XVII - Penipu yang Baik

1.7K 331 33
                                    

Hari ini aku post tiga part, sebelum aku balik kerja lagi wkwk

Happy weekend guys!

---
Tadi pagi Sagara sudah diberitahu oleh Kakek tentang pertemuan hari ini. Seperti janji Raka dan Juna yang akan menemaninya, mereka berdiri disamping kiri dan kanannya.

Di dalam sana, mereka dapat melihat Clara dan Cakka duduk berdampingan. Dihadapan keduanya-lah tujuan Sagara hari ini. Seorang wanita paruh baya yang tampak cantik dengan terusan berwarna putih. Seperti yang selalu ia impikan.

Raka melangkah terlebih dahulu. Diikuti oleh Juna selanjutnya Sagara. Ketiga anak itu melangkah pelan menuju meja disana.

"Tante Ara,"

Clara menoleh dan berdiri cepat ketika mendengar panggilan Raka. Ia lantas menampilkan senyum pada Juna dan Sagara.

"Aku sama Juna nemenin Sagara kesini,"

Clara mengangguk pelan. Mengusap lengan anak laki-laki itu.

"Ayo duduk,"

Juna menggeleng pelan. Mengajak Raka untuk duduk di meja yang lain.

"Saya sama Raka misah meja aja."

Clara kembali mengangguk pelan. Membiarkan Raka dan Juna berlalu dan memilih duduk disebuah meja yang berada disudut dekat dengan jendela.

Sagara yang berdiri canggung akhirnya memilih duduk disamping Clara. Berhadapan langsung dengan wanita yang ia tahu adalah ibu kandungnya.

"Sa--Saya Sagara. Pengen ketemu sama Ibu Irna."

Wanita bernama Irna itu tersenyum sedih. Tangannya reflek terulur pada wajah Sagara yang kini terasa sangat kaku dan dingin.

"Kamu apa kabar, nak? Maaf mama--"

Sagara langsung menggeleng pelan. Menarik dirinya menjauh lalu menatap Irna dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Saya kesini cuman mau tanya, kenapa saya dan appa ditinggalkan?"

Irna sudah berlinangan air mata mendapat pertanyaan itu. Segala kenangannya tentang Sagara bertahun-tahun lalu kembali muncul menjadi memori dikepalanya.

"Bukan Irna. Tapi kalian yang ninggalin dia,"

Sagara menatap laki-laki disebelah Irna. Tidak paham maksud dari ucapannya.

"Apa Ronald yang ngasih tau kalo Irna yang ninggalin kalian?"

Sagara menggeleng pelan. Ronald memang tidak pernah berkata apapun tentang istrinya. Ronald tidak pernah menyinggung sedikitpun tentang wanita bernama Irna.

"Kenapa bapak jadi mojokin dia? Bapak enggak sadar kalo bapak yang udah bikin dia hidup dalam kebingungan selama ini?"

"Cakka!"

Sagara menatap Clara dan laki-laki yang bernama Cakka itu. Jadi ini yang namanya Cakka. Jadi pria ini yang disebut mirip dengannya?

Tapi apa pertalian antara mereka?

"Jika bukan karena Raka dan Clara, dan demi anak ini. Aku beneran gak sudi dateng kesini lagi,"

Sagara menjadi semakin bingung ketika tahu-tahu pria bernama Cakka itu menunjuk dirinya sebagai alasan.

"Biar saya yang cerita,"

Cakka langsung mendengus mendengarnya. Ia melengos menatap kesembarang arah.

Sedang Sagara dan Cakka kini menaruh perhatian penuh pada Irna yang terlihat amat sedih.

"Mas Yudha dan saya sudah lama pacaran. Kita kenal di kampus yang sama karena Mas Yudha sedang menjadi dosen pengganti di kelas yang saya ambil. Tapi karena jarak umur yang sangat jauh, orang tua saya enggak setuju dengan hubungan kami. Begitu juga dengan orang tua Mas Yudha yang waktu itu menetap di Jogja,"

Senja Yang Redup [FIN]Where stories live. Discover now