02. Big Boss

105 66 8
                                    

Setelah satu bulan berlalu, Tissa perlahan memahami bahwa ketabahan hati dapat membuat jiwa nya lebih tenang. Pelan-pelan ia kembali mengumpulkan puing-puing hati yang berserakan. Menyapu segala kegundahan yang selama ini mengganggu malamnya.

Memang seharusnya ia percaya bahwa akan tiba waktu untuk dirinya bahagia. Walaupun bayang-bayang Rendy masih kerap menghantui, setidaknya ia tau bahwa itu hanya sekedar angin lewat.

Pagi ini, Tissa memutuskan untuk pergi ke kantor lebih pagi dari biasanya. Pukul 06.30 ia harus sudah berada di kantor. Karena hari ini, owner perusahaan tempat ia bekerja akan melakukan kunjungan. Beliau tidak mau jika ada karyawannya yang tidak disiplin. Jika ada yang melanggarnya, ia tidak akan segan-segan untuk menegur dengan kalimat yang sangat pedas.

Tapi Tissa tidak tau persis bagaimana sifat asli dari pemilik perusahaan Transport tempat ia bekerja, karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu dengan bos besar nya itu. Setiap kali beliau melakukan kunjungan, Tissa tak pernah berada di kantor karena sedang dinas di luar kota.

Sesampainya ia di kantor, benar saja, suasana kantor sudah ramai. Ia melihat kawan sejawatnya berlari ke arahnya dengan nafas tersengal-sengal.

"Tissa!"

Tissa tertawa melihat penampilan Shila yang terkesan berantakan. Ia masih menggunakan sandal jepit serta rambut yang dikuncir asal.

"Kamu harus tau Ssa..,"

"Aku gak mandi pagi," bisik Shila. Perempuan itu melepas kunciran dan menyisir rambutnya dengan jari.

Tissa terkekeh. Ia paham, bahwa temannya ini mempunyai kebiasaan begadang setiap malam.

"Song Joong Ki lagi?"

"Seharusnya kamu gak perlu nanya."

Tissa menggeleng. "Shil, kan kamu tau mau ada kunjungan. Kenapa gak tidur sih? Liat deh jadi kelabakan gini."

"Ck! Kamu kaya ngga tau aku aja sih, Ssa. Aku mana bisa tidur di bawah jam 2 pagi."

"Ajaib banget. Yaudah yuk masuk."

Mereka berdua memasuki ruangannya. Biasanya jam segini banyak karyawan yang masih dijalan. Tapi sekarang, mereka sudah bersiap di tempatnya masing-masing. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang sudah memulai pekerjaannya.

"Giliran hari biasa aja dateng nya pada ngaret." ledek Shila pada rekannya yang tengah sibuk mengetik.

"Eh Ssa kamu tau gak? Katanya bos besar nya ganteng loh. Kamu harus liat nanti!" ucap Shila heboh.

Gadis itu memang seperti itu. Tidak bisa lihat pria tampan, pasti langsung jadi incaran. Shila memang ekpresif, Tissa akan melihatnya riang jika ia sedang bahagia lalu Tissa akan menemukan Shila seperti kekurangan asupan ketika sedang galau. Sebenarnya semua orang mempunyai sifat seperti itu. Hanya saja ada orang yang pandai menyembunyikan keduanya.

"Terus kalau ganteng kenapa? Kamu mau gebet dia?" tanya Tissa yang diangguki oleh Shila.

"Shilaaa tobat dong kamu udah punya pacar loh," celetuk salah satu di antara mereka. Wajah Shila yang tadi gembira kini tertekuk.

"Kamu ini loh, pake di ingetin segala."

"Tapi serius loh, Shil. Kalau kamu udah berani memilih, itu artinya kamu juga harus bertanggung jawab. Ini soal perasaan, Shil. Hati itu bukan untuk di permainkan. Banyak loh di luar sana yang ke pengin punya pasangan tapi belum di kabulin. Eh ini kamu malah mau sia-sia in yang udah ada."

Shila merengut mendengar penjelasan Tissa. "Tissa, selagi aku belum di ikat, itu artinya aku masih bebas. Aku masih berhak untuk melakukan apapun yang aku mau, yang aku suka."

Pahat & Lekat [Completed] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang