- Aku ; sayap pelindung

224 64 281
                                    

Setelah semalam kepergok Ayahnya, Nadin hari ini jadi malu-malu sendiri, Ayahnya kira dia pacaran dengan Eja dan yang lebih mengagetkan lagi Ayahnya malah setuju.

"Nadin, ayo cepet berangkat ini Ayah mau ke kantor." Nadin buru-buru keluar dari kamarnya dengan keadaan muka yang merah, sebab dia dari tadi masih memikirkan kejadian semalam. "Loh, Nadin kamu sakit?"

"Hah? Enggak kok Ayah." Dirga paham, sepertinya anaknya ini masih memikirkan kejadian semalam. "Oh, pasti masih kepikiran kejadian semalam ya? Yang Ayah mergokin Adek liatin Eja?"

"ENGGAK, AYAH." Sahut Nadin cepat, ya Dirga sendiri sudah terbiasa mendengar suara nyaring putri semata wayangnya ini. "Kok Ayah sama Nadin belum berangkat?" Renjana yang baru keluar, kaget mendapati suami dan anaknya masih mengobrol didepan.

"Ini loh Bun, Nadin mukanya merah."

Renjana langsung mengalihkan atensinya pada Nadin yang makin malu. "Nadin sakit? Libur aja ya sayang?"

"Bunda cantik, Nadin enggak sakit tau Nadin sehat ini Nadin cuman kepanasan doang kok, udah ah ayo Ayah nanti telat." Setelah pamitan dengan sang Bunda Nadin buru-buru berlari ke garasi meninggalkan Ayahnya duluan sebelum mukanya makin merah bersemu.

Tapi, ternyata ada tamu tak di undang pagi ini dengan mobil Pajero putih yang sekarang sudah bertandang dihalaman Nadin.

"Pagi om." Dirga yang baru menyusul Nadin, jadi terkejut disapa begitu.

Nadin yang mengetahui siapa orang itu langsung menunjukan wajah keheranan. "Pagi juga, kamu temennya Nadin? Om enggak pernah liat kamu sebelumnya."

"Loh Janu, lu ngapain kesini?"

Janu tersenyum pada Dirga hingga matanya hanya tersisa segaris bulan sabit. "Saya Januar Ardiaksa om, temen Nadin mau ngajak Nadin berangkat bareng saya, boleh om?"

Awalnya Dirga ragu, tapi finalnya dibolehkan juga. "Iya enggak apa-apa, om titip Nadin ya."

"Tapi kok-" Janu langsung memicing ke arah Nadin. "Ayo berangkat, nanti telat."

Setelah pamitan dengan rasa kebingungan, Nadin langsung menaiki mobil Pajero milik Janu. "Lu ngapain jemput gue deh? Perasaan gue enggak minta jemput siapa-siapa."

"Gue disuruh Eja." Jawab Janu dengan santai sambil mengendarai Pajeronya pelan menembus sejuknya udara pagi. "Gue enggak ada janji minta jemput Eja."

Janu tertawa singkat. "Bawel ya ni anak satu, ya emang lu engga ada janji. Tadinya si Eja mau jemput lu diem-diem tapi dia ada urusan jadi gue yang ditugasin buat jemput lu kalo lu sama Ergas, kita pada enggak jamin soalnya Ergas bawa motor kaya ngeprank malaikat maut kalo sama Dika, kasian rumahnya jauh harus muter arah dulu ya yang searah sama lu cuman gue sama Eja."

Nadin mendecak sebal, siapa juga yang minta jemput kenapa mesti repot-repot. "Gue kan enggak minta jemput, gausah repot-repot."

"Lu engga bersyukur banget dijemput sama cowok ganteng kaya gue." Nadin diam saja dia malas berdebat sepagi ini, Nadin sudah hapal tabiat Janu walau Janu manusia yang jarang bicara tapi tingkat kepedean nya tidak kalah tinggi ingat ya Janu dan Nadin pernah satu kelompok dan kerkom bareng dirumah Janu.

Dan Eja, memangnya ada urusan apa dia sampai harus Janu yang menjemput.

Saat tiba di parkiran sekolah, semua mata siswa dan siswi baik yang baru datang atau yang sudah datang beralih pada Nadin dan Janu, mungkin mereka keheranan pasalnya Janu tidak pernah sama sekali mengajak seorang wanita menaiki mobilnya, bisa dibilang Nadin lucky girl tapi bagi Nadin sih biasa saja.

"Heran, pada norak banget sih kaya enggak pernah ngeliat gue aja." Gumam Janu tapi masih bisa didengar oleh Nadin. "Btw, makasih ya Janu walaupun gue enggak minta dijemput sebenernya." Ucap Nadin dengan ekspresi datar.

Jagat Nabastala Where stories live. Discover now