25. Penculikan

2.2K 313 19
                                    

"Aku akan pergi dari hidupmu."

Langkah Renjun terhenti kala kata itu keluar dari bibir Haechan. Renjun membalikkan badan dan menatap wajah Haechan.

Wajah Haechan yang awalnya terlihat sendu kini menjadi datar dan dingin.

"Kau boleh keluar sekarang," ujar Haechan dengan nada tidak bersahabat sembari tangannya mengarah ke pintu.

Renjun menghela napas pasrah, ia pun lantas keluar kamar Haechan.

Brak!

Renjun terkejut dan refleks menoleh ke belakang saat mendengar bantingan pintu yang cukup keras.

Helaan napas terdengar lagi. "Haechan sekarang benar-benar marah padaku."

Ponsel Renjun yang ada di saku bergetar. Ada sebuah panggilan video grup dari ... Jaemin?!

Mata Renjun melotot, dia buru-buru berlari ke kamarnya dan menerima panggilan video itu.

Panggilan terhubung, di sana ada Jeno yang sedang belajar, Haechan yang tadi ada di kamar, Renjun yang diam-diam memperhatikan Haechan, takut jika Haechan melakukan hal buruk, tetapi untung saja tidak. Dan kamera Jaemin yang tidak menyala.

"Jaemin?" panggil Renjun.

Kamera Jaemin dinyalakan. "Um, maaf hyungdeul. Ini aku, Jisung."

Jisung sepertinya masih berada di kamar Jaemin yang tadi, dan saat Renjun memperhatikan belakang Jisung, di sana masih ada Jaemin yang terbaring di ranjang, dengan seluruh tubuh ditutupi kain putih, posisinya masih sama seperti tadi.

Renjun benar-benar ingin menangis melihat pemandangan itu.

"Aku minta tolong, sampaikan pada wali kelas Jaemin Hyung, dia tidak masuk sekolah selama beberapa minggu ini. Lalu, kalian jangan beritahu teman-teman yang lain soal ini ya?" Wajah Jisung terlihat lebih ceria.

"Jisung-ah," ujar Jeno dengan suara serak seperti habis menangis.

"Ya, ada apa Jeno Hyung? Tenang saja, setelah Jaemin Hyung bangun nanti, dia pasti kembali sekolah." Jisung mengerjabkan mata.

"Jisung-ah. Kau gila ya?" tanya Haechan, matanya sudah berair.

"Kenapa Haechan Hyung bilang begitu?" tanya Jisung dengan wajah sedih.

"Jaemin nggak akan bangun lagi!" seru Haechan sampai-sampai suaranya terdengar dari kamar Renjun.

Lantas Haechan memutuskan panggilan, setelah itu bunyi isakan mulai terdengar.

"Jisung, tenang dulu," kata Renjun.

"Apa? Renjun Hyung juga mau bilang kalau aku gila?" Mata Jisung sudah berkaca-kaca.

"Benar kata Haechan, kau sudah gila Jisung. Jaemin sudah tiada dan nggak akan bangun lagi. Dan kau tadi bilang kalau Jaemin akan sekolah lagi? Jangan buat kami berharap terlalu tinggi lalu kau jatuhkan," ujar Jeno dengan tenang.

Jisung lantas mematikan sambungan telepon, membuat panggilan video yang awalnya bertiga itu kini menjadi panggilan video pribadi antara Jeno dan Renjun.

"Jeno, bukankah perkataanmu keterlaluan? Kau tidak boleh bilang begitu pada Jisung, dia sudah seperti adik kita sendiri."

***

Renjun mengigiti kukunya karena khawatir dengan Haechan.

Adiknya itu belum juga keluar kamar sejak insiden Renjun diusir dari kamar Haechan tadi. Renjun mendekati pintu, mencoba menguping. Namun ia tak mendengar suara apapun dari dalam sana, padahal Haechan orang yang berisik dan tidak bisa diam.

Dear My Stepbrother [END]Where stories live. Discover now