📻 Part 23 - Kembalinya Elphan📱

291 28 3
                                    

Kala menyambar ponsel di dashboard mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kala menyambar ponsel di dashboard mobil. Tangannya tampak bergetar, membuatnya agak kaku untuk menekan ikon akhiri panggilan.

"Eits, jangan ditutup dulu telepon dari gue, Kal."

Kala termangu. Sial! Niatnya tertebak oleh si penelepon. Dada Kala terasa sesak. Ia menatap ponsel dengan perasaan khawatir sekaligus ... takut. "Maaf, kayaknya lo salah sambung. Gue bukan Kala."

"Oh, ya? Tapi, suara lo enggak berubah, tuh. Masih sama kayak terakhir kali gue denger."

"Gue enggak kenal sama lo! Lo salah sambung!"

Tawa lepas terdengar dari ujung sana. Suara itu membuat Kala semakin takut. Matanya mulai berair. Lagi-lagi, ia kembali teringat akan kejadian kelam di masa lalunya.

"Jangan pikir dengan lo ganti nomor handphone, gue bakal kehilangan jejak lo, Kal. Enggak bakal semudah itu."

Napas Kala menderu. Gadis itu berusaha menguatkan diri.

"Gue bahkan udah tau tempat tinggal lo yang sekarang."

Kala menegang usai mendengar pernyataan dari si penelepon. Tangannya yang memegang ponsel melemas. A-apa ...? Dia ... tau tempat tinggal gue yang sekarang? Gimana ... bisa?

"Bahkan, kalo lo mau, gue bisa, kok, dateng ke rumah lo sekarang." Tawa kecil terdengar dari ujung sana.

"Jangan macem-macem lo, Elphan!"  pekik Kala, merasa kesal. Ia akhirnya terpaksa menyebut nama si penelepon. Padahal, ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyebut nama itu lagi. Bahkan, mengingatnya pun ia tak mau.

Elphan. Mungkin, kalian pernah mendengar nama tersebut. Ya, Elphan adalah sepupu dari Kala. Namun, mengapa Kala terlihat begitu kesal dengan laki-laki itu?

Suara tawa kembali terdengar. Jenis tawa ringan yang seolah meremehkan. "Gue enggak macem-macem, kok, Kal. Gue cuma butuh satu macem aja dari lo."

Kala memegang ponsel dengan kuat. Ia sudah berniat untuk menekan ikon akhiri panggilan.

"Gue bilang jangan tutup teleponnya dulu!"

Niat Kala lagi-lagi dicegah oleh Elphan, si penelepon. Kala menyeka air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi wajah. "Mau lo apa, sih?" Suara Kala terdengar bergetar. Susah payah ia mengutarakan pertanyaan tersebut. Air mata Kala terus mengalir deras, sederas ingatan masa lalu yang kembali terbayang di otak.

"Gue udah bilang, gue enggak bakal macem-macem. Gue cuma minta satu macem dari lo, Kalandra Efigenia."

"YA, APA?" Kala mulai muak dengan Elphan yang seolah mengulur-ulur waktu. Laki-laki itu tidak tahu saja kalau Kala sudah mulai stres.

"Bentar, Kal. Sebelum itu, ada sesuatu yang mau gue omongin ke lo."

Kala hanya diam, tidak menanggapi apa-apa. Ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh Elphan selanjutnya.

Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_Where stories live. Discover now