🦋 ~ 02

272 50 5
                                    

”Teruntuk dia selalu menatapku penuh rasa tak suka. Aku lebih suka kau diam. Karna saat kau bicara, ucapanmu menghancurkan segalanya.”

~~✿~~

Hari ini aku pulang terlambat. Pasalnya, bos memintaku untuk segera menyelesaikan beberapa naskah novel.

Begitu memasuki pekarangan rumah, aku mencengkram tali tas. Atensiku beralih pada mobil hitam yang sudah terparkir di garasi.

Bukan apa-apa, hanya saja, aku tak pernah pulang terlambat sebelumnya. Apa Taehyung akan marah?

Mencoba menepis semua kemungkinan buruk, aku melangkahkan kaki memasuki rumah.

Lampu di ruang tamu masih menyala, dari jauh kulihat dia tengah membaca buku sambil sesekali melihat pada arloji di tangannya.

Aku bejalan mendekat. Dia menatapku sekilas lalu kembali fokus pada buku yang dia baca.

Aku berdehem singkat untuk menarik perhatiannya.

"M-mianhae aku pulang terlambat. Sebenarnya bos memintaku untuk—"

"Aku tak peduli. Untuk apa kau meminta maaf?" Dia menatapku tak suka. "Kau mau pulang atau tidak, sama sekali bukan urusanku." Taehyung berdiri. Menghempaskan buku di atas meja lalu beranjak pergi.

Dadaku terasa sesak. Rasanya rongga dada menggapit isinya dengan sangat kencang.

"Kenapa kau sangat membenciku?" Pertanyaanku berhasil membuat langkah besarnya terhenti.

Mulutku bergetar menahan isak tangis. "Apa yang sudah kulakukan sampai kau sangat membenciku, Tae?"

Dia berbalik. Wajahnya terlihat marah. "Berhenti memanggilku Tae!" bentaknya. "Dan siapa kau berani menanyakan itu padaku?!"

"Aku siapa?" Aku mengulang. Rasanya hanya diam dengan sikapnya sudah membuatku lelah. "Aku istrimu!"

Kupikir dia akan membentak lagi. Nyatanya, dia justru tertawa. Lebih tepatnya menertawakan diriku. "Istriku ya?"

Taehyung berdecak lidah. "Kau pikir apa? Akan bahagia menjadi istriku? Jangankan tubuhmu, bayanganmu saja sama sekali tak menarik bagiku!" kecamnya.

Segenap harapan dan kekuatan rasanya runtuh. Hampir aku kehilangan kendali dan jatuh tepat di hadapannya.

"Ingatlah satu hal! Aku tidak mencintaimu. Aku menikah hanya untuk nama baik keluargaku. Jangan berharap banyak. Karna Taehyung ini tidak akan pernah menjadi milikmu."

Setelah puas membuatku hancur berkeping, dia berbalik dan melanjutkan langkahnya.

Sedangkan aku?

Aku terduduk lesu. Meratapi nasib yang rasanya sangat menyiksa.

Tanganku yang bergetar terangkat pelan. Kupandangi cincin pernikahan kami dengan seksama dan mata penuh air.

Aku tersenyum getir.

"Mungkinkah suatu hari ikatan ini benar-benar bisa diperbaiki?"

𝐏𝐚𝐫𝐭𝐧𝐞𝐫 𝐎𝐟 𝐋𝐢𝐟𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang