AWAL

202 14 0
                                    

Rumah artistik berlantai dua itu nampak ramai, satu keluarga sedang berkumpul diruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah artistik berlantai dua itu nampak ramai, satu keluarga sedang berkumpul diruang tengah.

Bak rapat paripurna, anggota keluarga duduk melingkar sambil memperhatikan sang kepala keluarga sekaligus pemimpin pertemuan ini.

Rafi Adrian Pranata, menatap semua orang yang ada didepannya. Namun ia mengernyit mendapati salah satu anggota keluarganya tak ada.

"Andri mana?"

Semua saling menoleh, "Rita, suamimu kemana?" tanya Mia, istri Rafi.

Rita menggeleng pelan, "Gak tau, Ma. Tadi katanya mau keluar sebentar, tapi gak bilang mau kemana. Ini udah 2 jam sejak mas Andri keluar, dia belum pulang juga."

"Yasudah, sekarang dengarkan papa." ujar Rafi.

Semua anggota diam, "Kali ini papa gak mau berbelit-belit. Papa ingin tanya sama kamu, Anna. Kamu mau tetep sekolah di Galaksi atau pindah?"

Anna Davira, satu objek yang memang menjadi pokok pembicaraan dalam pertemuan ini. Cewek dingin yang tak pernah lagi ceria diluar rumah. Ia benci harus keluar rumah. Namun mau bagaimana lagi, kehidupan tak berputar disekitar rumahmu saja, kan?

Atensi semua yang ada disana beralih pada Anna, menunggu keputusan gadis itu.

"Anna mau pindah sekolah." putusnya.

Rafi mengangguk puas akan jawaban putrinya. Memang bagus jika Anna pindah sekolah saja. Jika terus berada disekolahnya sekarang, itu hanya akan membangkitkan trauma yang dialami gadis itu.

Namun setiap keputusan akan ada yang pro dan kontra, bukan? Salah satu dari mereka menolak keputusan itu.

"Kenapa? Nanggung lho, dek, tinggal satu tahun lagi. Apa ada sekolah yang bakal nerima murid baru di kelas 12? Pikirin temen-temen kamu juga. Apa kamu tega ninggalin mereka?"

Alan Sky Pranata, jelas menolak keputusan itu. Menurutnya Anna tak perlu pindah, toh sebentar lagi dia juga akan lulus. Akan sulit jika harus pindah dan beradaptasi dengan lingkungan baru.

"Tapi abang setuju. Kamu memang perlu lingkungan baru, suasana baru." ujar kakak Anna yang lain, Leonanda Virgo.

Alan langsung mendelik pada kakaknya, "Abang kok malah dukung sih?!"

Leon tersenyum, "Apapun keputusan Anna, abang dukung."

"Sudah! Jangan ribut. Kalian ini--"

Suara derap langkah menghentikan perdebatan itu sementara. Andri Adrian, si sulung yang dipertanyakan keberadaannya telah datang. Ia tak sendiri. Dibelakangnya, Andri menggusur seorang gadis yang tengah menarik satu koper besar berwarna biru muda.

Andri mendekat kearah kerumunan itu, lalu duduk disebelah Rita, istrinya. Si gadis yang tak dikenali karena memakai masker hanya berdiri.

"Kamu dari mana saja, mas? Kamu bawa siapa?" tanya Rita yang terlihat tak suka.

Andri tersenyum lalu mengusap kepala istrinya sekilas, "Aku habis jemput dia, sayang. Maaf ya gak bilang. Dan maaf udah bikin papa nunggu. Gimana keputusannya?"

"Anna ingin pindah sekolah katanya." ujar Mia.

Andri mengangguk, "Sebenarnya, diam-diam aku udah daftarin Anna sekolah. Tepatnya di Antariksa. Dan besok, Anna udah bisa sekolah. An, kamu masuk di kelas Teknik Otomotif sesuai permintaan kamu. Abang udah bilang ke kepseknya, besok kamu temui dia dulu."

"APA?! TEKNIK OTOMOTIF?! APA-APAAN INI?! Abang kenapa masukin Anna ke jurusan itu? Isinya cowok semua, abang!" Leon tiba-tiba protes.

"Abang hanya menuruti kemauan adik kesayangan abang. Kalau Anna maunya itu, yasudah. Kita hanya tinggal mendukung."

Semuanya mengangguk faham, namun tidak dengan Alan dan Leon. Mereka sama-sama cemberut karena tak setuju dengan keputusan itu.

Disisi lain, Anna tersenyum sekilas. Akhirnya kakak sulungnya itu mewujudkan keinginannya.

"Lantas gadis ini siapa, Dri?" tanya Rafi yang sebenarnya sudah penasaran dari awal.

Andri melirik si gadis, "Kamu ngapain masih berdiri disitu? Duduk! Buka juga maskernya. Ini udah dirumah."

Si gadis terkekeh lalu melepaskan masker yang menutupi setengah wajahnya. Dan, mereka semua melongo menatap si gadis yang tengah nyengir tanpa dosa.

"STEFANNY?!"

"Hai, semua!" sapa si gadis yang bernama lengkap Stefanny Carl itu.

"Abang ngapain bawa Fanny kesini?" tanya Leon mewakili semua rasa penasaran mereka.

Andri menghela nafas pelan, "Fanny sekolah di Antariksa, dia bakalan nemenin Anna meski mereka beda jurusan. Dan soal aunty sama uncle, aku udah minta izin mereka. Dan Fanny bakal tinggal disini mulai sekarang. Andri harap, papa ngizinin untuk yang satu ini."

Sang kepala keluarga tersenyum lalu mengangguk singkat. Pertemuan berakhir dengan keputusan, Anna akan dipindahkan dari Galaksi ke Antariksa. Dan sesuai keinginannya yang aneh itu, ia berhasil masuk ke jurusan yang mungkin dianggap ekstrem untuk perempuan.

Tapi, Anna berharap ia akan melupakan traumanya kalau ia melawannya. Berteman dengan laki-laki, bergaul bersama mereka dan membuat itu menjadi suatu hal biasa. Anna berfikir, mungkin kehidupan lamanya yang penuh keceriaan tak akan pernah bisa kembali.

Namun apa salahnya mencoba hal baru, bukan?

Namun apa salahnya mencoba hal baru, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANNA dan IQBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang