BAB 2 - "Hai Tiara"

51 9 5
                                    

"Kalo gitu gue yang jadi pacar lo, mau nggak?"

"HAH?" "Apaan sih lo?!!"

Waah apa Fenly sudah gila, dengan mudahnya berkata seperti itu.

"HAHAHA.. muka lo merah Ra, sumpah lucu banget" kata Fenly tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul stir.

"Duuh nggak kuat gue, haha. Padahal gue cuman bercanda Ra. Lo mah langsung serius gitu mukannya."

"Ya lo pikir gue nggak kaget apa, dengan pertanyaan lo yang nggak masuk akal itu?"

"Lah dimananya yang nggak masuk akal, gue ngajak lo pacaran wajar dong kan lo cewe. Kalo gue ngajak Fiki baru nggak masuk akal karena dia cowo."

Fenly memang kenal dengan Fiki, karena sering bertemu di kos-anku saat Fiki mengantarkan makanan. Tapi masalah aku dan Fiki tidak diketahui Fenly, aku berpikir hal ini tidak harus diketahui selain aku, Luna, dan Tuhan.

"Serah lo deh" Tukasku sebagai respon aku tidak memperdulikannya

"Cieee ngambek ciee, apa lo emang berharap gue beneran ngajak pacaran?"

"Apa-apaan? Mau lo serius juga gua ogah pacaran sama lo."

"Haha iya deh iya."

***

Mobil Fenly berhenti di depan sebuah restoran dengan nuansa sederhana namun tetap dalam kategori kekinian.

"Sandria Caffe?"."gue belum pernah tau ada caffe ini." Kataku sambil mengerutkan dahi.

"Kan baru buka Ra, tadi gue udah bilang deh kayaknya sama lo. Ini tuh caffe nya baru buka seminggu yang lalu. Gue udah datang waktu grand opening."
Ucap Fenly gemas.

"Oh, gak denger gue kalo lo ngomong itu. Sorry" kataku.

"Ya udah, yuk masuk!" Ajak Fenly sambil membuka pintu mobil.

Aku melepas seatbelt, dan merapihkan bajuku. Aku melihat Fenly berjalan ke arah depan mobilnya, dan berhenti di pintu kursi penumpang tempatku duduk.
Dia membukakan pintu.

Untukku?

"Woi! Ayo keluar! Udah gue bantu buka pintunya nih, biar so sweet. Ekhem.."

Ujar Fenly dengan muka yang sangat menyebalkan. Untukku. Mungkin jika kalian lihat wajah Fenly secara langsung, pasti akan terpesona, walau ia memasang wajah menyebalkan seperti saat ini.

"Iya iya. terima kasih bapak supir sudah membukakan pintu untuk saya." Balasku sambil berlalu dari hadapannya.

"EH ENAK AJA GUE DIKATAIN SUPIR, GUE YANG PUNYA MOBIL.!!"

"Lah, gue ditinggal. WOI TIARA!"

Hihi.. tahu tidak Fenly itu jago balapan, alias sering ngeGas, teriak-teriak. Yaah seperti yang barusan terjadi. Untung tempat ini masih agak sepi, coba kalau sudah ramai pasti sangat memalukan.

"Woii, tungguin gue dong, masa main pergi aja!!"

Dasar Fenly memalukan saja!!

"Lo lambat kayak siput!" kataku sambil mempercepat langkahku.

***

"Mba dan masnya mau pesan apa?" tanya pelayan wanita berpakain serba putih dan memakai apro hitam.

"Mau pesan apa Ra?"

"Terserah deh" jawabku seadanya, karena bingung mau pesan apa. Sebelum berangkat memang sudah makan, karena niatku yang ingin ke kampus menemui Pak Tio.

"Ah lo mah jangan terserah dong, nanti kalau gue sebutin satu-satu lo malah bilang nggak semua." Kata Fenly sambil melipat tangan di dada.

"Gue masih kenyang, mau makanan yang ringan. Apa aja terserah lo"

AT A LOSSWhere stories live. Discover now