Ketakutannya

25 5 1
                                    

Ada wisata menuju perairan. Seorang pendamping memberikan sebuah selebaran yang berisi. Apakah karaktermu dapat bertahan dalam air?

Jika dia tidak bisa berenang atau mengalami alergi dan mungkin sedikit trauma. Jelaskan hal tersebut pada pendamping.

***

Tumben sekali rasanya ketika aku mendengar bahwa akademi mengadakan wisata, menuju perairan, katanya. Dalam bayanganku, kukira kami akan pergi ke pantai atau danau. Namun, semua bayanganku itu langsung terpatahkan saat menyadari ke mana kami akan pergi.

Kami akan ke Kota Bawah Laut!

Aku senang sekali. Apalagi tatkala kedua mataku sudah melihat siluet gerbang tepat di pinggir pantai yang memberitahukan jalan masuk menuju kota itu, aku takjub sendiri.

Pasalnya, kota ini adalah salah satu destinasi wisata yang paling banyak direkomendasikan, terutama oleh beberapa tokoh terkenal. Aku pernah membaca cerita-cerita mereka yang pernah pergi ke sana dalam surat kabar harian. Kelihatannya seru sekali, jadi aku juga menargetkan kota ini sebagai tujuan wisataku.

Lalu, siapa sangka kalau hari ini impianku akan terwujud?

Kutenteng sepatuku, dan membiarkan kakiku menjejaki pasir bersih yang terasa lembut, rasanya menenangkan sekali. Aku tidak bisa menyembunyikan senyum cerahku. Bahkan, beberapa murid lain tampak keheranan saat melihatku. Ah, sepertinya baru kali ini mereka melihat Olita tersenyum lebar, ya?

Rombongan kami menuju gapura tinggi bewarna biru itu (kata Dila, bentuknya mirip torii. Torii itu apa?). Semakin dekat, barulah bisa kulihat kalau ada jalan setapak yang mengarah ke bawah, ke arah laut sana. Ujungnya tidak kelihatan sama sekali, membuatku penasaran. Walau tampak seperti alternatif bunuh diri karena harus menenggelamkan diri, pemandangan jalan setapak ini menakjubkan di mataku.

Sebelum diizinkan lewat, pendamping kami memberikan selebaran. Kubaca selebaran dengan antusias. Oh, rupanya berisi beberapa pertanyaan.

Intinya, selebaran ini menanyakan: apakah aku dapat bertahan dalam air? Apakah aku bisa berenang? Apakah aku memiliki alergi pada sesuatu yang berhubungan dengan air? Apakah aku memiliki trauma? Dan sejenisnya.

Kujawab pertanyaan tanpa ragu, aku tidak memiliki masalah.

Saat semua orang menyepakati dan sebagian sudah melewati gerbang, di langkah pertama, aku mendadak tertahan sebab suara Roh Kupu-kupu menggema ketakutan dalam kepalaku.

Aku tidak mau!

Aku menghela napas sebal, berusaha sabar.  Kulangkahkan kaki mundur agar yang lain bisa lewat lebih dulu. Apa?

Aku tidak suka air! Entah bagaimana, tetapi aku seperti bisa mengetahui bahwa Roh Kupu-kupu pasti sedang menggeleng. Aku tidak mau ikut denganmu.

Aku mengernyit heran mendengarnya. Tapi aku mau mengunjungi kota itu!

Ia (terasa) menggeleng lagi. Kalau begitu, aku akan keluar dari tubuhmu.

Tidak, itu keputusan buruk.

Salah satu temanku melambai padaku untuk mengajak. Uh, aku tergoda sekali untuk ikut dengannya, tetapi akhirnya kusuruh ia pergi lebih dulu.

Lalu, apa maumu?

Pertanyaan selebaran itu mungkin tidak masalah bagimu, tapi tidak denganku. Bisa dibilang, aku memiliki trauma ... ketakutan terhadap air, lebih tepatnya.

Dahiku mengerut. Kau dalam tubuhku bukan? Seharusnya kau tidak perlu khawatir.

Kau pikir aku tidak akan ikut basah? Roh Kupu-kupu terdengar kesal. Sejak kita terikat kontrak, tubuhmu sudah menjadi dua kepemilikan denganku.

Aku mengeluh dalam hati, sebal sekali mendengar perkataannya barusan. Kutatap gapura biru itu dengan cemberut. Padahal aku ingin sekali ikut.

Kalau kau tetap pergi, aku akan keluar—

"Baiklah, baiklah!" Tanpa sadar aku berucap keras. Lantas, duduk di pasir sambil menekuk lutut. Kupasang wajah garang. Aku sedang sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa sama sekali.

Setelah itu, aku merengut. Sambil menopang dagu dengan kedua tangan, kutatap rombongan yang pergi melewati gapura itu dengan tatapan iri. Sesekali menghela napas. Roh Kupu-kupu juga tidak terdengar lagi, sepertinya dia sudah puas.

Saat ada yang bertanya, maka aku menjawab bahwa aku memiliki trauma dengan air yang tidak memungkinkanku untuk ikut. Untung saja pemandu dan guru pendamping langsung mengerti akan hal itu. Aku tidak perlu repot-repot mencari alasan lain.

Aku kembali merenung di pinggir pantai. Besok-besok, aku akan terus meyakinkan Roh Kupu-kupu untuk pergi ke dalam air. Bagaimana pun caranya, aku akan pergi ke kota wisata itu.

Catatan Keseharian Penyihir Garuda: OlitaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora