Bagian 7 : Murid angkuh

5.1K 627 104
                                    

Happy reading all 🧘

🍓🍓🍓

Akira mendengus kesal, matanya memutar malas mendengar ocehan demi ocehan yang Ziya lontarkan sejak 20 menit yang lalu. Huft, entahlah apa mulut kecil itu tak lelah bergerak-gerak sedari tadi.

“Ah! Dan ya! Dia itu terlihat- iyuh sangat menjengkelkan. Huh, dan kamu lihat tadi cara berjalannya? Cih, anak ayam yang kehilangan induknya saja tak seperti itu,”

Akira tersenyum kesal dibuatnya, ia memutar duduknya berhadapan dengan Ziya, “biarkan saja dia hidup tenang. Lagipula dia juga enggak ganggu kita,”

“Halah, anak kayak dia itu mirip anak babi yang malu punya ibu babi,”

Gadis bermulut pedas itu mendesis kesakitan kala jari mungil Akira menyentil mulutnya, sontak ia mengambil aba-aba hendak memukul-namun ia urungkan segera niatnya tadi.

Akira mengibas-ngibaskan tangannya ke udara, “hush hush! Pergi sana kamu! Tuh mulut sekolah dikit kenapa. Nylekit banget kayak omongan ibu-ibu tetangga,”

Ziya melipat tangannya di atas meja angkuh, “dia itu enggak pantes jadi saudara kamu,” ujarnya sembari tertawa remeh. Akira hendak membuka mulut menyangkal opini Ziya, namun itu tak terjadi kala seorang guru manis berambut hitam ikal dengan lesung pipi di sebelah kiri mulutnya.

Guru bernama Rani itu menyapa manis para muridnya, kemudian ia lanjutkan dengan memberikan materi demi materi dengan telaten dan sabar.

Dua minggu yang lalu, tepatnya satu bulan setelah kepindahan Akira ke Indonesia, ia dimasukkan ke salah satu sekolah ‘Sekolah Dasar’ yang cukup terkenal oleh Gerald, ah dan tentunya bersama Viola atas usul paman Hans.

Awalnya Akira tak setuju dan amat sangat tak senang! Bagaimana tidak?! Akira akan kembali bersekolah SD untuk kedua kalinya! Kalau kalian ingat, Akira adalah dokter muda yang sukses di kehidupannya. Dan tentunya kalian tahu kan, bahwa pendidikannya itu sudah sangat jauh.

Astaga, hari itu menjadi mimpi buruk Akira yang pertama di novel ini!

Rasa ingin menolak dengan keras dan gigih, namun apalah daya ia yang dikenal sebagai anak kecil berusia 10 tahun. Padahal jiwanya 2 kali lipat dari umur Shiera ini.

Tapi tak apa, biarkan saja. Lagipula saat di sekolah, matanya ini dapat beristiahat sejenak dari menatap siluet Gerald yang entah kenapa bisa ada di setiap sudut mansion.

“Ziya! Ngapain ada di kelas ini? Astaga, kelas kamu sudah dimulai loh, ayo cepat kembali ke kelasmu,”

Akira berjingkat kaget kala tangan panjang Ziya mengalung indah di lehernya, ia berdecak kesal, sedetik kemudian ia mencubit kuat pinggang Ziya hingga gadis kecil tomboy itu berteriak kesakitan.

Ziya yang berada di belakang kursi Akira pun menggeram kesal bukan main.

Brak!

“Astaga!”

“Mama udang!

“Kucing potong!”

“Eh ayam ayam!

“Si anjing gelo!

Berbagai umpatan dalam sedetik mengalun bersamaan akibat Ziya yang menggebrak meja di depan Akira keras. Gebrakan itu cukup kuat hingga membuat sang meja retak, tapi untung saja meja itu tak sampai terbelah. Huft, ada-ada saja.

“Saya tidak akan keluar dari kelas ini! Lagipula saya cucu kesayangan pemilik sekolah! Jika saya mau, semua guru yang melawan bisa saya laporkan kepada kakek saya! Ah, dan ya! Saya ini sudah cerdas tanpa belajar sekalipun, huh.” Ziya berkacak pinggang angkuh, wajahnya yang tadinya putih kini sudah memerah kesal. Dan juga—tatapan tajam yang ia lontarkan cukup membuat nyali sang guru tadi ciut seketika.

Villain DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang