Chapter 2 Kesempatan.

94 10 0
                                    

10 September 2021.

Mark perlahan membuka matanya, lalu dipegangnya kepalanya yang terasa sakit.

"Mark ayo kantin! Nih anak baru bangun anjir," Sahut Hilmy menghampiri bangku temannya itu yang sedang mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Aneh.

Mark mengerjapkan matanya berkali-kali, saat dirinya kini melihat ruang kelas dan juga melihat Hilmy, temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan seakan dirinya aneh.

Gue udah mati? Di surga pun gue tetap ketemu Hilmy? Oh tuhan...

"HEH MORK! Kenapa lo?!" tanya Hilmy heran sambil menepuk lengan Mark sedikit bertenaga membuat Mark sepenuhnya sadar.

Ia lalu terdiam sebentar kemudian menatap Hilmy. "Gue udah mati?"

Hilmy membuang nafas kasar, ada apa dengan teman satu nya ini? Apakah kewarasannya sudah hilang?

"Ck, mau gue buat lo menghadap tuhan? Udah ayo jangan buat gue emosi, gue kalo laper makan orang nih."

Mark tidak menanggapi Hilmy seperti biasanya, ia masih merasa ini semua tidak nyata. Bukannya seharusnya ia berada di taman? Bukannya seharusnya ia telah mati?

Apakah itu semua mimpi?

Mark lantas menggelengkan kepalanya, jika itu mimpi maka tidak mungkin akan terasa begitu nyata. Lalu apa?

Pertanyaan yang tidak kunjung ada jawabannya itu membuat kepala Mark kembali pusing. Ia lalu menghela nafas panjang tanpa sadar. Terlalu tidak masuk akal baginya.

Hilmy yang masih berdiri di samping temannya itu hanya terdiam melihat tingkah Mark yang aneh. Senyuman miring tercetak dari bibirnya, kemudian langsung berganti dengan raut wajah kesal.

"Gue duluan kalo gitu sebelum gue makan temen sendiri. Perut gue udang memanggil soalnya. Jangan lama-lama jadi bego, lu kan udah bego Mark," ucap Hilmy yang mulai menghilang dibalik pintu meninggalkan Mark yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

##

Kantin selalu ramai dan itu membuat Mark terkadang malas untuk duduk berlama-lama di kantin. Tapi hari ini berbeda, semua suara riuh di kantin kali ini terasa sunyi baginya. Bahkan Johnny yang sedari tadi bertanya padanya, ia hiraukan.

"WOY MARK!" teriak Johnny bersamaan dengan Hilmy yang menyenggol lengannya, membuat Mark menatap kedua temannya secara bergantian dengan tatapan bingung.

Johnny membuang nafas kasar. "Kenapa? Lo ada masalah? Muka lo pucat banget." Tanyanya yang hanya dibalas gelengan kepala Mark. Sungguh bagi Johnny, temannya terasa berbeda dan seperti ia sedang menyembunyikan sesuatu. Johnny memang lebih peka terhadap sekitarnya.

Mark kemudian menenggak minumnya hingga habis, ia sudah lelah berpikir dan lebih baik ia menjalani harinya yang terjadi saat ini. Ia juga bersyukur karena dirinya masihlah diberi kesempatan untuk hidup.

"Tanggal berapa sekarang?" pertanyaan pertama yang lelaki itu tanyakan setelah sedari tadi hanya melamun.

"10 september," jawab Johnny sedangkan Hilmy masih sibuk dengan mie ayamnya yang belum ia habiskan.

ChanceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora