Chapter Twenty Three

934 107 30
                                    

WARNING!

WARNING!

WARNING!

Sesampainya di depan rumah ayahnya, Yeonjun dan Soobin tak segera masuk ke dalam.

"Hyung?" panggil Soobin karena sedari tadi pandangan Yeonjun jatuh pada sebuah kamar yang berada di lantai dua. Kamar dengan gorden yang tertutup rapat. Ia menduga bahwa Yeonjun pasti kembali teringat akan masalalu kelamnya. Maka, Soobin menautkan jemarinya ke sela-sela jemari Yeonjun. "Hyung, aku ada disini."

Paham akan maksud kalimat Soobin, Yeonjun menoleh lalu tersenyum.

"Ayo, kita masuk."

Ini ketiga kalinya Yeonjun kembali menginjakan kaki ke dalam rumahnya sendiri setelah memutuskan untuk meninggalkan rumahnya.

Yang pertama kali adalah saat ayahnya menikahkan seorang wanita yang mempunyai anak satu setelah empat tahun bercerai dengan Aera, mereka makan malam bersama untuk pertama kalinya. Kala itu Yeonjun sama sekali tidak bisa masuk ke dalam rumah, bahkan tubuhnya gemetar hebat ketika baru saja sampai. Namun karena ada Jungkook yang menemani dan meyakinkannya, akhirnya ia menahan dan menyembunyikan rasa takutnya ketika memasuki rumah untuk melihat sang ayah.

Yang kedua kali Yeonjun datang ke rumah karena ayahnya jatuh sakit. Dan sekarang, ayahnya kembali sakit. Maka, mau tak mau Yeonjun harus masuk ke dalam rumah yang penuh dengan kenangan menyakitkan di dalamnya.

"Oh, Yeonjunie sudah datang." Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Yeonjun dengan ramah. Hong Jia, ia adalah istri ketiga Choi Jaein.

Yeonjun memang tidak begitu dekat dengan wanita yang lebih muda tiga tahun dari ayahnya, namun ia tahu bahwa Hong Jia adalah ibu yang baik. Terbukti dengan ia mengurus anak kandungnya yang bernama Park Jongseong atau biasa dipanggil Jay dengan baik. Meski ia tidak dekat dengan adik tirinya yang lebih muda setahun darinya, tak jarang Yeonjun menanyai kabarnya karena Jay tinggal di asrama. Selain itu, Yeonjun sering bertemu Jia dan Jay di luar rumah dan terkadang mereka juga datang ke restoran, yah meski hanya bertegur sapa dan tidak berbicara banyak dengan mereka.

"Apa Yeonjunie ingin makan dulu?"

Yeonjun menggeleng dengan tersenyum sopan. "Terima kasih Ahjumma, tapi aku sudah makan sebelum datang ke sini."

Hong Jia tersenyum lembut. Ia memaklumi dan mengerti kenapa Yeonjun selalu memanggilnya ahjumma walau mereka sudah saling mengenal selama delapan tahun lamanya.

Sebelum Jaein menikahkannya, pria yang merupakan ayah Yeonjun bercerita mengenai anak semata wayangnya. Meski Jaein menceritakan menurut asumsinya saja, ia mengatakan bahwa Yeonjun dilecehkan oleh mantan istrinya dan berharap Jia bisa mengerti jika anaknya nanti sulit untuk dekat dengannya. Tentu saja, ia percaya dengan semua kalimat Jaein. Karena ketika pertama kali bertemu dengan Yeonjun saat usianya masih dua belas tahun, Jia merasakan bahwa ada sebuah pembatas berupa tembok besar yang tidak bisa ditembus olehnya. Rasanya sangat sulit mendekati pemuda tersebut. Sampai sekarang pun, tidak ada yang berubah. Yeonjun tetap sulit untuk di dekati.

"Bagaimana keadaan ayah, Ahjumma?" tanya Yeonjun dengan langkah kakinya mengarah ke kamar ayahnya. Ikuti oleh Soobin yang terus memegang tangannya.

"Tadi siang sudah diperiksa oleh dokter, tapi tekanan darahnya masih tinggi. Sebenarnya akhir-akhir ini ayahmu sering melamun, entah memikirkan apa."

Di sana Yeonjun dapat melihat dengan jelas ayahnya tengah terbaring di atas kasur. Terlelap dengan selimut yang menutupi sampai dada. Tubuhnya terlihat mengurus.

Roommate; Yeonbin [✓]Where stories live. Discover now