Kelas Sosial di Tempat Asal

31 7 18
                                    

Seorang Sarjanawan ingin melakukan survey. Jelaskan bagaimana pembagian kelas sosial di lingkungan tempat tinggal kalian.

Apakah ada perbedaan kasta? Apa saja yang membedakan?

***

Bahasan kali ini menarik, dan kuharap kalian tidak keberatan dengan judul panjang yang kupakai di bab kali ini.

Kalian pasti sudah tahu fakta bahwa aku tinggal sendirian di tempat asalku. Tanpa orang tua maupun tetangga. Hanya sepupuku—dan orang tuanya yang mengasihiku. Oh, apakah Theron juga harus masuk dalam hitungan?

Aku tidak pernah dididik oleh siapa pun, mungkin itu yang menjadikanku kasar, tidak tahu sopan santun, bahkan mencuri—karena aku hanya melakukan apa yang menurutku benar, serta balas dendam.

Jadi, walaupun laporan ini ditulis oleh seseorang yang berada di kelas terbawah, yang eksistensinya sudah dianggap sebagai "hama" bagi yang lain, aku akan menulis seolah aku pernah hidup di setiap bagian kelas sosial.

Jika ditanya apakah ada perbedaan kasta, tentu saja ada. Namun, tempat itu terlalu damai. Bisa dibilang masyarakatnya sejahtera; mengabaikan masyarakat rendahan, egois, dan mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri. Sebagian besar orang yang berpotensi untuk menimbulkan kekacauan dan keresahan di masyarakat, sudah berhasil disingkirkan oleh pihak keamanan kerajaan, termasuk aku. Aku pernah hampir dipenjara, kalau kalian mau tahu.

Kalian tidak akan ditindas bila menjadi warga kelas bawah. Paling-paling hanya diabaikan, dipandang rendah, dijauhi, dikucilkan, dan akan langsung babak belur jika melakukan satu kesalahan kecil. Tertarik untuk menjadi salah satunya?

Kelas menengah tentu berisi orang-orang yang memiliki pekerjaan terpandang, atau para bangsawan yang memiliki gelar terbawah. Biasanya, mereka cukup berpengaruh dan andil dalam pemilihan suara.

Mungkin sekembalinya dari akademi, aku akan membuat usahaku sendiri. Bukannya aku ingin terlihat "terpandang", tetapi karena aku membutuhkan uang untuk melanjutkan hidup.

Namun sayangnya, orang-orang yang cukup berpengaruh di kelas menengah ini suka bertindak sewenang-wenang. Mereka merasa berkuasa hanya karena atasan mereka yang merupakan kaum elit memerintahkan untuk memimpin atau mengurusi wilayah-wilayah kecil. Tidak jarang mereka memalak lebih, dan meraup banyak keuntungan yang mengatasnamakan tuan mereka.

Alih-alih diurusi, kami merasa lebih seperti tengah dijajah.

Bukan berarti kelas atas lebih baik dari kelasan menengah, maupun bawah. Menurutku, kelas atas lebih seperti burung yang terbang di angkasa. Orang-orang kagum melihatnya, dan mereka merasa hebat karena bisa terbang, serta takjub dengan pemandangan indah dari atas sana, tetapi tidak bisa melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi di daratan.

Bagiku, mereka semua sama saja. Persetan dengan kelas sosial, perbedaan kasta, atau apalah itu. Mereka semua licik dan tidak berperasaan. Itulah sebabnya aku tidak pernah benar-benar menghormati siapa pun bahkan sampai dilabeli dengan "anak kurang ajar".

Itu tidak salah, tetapi juga tidak benar. Aku hanya menghormati orang yang bisa menghormatiku sehingga aku memiliki alasan untuk menghormatinya. Sejauh ini, sudah kutemukan beberapa, mereka berada di akademi ini, dan mungkin juga membaca tulisan ini.

Kesimpulannya adalah—tidak ada kesimpulan. Laporanku bercerita tentang isu yang sudah sangat umum, aku hanya menambahkan beberapa pendapatku sesuai apa yang kulihat dan kualami. Jadi, pasti bukan hal yang sulit untuk memahaminya.

Kutatap datar sarjanawan itu. "Kau sudah lebih dari pintar untuk paham laporanku dalam sekejap. Kuharap, laporan survey-ku ini dapat membantumu."

Catatan Keseharian Penyihir Garuda: OlitaWhere stories live. Discover now