📻 Part 26 - Terapi Kata Kasar (vol. 2)📱

272 26 2
                                    

Kala berjalan mondar-mondir di dapur sambil memegangi perut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kala berjalan mondar-mondir di dapur sambil memegangi perut. Raut mukanya kelihatan kusut. "Hah, gue sarapan apa, nih? Ck! Enggak mungkin gue order online. Duit gue, kan, mepet. Mending buat beli kuota internet."

Gadis berambut pendek itu terus berjalan mondar-mandir. Sebenarnya, di kulkas ada beberapa bahan makanan mentah yang bisa diolah menjadi masakan. Akan tetapi, Kala cukup sadar diri jika ia tidak bisa memasak. Jangankan memasak, menghidupkan kompor saja ia jarang.

Kala berhenti berjalan tepat di depan dispenser. Gadis itu menatap air di dalam galon. Ia mendengkus pelan dan bergegas mengambil gelas juga botol minuman. Segera, ia mengisi kedua wadah tersebut dengan air dispenser. "Enggak apa, deh, sarapan air putih. Seenggaknya bisa ganjel laper bentar."

Begitu gelas dan botol minuman terisi penuh dengan air, Kala berjalan menuju ruang makan. Ia memasukkan botol minuman ke tas sebagai bekal siaran nanti. Kala paham, menjadi penyiar pasti akan banyak berbicara dan tidak menutup kemungkinan akan mudah merasa haus. Jadi, ia memutuskan untuk membawa minum dari rumah. Setidaknya itu akan menghemat dirinya agar tidak perlu beli minum di minimarket.

Kala menenggak habis air putih dalam gelas. Begitu habis, ia letakkan gelas di meja makan. Ia menyambar tas dan pergi dari ruang makan menuju luar rumah. Ia sudah siap berangkat ke stasiun Radio Halo Suara. Masih ada waktu 30 menit sebelum siaran perdananya dimulai. Kalau urusan kerja, Kala memang mendadak menjadi gadis yang rajin. Apalagi, kalau urusan uang.

Begitu duduk di kursi mobil, Kala segera menghidupkan mesin mobil. Terdengar suara deru yang tersendat-sendat. Hal itu terus terjadi hingga beberapa kali percobaan Kala menghidupkan mesin mobil.

"Kenapa enggak mau hidup, sih, nih, mobil? Resek banget!" sungut Kala. Gadis itu memukul setir mobil dengan tangan terkepal. Ia mencoba sekali lagi untuk menghidupkan mesin dan lagi-lagi tiada hasil.

Tatapan Kala beralih menatap spidometer. Terkejutnya ia saat menyadari bahwa bahan bakar mobilnya berada di titik 0. "Oh, shit!" Kala kembali memukul setir mobil. "Pantesan aja dari tadi enggak mau nyala. Hah! Sejak kapan bensinnya habis, sih?"

Kala berdecak dan menyambar tas. Ia membuka pintu dan keluar dari mobil. Begitu berada di luar, ia menutup pintu mobil dengan kasar, menciptakan bunyi 'bruk' yang cukup keras. Gadis berambut pendek yang kini mengenakan jaket berwarna abu-abu itu berkecak pinggang, menatap kendaraan pribadinya. Ia mendengkus kasar. "Gimana gue mau berangkat ke Radio Halo Suara coba?"

Decakan keluar dari mulut Kala. Ia merenung sejenak. "Beli bensin, keluar duit. Ngojek, keluar duit. Ngangkot keluar duit juga." Kala mendesah berat. "Kenapa semuanya harus pake duit, sih? Enggak tau apa, kalo gue lagi bokek? Kalo duit gue melimpah kayak dulu, mah, ayo-ayo aja."

Kala menengadahkan kepala sambil memejamkan mata. Ia bingung harus berbuat apa, sementara itu waktu terus berjalan. Jika Kala tidak tiba tepat waktu di stasiun Radio Halo Suara, bisa-bisa dicap tidak profesional, apalagi
oleh Rafa. Perasaan kesal Kala semakin bertambah saat tidak sengaja mengingat laki-laki itu. "Hih, kenapa gue kepikiran cowok asem itu, sih?"

Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_Where stories live. Discover now