Best Luck

13 3 0
                                    

♪ Playlist :
Best Luck - Chen EXO

4. Best Luck

Sesuai ucapannya di lapangan indoor tadi, Kevin langsung meninggalkan Shaka dan Adit sesaat setelah bel pulang berbunyi. Cowok itu juga mengabaikan panggilan dua temannya.

"Tuh anak kenapa sih, heran!" kesal Adit. Ia memasukkan barang-barangnya dengan kasar ke dalam tas. Seolah melampiaskan kekesalan akibat ulah Kevin.

"Sekarang waktunya di apartemen Kevin, kan?" tanya Shaka, yang kemudian diangguki oleh Adit.

"Tapi tuh anak nggak ikut katanya, terus ngapain kita ke sana," sahut Adit. Ia menyandang tasnya ke pundak.

"Kita libur aja, deh. Gue juga mager kalo berdua doang. Berasa homo." Adit melotot mendengar ucapan Shaka. Ia tidak sampai berpikir ke sana.

"Anjir bener! Gue baru ngeh kalo kita berdua doang jadi kayak orang pacaran. Pulang aja udah!" putusnya kemudian.

Mereka keluar dari kelas, menuju tempat parkir yang perlahan menyepi. Kendaraan murid lain satu-persatu di bawa kembali sang pemiliknya.

"Lagian Bunda sama Ayah gue udah harus pergi lagi lusa," lanjut Adit dengan helaan napas berat.

"Ya mending lo habisin waktu lepas rindu sama orang tua lo, kasian gue liatnya," ujar Shaka dengan santai.

"Asem lo!" Adit memukul lengan Shaka. Lalu melanjutkan, "Tapi bener, sih. Pekerjaan mereka penuh tuntutan."

Shaka tertawa kecil. Ia menaiki ninja kesayangannya kemudian memasang helm full face warna hitam. Menatap Adit sejenak lalu menyalakan mesin motor.

"Demi kecukupan hidup lo lahir dan batin, kan? Toh mereka masih inget pulang dan selalu ngabisin waktu sama lo setiap di rumah." Adit diam membenarkan.

Meskipun selalu ditinggal berbulan-bulan, saat pulang, kedua orang tua Adit selalu memaksa anak itu di rumah saja untuk family time.

"Oke. Mari kita pulang."

🌻🌻🌻


Rose jalan beriringan dengan Melati. Mereka baru saja keluar kelas hendak menuju gerbang. Hari ini Melati tidak membawa kendaraan sendiri, begitu juga dengan Rose.

"Lo pulang dijemput siapa?" tanya Melati.

"Gue barusan chat Bang Raki. Gue suruh jemput, mungkin udah nunggu di depan," jawab Rose sembari memasukkan HP-nya ke dalam tas.

"Nggak dijemput pacar lo?" Rose tersenyum kecil mendengarnya. Hanya Melati saja yang tahu bahwa Rose memiliki seorang kekasih.

"Tadi pagi habis nganterin gue udah balik ke pusat, ada masalah di hotelnya." Melati angguk-angguk kepala.

"Oh iya, besok pagi lo jemput gue di rumah, ya," pinta Rose kepada Melati saat keduanya sudah hampir dekat gerbang.

"Mau ngapain? Pura-pura liburan sama gue lagi?" Rose tertawa kecil. Ia sering meminta izin orang tuanya untuk pergi liburan dengan Melati. Padahal cewek itu hanya berasalan saja, aslinya Rose pergi bersama pacarnya.

"Please! Gue nggak mau bikin mereka khawatir." Rose memelas. Ia menampilkan wajah imutnya di depan Melati.

Sedangkan Melati, menghela napas berat. Sudah dua tahun Rose berlaku demikian dan belum diketahui oleh keluarganya. Rose hanya mengandalkan Melati dalam segala hal.

"Padahal yang lo lakuin ini lebih bikin mereka khawatir." Rose tidak menggubris. Cewek itu hanya tersenyum sebagai respon simpel.

"Bang Raki udah nunggu, gue duluan, ya. Besok jangan lupa," pamit Rose.

LoveableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang