Tomorrow

17 3 0
                                    

♪ Playlist :
Tomorrow - Chanyeol EXO

3. Tomorrow

Kevin menyesap kopi dalam mug putih yang polos. Matanya tak lepas dari memperhatikan layar laptop yang menyala.

Waktu sudah hampir tengah malam, tapi Kevin masih sibuk dengan misinya. Bahkan sudah sejak pulang sekolah tadi, ia hanya duduk diam di hadapan laptop. Makan pun diantar oleh Bi Meli, asisten rumah tangga.

Laptop menampilkan narasi mengenai apa yang ia cari. Karena pusing sendiri, pukul 8 malam, Kevin meminta asisten pribadi Ayahnya untuk membantu.

"Kok, nggak ada keterangan soal cowok tadi, sih!" Kevin menggerutu. Ia kembali memindai tiap katanya.

"Kalo Abangnya, mukanya beda banget," monolog Kevin lagi.

Ia masih ingat jelas wajah cowok yang menjemput Rose. Sedangkan wajah cowok yang diakui sebagai saudara laki-laki cewek itu, berbeda dengan yang Kevin lihat.

Kalau pacar? Dari data yang dikirim oleh Marles, tidak menunjukkan bahwa Rose memiliki seorang kekasih.

Sebab hal ini, Kevin semakin pusing. Rasa penasaran dalam dirinya segera menggebu-gebu. Ia bertekad harus mendapatkan informasi sekecil apapun itu.

Menghela napas berat, Kevin melirik jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan tengah malam lewat.

Dengan segera, Kevin pun menutup laptopnya dan pergi ke kamar. Ia harus mengistirahatkan otaknya yang sudah berasap.

"Besok Jum'at, Sabtu sama Minggu libur. Gue ikutin aja kali, ya," gumam Kevin sambil menatap langit-langit kamar.

Itu bukan ide buruk. Kalau besok Rose dijemput cowok yang sama, Kevin akan mengikutinya.

"Masa iya, sih, gue beneran suka sama tuh cewek." Kevin memukul kepalanya pelan. Kemudian meringis ketika membayangkan ia benar-benar menyukai cewek itu.

🌻🌻🌻

"Bang!" Seruan itu mengagetkan seorang cowok yang sedang asyik bermain game di atas ranjang. Apalagi gebrakan pintu yang suaranya begitu memekakkan telinga.

"Apaan, sih! Berisik!"

"Bang! Gue mau curhat, nih," ujar cewek yang mengagetkan si cowok tadi. Cewek itu duduk di tepi ranjang begitu saja.

"Curhat mulu, lo!" Cewek itu hanya nyengir. Kemudian memegang lengan kekar Abangnya dengan manja.

"Bang Shaka yang ganteng, dengerin curhatan Dede, ya," pintanya kemudian. Cewek itu mengedipkan matanya dengan sok imut, membuat Shaka bergidik ngeri.

"Udah cepetan! Abang mau push rank lagi," putus Shaka pada akhirnya. Ia tidak bisa tidak menuruti keinginan sang adik.

"Yes!" pekik cewek itu. Ia pun mulai memposisikan diri senyaman mungkin di ranjang Shaka. "Bang, gue suka sama temen lo, tau."

"Udah tau." Sahutan Shaka membuat mata cewek itu membola.

"Lo udah tau?" Shaka mengangguk. Karena cowok itu memang sudah mengetahuinya.

"Kamar lo isinya poto temen gue semua, Shafa!" Balasan Shaka barusan membuat Shafa langsung heboh sendiri.

"Lo ngapain masuk kamar gue?!" Sosok cewek yang notabene adalah adik Shaka itu memekik. Ia tidak pernah membiarkan siapa pun itu masuk ke kamarnya tanpa izin.

LoveableWhere stories live. Discover now