10. CLUBBING

101 55 2
                                    

yang sakit bukanlah perjuangan yang gagal, namun ketika seseorang yang selalu bersama kita hanya raganya sedangkan hatinya untuk orang lain.
-TRD-

✨🌻✨

happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

happy reading

Cewek itu memang hanya memakai hot pants dan tanktop ketat hitam saja. Bahkan belahan dadanya dibiarkan terekspos. Benar-benar style penggoda hasrat pria.

"Sial." Umpat Devan tiba-tiba. Keempatnya langsung menoleh ke arah ketuanya itu.

"Kenapa?" Tanya Rean.

Devan melirik Rean sekilas kemudian menunjuk tempat dimana Gladys tengah tempati menggunakan dagunya. "Lo cermatin baik-baik tu cowok."

Keempatnya langsung mengikuti arah pandang sang ketua.

"Mukanya kaya gak asing." Balas Kenzie.

Keempat pasang mata mereka memicing. Seseorang yang berada di penglihatan mereka memang begitu familiar. Namun mereka tidak bisa memastikan karena tersalut oleh orang-orang yang berlalu lalang, lampu disco yang tidak mendukung ditambah lagi cowok itu memakai topi.

"Sial. Dia Gazza." Ucap Alen. Sepertinya penglihatan Alen memang paling sehat daripada keempat sahabat minus akhlak nya itu.

"Gazza, ketua Wolf?" Tanya Rean memastikan dan diangguki oleh Alen.

"Memalukan." Gumam Devan kemudian tersenyum miring.

Empat puluh lima menit lamanya mereka menghabiskan waktunya di clubbing. Tak lupa saling melontarkan tawaan, merokok bahkan mabuk. Mata Devan kembali teralihkan oleh objek yang tak asing baginya.

"Ngapain tu cewek ke sini, malem malem." Gumam Devan yang masih bisa di dengar oleh keempat sahabatnya.

"Bukanya dia sakit?" Tanya Rean.

"Anjing cug, mata gue!" Slonoh Kenzie lagi-lagi menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

"Bukanya lo bandar betina, liat orang di cium aja sok suci." Sindir Zafran.

Jangan salah paham, objek yang menjadi pusat perhatiannya sekarang bukan berciuman mesra melainkan ciuman sebagai bentuk kerinduan pada seseorang.

Cewek yang dimaksud Devan adalah Fara. Gadis satu sekolah dengannya. Gadis itu berlari kecil ke arah segerombolan cowok di sebrang sana. Tidak banyak, hanya tiga cowok saja.

Fara berhambur ke pelukan salah satunya. Cowok itu tak sesekali menciumi semua sudut yang berada di wajah cantik milik Fara. Mulai dari kening, mata, hidung dan pipi.

Melihat kegiatan itu membuat mata dan telinga Devan memanas. Devan diam-diam mengepalkan kedua tangannya di bawah meja.

"Siapa dia sebenarnya." Batinnya.

THE REVENGE DEVANWhere stories live. Discover now