14

128 24 2
                                    

— PSYCHO —

Taeyong menepati ucapannya, selama 24 jam dia membiarkan Seulgi lepas dari pengawasannya.

Meskipun tentu saja dia selalu memikirkan gadis itu. Mark sendiri heran, pasalnya tuannya itu selalu ingin tau berita terbaru tentang Seulgi sebelum bahkan sesudah meeting.

Seperti biasanya Taeyong pergi ke cafe seberang kantor untuk membeli kopi. Dia lebih suka membelinya sendiri dari pada meminta orang lain membuatkannya.

Dengan begitu dia juga bisa mengingat pertemuan pertamanya dengan Seulgi. Setiap dia melewati jalur penyebrangan tanpa disadari senyuman mengembang dibibirnya.

Sesampainya di ruang kerja, Taeyong menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Jam tangan mewah keluaran perusahaannya sendiri.

Ini sedikit kisah tentang Pria berwajah dingin Lee Taeyong. Dia dibuang oleh orang tuanya di sebuah panti asuhan. Ditempat itu dia bertahan sampai menginjak kelas 1 SMA. Karena setelah itu dia memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan apapun.

Dia tak punya tujuan sama sekali. Alasannya pergi adalah dia merasa tidak ada yang benar-benar tulus atau peduli dengannya di tempat itu.

Sampai suatu saat dia bertemu dengan seorang nenek pemilik sebuah tempat makan sederhana. Mungkin karena kasian nenek itu menawarkan pekerjaan untuk Taeyong dan membiarkannya tinggal di tempat itu.

Sendirinya juga bukan orang kaya dan dia harus mengurus Cucu satu-satunya, Kim Doyoung.

Taeyong awalnya menolak, dia tak mau dikasihani. Namun karena Doyoung menyukainya, Taeyong akhirnya setuju. Nenek juga menawarkan Taeyong untuk mengajari doyoung belajar. Jadi anggap saja itu bayaran untuk pekerjaan mu, begitu katanya.

Doyoung adalah anak yang kesepian kala itu, dia kehilangan orang tuanya, bukan ditinggalkan oleh mereka. Itu memiliki arti yang berbeda untuk Taeyong setidaknya.

Dan sebab itu Doyoung sangat ingin agar Taeyong tinggal dengannya. Dia membutuhkan seorang teman.

Lama kelamaan nenek menyadari Taeyong yang begitu jenius. Setiap malam ia mengetikan sesuatu di laptop yang dia bawa ketika memutuskan untuk pergi dari panti. Dia mendapatkannya dari ikut perlombaan di internet.

Dan saat itu juga dia sedang mengikuti perlombaan dalam membuat perangkat lunak.
Lalu benar saja. Taeyong berhasil menjadi juara dan mendapatkan banyak uang sebagai hadiah.

Dari situ dia mulai melangkah maju dengan dukungan Nenek dan Doyoung. Namun sayangnya nenek meninggal 4 tahun lalu setelah Taeyong berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Jadi hanya menyisakan Doyoung, keluarga yang taeyong punya.

Selama hidupnya juga Taeyong tak pernah menaruh cinta kepada orang lain. Karena takut mereka akan meninggalkannya seperti orang tuanya. Bahkan kepada Doyoung dia memberikan sebuah batasan.

Tapi Karena senyuman Seulgi kala itu, entah mengapa Taeyong menyukainya begitu dalam. Hingga membuatnya tak ingin kehilangan gadis itu. Ia bahkan mampu melakukan apa saja jika sudah menyangkut sang gadis.

Bahkan detik ini, "Mark, dimana Seulgi sekarang?" taeyong bertanya setelah memastikan ini sudah tepat 24 jam. "Maaf, tuan. Sepertinya nona seulgi sengaja mematikan ponselnya." Sahut Mark.

"Posisi terakhirnya masih dirumah sakit semalam. Jadi setelah ini kami akan mencarinya secara manual" lanjutnya .

"Baiklah, segera beritahu aku" Sahut Taeyong kecewa. Taeyong sendiri jarang fokus bekerja saat siang. Dia memilih mengerjakan semua pekerjaannya dirumah saat malam hari jika tidak mendesak, karena dia memang sulit tidur.

Setahun terakhir saat perusahaannya mulai naik dan terkenal. Dia sering mendapat teror dari orang yang belum dia ketahui sampai sekarang. Dan kini orang itu sudah berani melukai Doyong.

Sebelum ini doyoung memang memilih tinggal sendirian dan hidup sesukanya dengan hasil kerja keras Taeyong. Taeyong sendiri tak mempersalahkan hal itu. Dia pikir doyoung perlu menghabiskan hidupnya untuk bersenang-senang.

Lagi pula doyoung sudah mengabulkan keinginan neneknya agar lulus kuliah. Tapi tetap saja Taeyong merasa bersalah atas apa yang terjadi padanya.

"Bang! Mobil gue kan rusak. Beliin yang baru ya?" bujuk Doyoung setelah Taeyong kembali dari kantor. Taeyong berfikir sejenak, Doyoung sudah bercerita tentang apa yang terjadi padanya. Mulai dari mobil box yang menabrak dirinya juga seseorang yang menusuknya didalam mobil saat itu juga.

"Bang! Mikir apasih? Kang Seulgi?" Goda Doyoung dengan wajah yang menyebalkan untuk dilihat. "Jalan dulu aja yang bener" Jawab Taeyong sarkas.Pada nyatanya Doyoung memang masih berjalan pincang.

Ditinggalkannya doyoung yang masih berada di depan pintu. Taeyong mengingat Seulgi karena doyoung menyebutnya barusan, kini dia menanyakan kembali keberadaannya pada Mark.

"Tuan, ini buruk. Kami tidak bisa menemukan keberadaan nona seulgi" kalimat pertama Mark berhasil membuat Wajah Taeyong menegang. Dia tetap diam memilih menunggu kalimat Mark selanjutnya.

"Kami menyadap semua ponsel teman-temannya juga kakaknya. Dan mereka juga sedang mencari keberadaan nona seulgi" Mark menunduk, dia mengerti Tuannya akan panik mendengar laporannya.

"Kenapa itu yang harus aku dengar?!! Hah?!!" Bentak Taeyong. Rasa khawatir membuatnya emosi dan melampiaskannya pada Mark.

"Cepat bawa tim mu!! Dan cari seulgi sampai dapat!" Perintahnya dengan tegas. Mark mengangguk kemudian terlihat mengatakan sesuatu kepada anak buahnya melalui earpiece yang setia terpasang ditelinga.

"Aarrggghh. Jika ini ulah orang yang sama gue nggak akan tinggal diem" rahang taeyong mengeras ditambah tangannya yang mengepal dengan kuat.

———

"Kamu yakin ini nggak ada hubungannya sama pria itu? Lee Taeyong" Tanya Suho pada gadis yang nampak resah didepannya. "Aku nggak tau" Irene menggeleng.

"Kakk, gimana Seulgi? Udah ketemu?" teman-teman Seulgi datang bersamaan. Dan baru saja Joy yang bertanya.

Mereka masuk begitu saja karena pintu rumah itu terbuka. Irene terpaksa harus menggeleng sekali lagi.

"Yeri? Kamu juga kesini? Ayah kamu gimana?" tanya Irene setelah melihat Yeri juga ikut datang. "Operasinya berjalan lancar kok Kak. Ayah juga udah sadar kemarin." Jawab Yeri sendu. Irene mengangguk dan tersenyum tipis menatap Yeri.

"Terakhir Seulgi bilang mau kemana Kak?" Wendy juga gusar. "Itu semalam, dia bilang mau cari makan malam" Jawab Irene.

Suho masih setia mengelus punggung Irene agar lebih tenang. "eungg kak, apa kalian sudah tau tentang Seulgi dan Lee Taeyong?" Joy ragu.

"Jadi kalian juga tau soal pria itu?" Sahut Suho. Ketiganya mengangguk.

"Mereka terlihat dekat namun seulgi belum mengatakan apapun tentang hubungan mereka" jelas Wendy.

"Tapi bukankah Lee Taeyong itu baik? Dia tidak akan melukai Seulgi kan?" Ucap yeri. Dia memikirkan bahwa Taeyong lah yang sudah membantunya. Jadi dia pasti orang baik.

Suasana hening sesaat. Hingga terdengar suara pintu yang diketuk dua kali. Mereka menoleh ke sumber suara. Menemukan orang yang dibicarakan berdiri disana.

"Saya paham dengan apa yang kalian pikirkan. Dan saya berjanji akan membawa kembali Seulgi. Dimana pun dia berada." Taeyong mengucapkan kalimatnya, membungkuk kemudian pergi begitu saja. Wajahnya sendu, tidak seperti biasanya yang datar dan mengintimidasi orang yg menatapnya.



To be continue

PSYCHO | SeulyongWhere stories live. Discover now