel bahkan mengubah cara bicaranya dengan Logan. Aku sudah biasa mendapat tatapan berbinar dari Logan dan Ezel. Tapi Ethan! Kenapa ekspresinya menyiratkan ketertarikan juga. Sebegitu penasarannya mereka dengan jawabanku? Ish, kenapa mereka menanyakan pertanyaan retoris begitu. Sudah jelas siapa yang paling aku sukai di dunia ini.

"Tentu caja aku palin cuka diliku!"

"Eh?" Bisa kulihat, ketiga laki-laki itu menatapku binggung.

"Kenapa? Itu cudah pati. Aku ini punya keimutan di atat lata-lata. Kecantikan di atat lata-lata. Kepintalan di atat lata-lata. Juga—"

"Kepercayaan dirimu juga di atas rata-rata." Logan memotong ucapanku dan menatapku dengan menyediakan. Heh, sialan dia!

"Jagan potong ucapanku! Telpenting, aku itu cempulna. Anggun, kalismatik, baik hati dan tidak combong." Ah, yang terakhir sepertinya dicoret saja dan yang sebelum-sebelumnya semua adalah fakta. Makanya aku paling suka diriku di dunia. Aku mengangguk-angguk kecil membenarkan ucapanku lalu mendongak untuk menatap reaksi mereka.

Tunggu, kenapa ekspresi mereka tidak minat begitu!

"Ah, sepertinya aku punya tugas yang harus dikerjakan." Ethan berdiri lalu pergi.

Logan juga ikut berdiri dan berkata, "Hm, aku ada agenda di Istana." Kemudian dia pergi.

"Evy, Kakak berlatih pedang dengan Sir Jason dulu, ya." Bahkan Ezel pun ikut pergi dengan senyum berkedut di bibirnya.

Sialan mereka! 'Kan pada awalnya mereka yang penasaran dengan jawabanku. Setelah kujawab dengan bahagia, seenaknya mereka meninggalkanku begini. Rasanya aku ingin membalikan meja. Namun, yang bisa kulakukan hanya menyesap tehku dengan kening mengkerut kesal.

[]

Cameron's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang