6. BAD DAY

913 84 52
                                    

Di dalam mobil yang melaju dengan pelan, Ata mencondongkan kepalanya ke arah jendela mobil. Ia membuka sedikit kaca jendela membiarkan udara pagi menusuk kulitnya. Begitu pun dengan suasana hatinya yang belum membaik. Pikiran kalut dari semalam masih membekas di otaknya. Padahal hari ini ia ingin terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Entah kenapa ia bahkan tak ingin melakukan apapun di hari ini. Termasuk berangkat sekolah. Kalau saja ini hari libur sudah dipastikan ia akan berdiam diri di dalam kamar seharian.

Lamunannya buyar ketika mobilnya berhenti secara mendadak. Suasana hatinya kembali memburuk. Selain bikin kesal, apalagi yang membuat harinya menambah makin buruk?

"Kenapa sih Pak?" Tanya Ata pada supirnya dengan nada tak santai.

"Oh ini Non, kayaknya di depan ada kecelakaan makanya macet." Ucap Pak Herman selaku supir pribadi keluarganya.

Ata membuka kembali kaca jendelanya dengan lebar. Kepalanya ia condongkan keluar menerawang sekeliling. Benar saja terdengar suara ambulance yang lewat dan mobil yang berjejer membuat jalanan semakin macet.

"Kecelakaan gak kecelakaan juga tetep macet." Dumel Ata pelan. Kini ia mengambil ransel yang berada disampingnya kemudian memasangnya ke punggungnya.

"Pak, saya sampe sini aja. Udah deket. Jalan kaki juga nyampe." Ucap Ata sembari membuka knop pintu mobilnya lalu melangkah melewati celah-celah kendaraan yang berhimpitan. Meninggalkan sang supir yang hendak mengangkat mulutnya ketika melihat anak majikan sudah sampai di seberang jalan.

Sampai di depan gerbang sekolah terdengar suara motor ninja RR berhenti di depannya. Langkahnya pun ikut terhenti, wajahnya mendelik ke arah sang pemilik motor dengan tatapan malas. Berbeda dengan lawan di depannya, laki-laki sang pemilik motor itu malah mengedipkan matanya sembari melemparkan senyuman lembut.

"Haii ceweee.. Tumben jalan kaki? Mau nebeng gak?" Tawar Alvin pada Ata yang sedang melototinya kesal. Laki-laki itu tidak tahu bahwa hatinya sedang suasana buruk.

"Nebeng mata lo! Ini udah di lingkungan Sekolah. Tinggal parkir aja nawarin tebengan lo!" Ujar Ata sewot.

"Dih kok marah-marah sih masih pagi? Emang lo beneran mau berangkat bareng sama gue seandainya belum nyampe Sekolah?"

"Au ah!" Ata melangkahkan kakinya meninggalkan Alvin mematung di motornya sambil mengangkat alisnya. Tingkah Ata kali ini membuat Alvin bingung.

"KALO PULANG SEKOLAH GIMANA?" Teriak Alvin membuat Ata menolehkan kepalanya kebelakang dengan memicingkan matanya diiringi tatapan bingung dari para siswa yang melewatinya.

**
Di dalam Kelas 11 IPA 3 kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Hari ini kelas mereka sedang dijadwalkan mata pelajaran Bu Dewi selaku guru matematika. Bu Dewi ini bisa dibilang guru matematika yang killer. Jauh berbeda dengan penampilan Bu Dewi yang berkaca mata yang memiliki wajah imut namun sangat bertolak belakang dengan sifatnya.

Matanya selalu teliti dengan murid siapapun yang akan bikin ulah dengannya ia tahu, entah membolos di kelasnya atau tidak memperhatikan apa yang diajarkan. Maka nilainya akan selalu dikurangi dimata pelajarannya.

Alvin sedari tadi tak fokus dengan materi yang sedang Bu Dewi jelaskan. Otaknya tidak berjalan, melihat Ata yang duduk di bangku paling depan sibuk dengan bukunya. Alvin malah merasa gadis itu bersikap tidak biasa pagi ini. Dengan nada marah-marah padahal ia cuma menawarkan tumpangan.

Meskipun biasanya memang meladeni dengan jutek, tidak pernah ia berbicara dengan nada marah tanpa tahu penyebabnya. Alvin pun membuka bukunya, merobeknya kemudian menulis surat lalu dilipatnya asal.

Alvin menepuk bahu siswa pemilik bangku depan untuk memberikannya ke bangku Ata yang paling depan, dari belakang mengoper surat itu sampe tepat di bangku depan.

Boyfriend Material(END)Where stories live. Discover now