tigapuluh

1.9K 136 1
                                    

"Pakai bahasa manusia, jangan bikin hal mudah terlihat rumit."

---

"Gue tanya sama lo, apa lo pernah beri gue alasan atas apa yang lo lakukan?" tanya Gebi pada Alan dan Alan terdiam.

"See, bahkan sekarang lo diem, Lan." ucap Gebi dengan nada meremehkan.

"Keluar lo semua!!" teriak Alan memerintah mereka semua keluar dari UKS.

Mereka semua keluar, tapi Safa masih belum beranjak dari ranjangnya, seketika Alan langsung menatap Safa.

"Keluar." kata Alan dengan dinginnya.

Safa tertegun lalu, perlhan bangkit kemudian berjalan keluar UKS.

"Nggak usah drama bisa nggak?" sarkas Gebi, mendengar itu Alan mencoba menenangkan emosinya.

Alan menuju pintu UKS dan dikuncinya pintu itu, menatap Gebi dengan lekat yang masih berdiri di sisi brankar.

Kemudian Alan duduk di sisi ranjang yang ada disebelah Gebi, percayalah sebenarnya ia benar-benar lelah.

Gebi hanya diam dan memandangi Alan yang juga memandanginya, tatapan mereka memang bertemu tapi rasanya kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.

"Duduk dong, Geb." titah Alan.

Gebi memutar mata malas lalu duduk di ranjangnya tadi, kini posisi mereka berhadapan.

"Jauh dilubuk hati gue yang paling dalam, gue juga nggak mau hubungan kita nggak akur gini, tapi gue juga nggak tau gimana buat jelasinnya ke lo, dan bahkan gue nggak mau ceritain itu kesiapa pun, terlebih lagi gue harus jaga lo, Geb" Alan berbicara sambil menatap dalam mata Gebi.

Gebi menghembuskan nafasnya pelan seolah mengumpulkan keberanian untuk bersuara, "Lan gue tau," Alan hanya diam menunggu kalimat Gebi sebelumnya.

"Gue tau lo bukan anak kandung Tante Karina." Sambung Gebi lagi.

Dan itu cukup membuat Alan terkejut, bagaimana bisa?

Gebi bangkit dari duduknya lalu menghampiri Alan menggenggam telapak tangan Alan kuat.

Alan masih memikirkan bagaimana Gebi mengetahui sedikit fakta tentang kehidupannya itu.

"Tante Karina yang cerita." Ujar Gebi lagi.

"Makasih." Entah dorongan dari mana kalimat itu tiba-tiba keluar dari mulut Alan, rasanya lega.

Tapi percayalah, satu rahasia terbuka maka akan disusul oleh rahasia lainnya.

"Tapi, bukan itu masalah utamanya, Geb." Alan lagi yang kini duduk bersampingan dengan Gebi tak lupa tangan yang masih bertautan.

Tapi di luar dugaan Alan, Gebi hanya mengangguk, tidak ada keterkejutan disana.

"Gue tau masalah lo nggak semudah itu." Ujar Gebi lagi perlahan melepaskan tautan tangan mereka.

"Lo tau?" tanya Alan sedikit ragu.

Gebi menggeleng, "Gue cuman menerka aja kok, soalnya akhir-akhir ini lo bukan Alan yang gue kenal."

Alan yang mendengar itu sedikit tersenyum, lalu mengangkat tangannya berniat ingin mengelus kepala Gebi, tapi Gebi langsung menghindar.

"Tangan!!" tegur Gebi.

"Hehehe."

Gebi berdiri didepan Alan, "Lan gue serius, lo harus fokus dulu ke masalah lo." Ujar Gebi menatap lekat pada mata Alan yang kadang menjadi candunya.

Alan hanya mengangguk lalu tersenyum tengil.

"Gue juga mau fokus sama ujian, jadi kita break dulu aja ya?" sambung Gebi, yang pasti di ikuti helaan nafas dari Alan.

Dikit-dikit Cembokur [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora