BAB 1: ARJUNA DAN RINJANI

206K 9.2K 190
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

"Selamat siang ibu Dokter..."

"Siang ..."

"Mau makan siang Dok?"

"Iya, duluan ya ..."

"Silahkan Dok..."

Seorang perempuan muda berjalan dengan anggunnya di koridor sebuah rumah sakit besar. Dia adalah salah satu dokter yang banyak di gemari oleh pasiennya. Selain wajahnya yang cantik, sikapnya juga sangat baik dan perhatian pada semua orang. Di tambah lagi, dia adalah putri satu-satunya pemilih rumah sakit tempatnya bekerja. Ayah dan Ibunya juga dokter di rumah sakit itu, termasuk Abang kembarnya juga seorang dokter primadona disana. Dia adalah Jani, nama lengkapnya Rinjani Putri Satyagana. Kehidupannya terasa sangat sempurna, keluarga yang lengkap dan bahagia, pekerjaan yang bagus, cantik dan pintar serta dari keluarga terpandang. Siapa yang tidak menginginkan kehidupan seperti Rinjani.

Banyak orang iri dengan kehidupannya, namun tidak banyak yang tau kisah masa kecilnya. Mungkin tuhan memang selalu berlaku adil, Rinjani kecil yang pernah di tinggalkan oleh ibunya, Rinjani kecil yang selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya karena tidak memiliki ibu akhirnya sekarang bisa memiliki keluarga lengkapnya dan hidup dengan bahagia.

Usianya yang sudah memasuki angka 26 tahun, kerap membuatnya di jadikan sasaran lamaran oleh banyak orang baik rekan sesama dokternya ataupun putra relasi ayahnya. Namun, sampai detik ini Rinjani merasa belum menemukan seseorang yang cocok dan menarik hatinya untuk di jadikan teman hidupnya. Dia masih ingin menikmati masa lajanganya.

"Jani mau makan siang?" langkah Rinjani terhenti saat melihat seorang wanita dengan kerudung merah berdiri di hadapannya. Dia adalah Utari, bunda dari Rinjani dan Arjuna.

"Iya Bun," jawab Rinjani.

"Ayo makan sama Ayah dan Bunda, ini tadi Mbok sudah kirimkan makan siang." Utari mengangkat Rantang di tangannya.

Tanpa di minta dua kali, Rinjani langsung mengikuti bundanya masuk. Rinjani bisa melihat ayahnya tengah duduk di balik meja kerjanya, sambil membaca kertas-kertas yang entah apa. Meski usia ayahnya sudah tidak muda lagi namun paras ayahnya tidak bisa di abaikan, wajahnya masih tampan belum terlihat adanya kerutan di sana. Tubuh ayahnya juga masih bugar, karena pola hidup sehatnya selama ini. Tidak heran jika setiap harinya bundanya akan semakin jatuh cinta pada ayahnya itu.

Saat melihat Rinjani dan Utari masuk, Abi tersenyum lalu berdiri dari duduknya, menyambut kedatangan dua perempuan terkasihnya itu.

Cup ...

Tanpa sungkan, Abi mengecup singkat kening Utari membuat Rinjani melayangkan protesnya karena ayahnya yang selalu pamer kemesraan di hadapan anak-anaknya.

"Ayah Bunda, tolong ya jangan mesra-mesraan di depan Jani. Jani kan jomblo ..."

Rinjani langsung duduk di sofa panjang di dalam ruangan itu, tangannya sibuk membuka kotak makan siang yang di bawa bundanya tadi.

"Biarin, biar Jani pengen terus nikah. Cepat pilih satu laki-laki yang melamar. Nanti ayah buatkan pesta besar," jawab Abi. Abi sering menggoda putrinya itu untuk segera menikah, tapi sampai saat ini belum juga berhasil membuat putrinya itu menetapkan satu pilihannya. Padahal banyak lamaran sudah datang untuk putrinya itu. Dia terkadang merasa sungkan untuk terus menolak lamaran dari orang-orang, takut jika orang-orang berfikir putrinya terlalu tinggi memasang kriteria calon suami atau orang akan mengatakan dia terlalu pilih-pilih dalam mengambil menantu..

"Ayah sengaja kan??"

"Iya memang," jawab Abi cuek.

"Bunnnn..." rengek Rinjani pada Utari.

JODOH PAK LURAH  (SELESAI & PROSES TERBIT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin