[9] Tantangan

8.5K 661 62
                                    

"Sekali benci, ya tetep benci." – Raga.

"Guys, I have an idea," smirk Nala menyilangkan tangan di depan dadanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Guys, I have an idea," smirk Nala menyilangkan tangan di depan dadanya.

"Ide apaan?" tanya Dara, was-was. Pasalnya wajah Nala saat ini sangat mencurigakan.

"Kita tantang Raga dan temen-temennya lawan Natural Killer main futsal," jawab Nala antusias.

Seketika empat anggota geng Natural Killer yang lain membalalakkan mata. Tantangan macam apa itu, jelas mereka akan kalah. Secara Raga adalah spesialis futsal.

"Nal, lo sehat?" tanya Lena tak habis pikir.

Nala menghela napas sejenak. "Sehat lah, kalau kita menang Raga harus nge-date sama gue."

"Kalau kita kalah?"

"Kita lihat maunya Raga apa?" Nala mengedikkan bahu seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. "Tapi, kalau Raga mau gue jadi pacarnya, gue sih mau-mau aja," imbuhnya percaya diri.

"PD amat si monyet," celetuk Indi.

"Tapi kan kita nggak pernah main futsal, Nal. Gimana kalau nanti kita jatuh di lapangan, kulit kita ke gores, iiihhh nggak mau," rengek Pilar. Jujur saja dia ingin menolak keras-keras rencana Nala yang menurutnya sangat gila.

Nala memutar bola matanya malas, sepersekian detik manik matanya berhenti pada satu titik di luar kelas. Baru saja Raga, Kenzo, dan Arsan lewat depan kelasnya. Nala tersenyum tengil kemudian melangkah keluar kelas.

Melihat itu, Dara, Lena, Indi, dan Pilar mengikuti Nala.

"Raga," sahut Nala menghalangi Raga.

Nala mengulurkan tangan. "Selamat yah atas kemenangannya."

"Udah?" tanya Raga ketus.

Meski ketus, namun suara Raga menjadi candu baginya. "Belum," balas Nala sembari menyelipkan helaian rambutnya di telinga.

Raga berdecak, malas meladeni dia memutar badan membelakangi Nala dan melangkah. Namun, hanya selangkah, karena empat teman Nala menghalangi Raga. "Kalian mau apa, sih?" Tangan Raga sudah terkepal, memang cowok itu sangat emosional.

"Gue tantang lo tanding futsal sepulang sekolah," ujar Nala mendongak di balik pungung kekar Raga.

Mendengar itu Raga membalikkan tubuhnya dan berhadapan kembali dengan Nala sembari bersedekap dada. "Gue nggak punya waktu," balas Raga penuh penekanan disetiap katanya.

"Kalau lo menang, lo bisa minta apa pun dari gue. Tapi kalau gue menang lo harus nge-date sama gue malam minggu nanti," ujar Nala tenang.

"Sekali lagi gue bilang, gue nggak punya waktu ngeladenin cewek cabe-cabean kayak lo dan temen-temen lo."

Wajah Nala menegang, mendengar perkataan Raga menghina teman-temannya membuat Nala tak terima. Biar bagaimana pun bagi Nala, sahabat tetap yang pertama. "Lo takut?" Nala semakin menangtang.

RAGNALADonde viven las historias. Descúbrelo ahora