Bag 6

100 11 0
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 6 | Hadiah

***

Ditamatin sampai part 10 cukup kan, ya?

Cebe ini kayaknya mah sampai lebaran juga belum kelar. Maybe-,-

Notes : konflik ringan, jika ada nilai baik ambil jika ada nilai buruk buang.

Happy Reading ❤

***

Steffi mengerucutkan bibirnya. 10 menit yang lalu, dia bercerita soal dapur umum yang bebas dipakai santriwati setelah melaksanakan shalat subuh di masjid.

Tapi, hanya bagi santriwati yang membawa bahan mentah sendiri saja yang dapat menggunakan fasilitas dapur umum.

Misalnya, ingin membuat kopi panas. Maka santriwati harus membawa kopinya sendiri. Air panas, gelas, dan sendok dapat diambil dari dapur umum.

Lalu, secara bersamaan Dianty dan (Namakamu) meninggalkan Steffi untuk pergi ke kantin. Ada yang mau mereka beli katanya.

Jadi, Steffi kembali ke kamar sendirian. Menunggu kedua temannya tiba untuk mengikuti jam pertama pagi ini.

***

"Mau pakai kompornya?"

Dianty dan (Namakamu) mengangguk.

"Boleh. Tapi, kalau selesai rapikan kembali ya."

"Naam."

(Namakamu) dan Dianty menggunakan kompor yang sama.

"Kamu mau buat apa (Namakamu)?" tanya Dianty sembari mengeluarkan bahan-bahan yang dibelinya di kantin.

"Roti bakar. Lo?" (Namakamu) balik bertanya.

"Burger. Kamu buat roti bakar buat dimakan sendiri?"

(Namakamu) terdiam. Kemudian tersenyum simpul. "Y ... ya, hehe."

Merasa wajannya sudah panas, (Namakamu) menuangkan margarin. Lalu, selembar roti ditaruhnya di atas wajan tersebut.

Dianty juga sibuk dengan makanannya sendiri.

(Namakamu) tidak mau mengganggu.

"(Namakamu), masih ada margarinnya?"

"Kenapa?"

"Aku mau goreng telurnya."

"Tadi gue taruh di sana," tunjuk (Namakamu).

Dianty menoleh. "Bisa tolong ambilin (Namakamu)? Aku harus angkat dagingnya dulu."

"Oh, ok ...." (Namakamu) berjalan untuk mengambil margarin. "Nih."

"Makasih (Namakamu)." Dianty tersenyum.

"Iya. Sama-sama." (Namakamu) kembali pada roti panggangnya. Hidung (Namakamu) mengendus-endus. "Kok, kayak bau gosong?" gumamnya. (Namakamu) memutar balik rotinya. Dan ... ya, rotinya gosong. (Namakamu) menghela napas. Dia melirik Dianty, siapa tahu Dianty punya roti lebih.

"Kenapa (Namakamu)?"

"Ah, gak apa-apa." (Namakamu) menatap roti buatannya, mau tidak mau (Namakamu) harus menyelesaikan apa yang sudah dia buat. Jadi, (Namakamu) mengeluarkan madu yang dia beli, lalu menuangkannya dengan merata pada roti itu. (Namakamu) hanya perlu menunggu madunya meresap dengan baik setelah itu, (Namakamu) bisa menyajikan roti bakar madu buatannya ke kotak bekal.

"Selesai." Dianty mengembangkan senyum. "(Namakamu), kamu udah selesai belum?" tanyanya.

(Namakamu) mengangguk. "Udah."

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Where stories live. Discover now