14 - Hari Terakhir

53 5 2
                                    

"Kita adalah dua orang yang pernah memiliki rasa yang sama namun tak ditakdirkan untuk terus bersama."

[Fatih Eijaz Zakiyyan]

***

Keesokan harinya....

Awal pagi yang cerah, Fatih telah bersiap untuk berangkat sekolah. Hari ini adalah hari terakhir Fatih bersekolah di SMA Al-Azhar. Setelah Ana membantu mengurus kepindahan Fatih, Fatih akan di pindahkan ke Pondok Pesantren Darunnajah. Fatih pun beranjak, lalu berjalan mendekati Ana yang tengah memanasi motornya. Sementara itu, Ana yang menyadari Fatih tengah berjalan menghampiri Ana, Ana pun langsung mengambil helm dan memberikannya ke Fatih.

"Makasih mba." Fatih menerima helm dari Ana.

"Iya adik tercinta. Sudah siap?" Tanya Ana, sambil mengenakan helm.

Fatih hanya mengangguk, lalu dia duduk di jok belakang. Perlahan Ana mulai melajukan motornya. Keadaan jalan hari ini begitu ramai, membuat laju Ana tidak begitu cepat. Kota Jakarta tidak bisa jauh dari namanya kemacetan, terlebih lagi di pagi hari. Banyak orang kantoran berangkat, maka tidak kecil kemungkinan di beberapa ruas jalan akan ada kemacetan. Ana pun dengan gesitnya melewati mobil melalui sela-sela kecil. Ana mencoba untuk menghindari kemacetan, agar Fatih tidak telat sampai di sekolah.

Beberapa saat kemudian, Ana dan Fatih pun sampai. Ana mengantarkan Fatih sampai ke dalam parkiran sekolah. Setelah sampai di parkiran, Fatih pun turun dari motor. Fatih pun melepas helm dan memberikannya pada Ana.

"Wali kelas kamu datang jam berapa nanti?" Tanya Ana sambil memasukkan helm Fatih ke dalam bagasi motor.

Fatih melirik arloji yang dia pakai, "Sekitar jam tengah 8an si Kak." Sejenak Fatih menetap Ana, "Mba nanti kerja jam berapa?"

"Jam 10 si." Ana menatap Fatih, lalu mendekat ke Fatih dan mengamit tangan Fatih, "Kamu sudah yakin dan mantap pindah dari sini?" Ada keraguan dalam diri Ana terhadap keputusan Fatih.

Dari mata Fatih, Ana seperti melihat ada sesuatu hal yang Fatih sembunyikan. Mata Fatih pun sedari tadi melihat ke sekeliling, seperti tengah mencari seseorang. Tatapan Fatih kembali ke Ana, lalu tangan Fatih menyentuh pundak Ana dengan lembut.

"In syaa allah ini adalah keputusan terbaik bagi aku." Fatih menghela napas sebentar, lalu melempar sebuah senyuman ke arah Ana.

Ana mengernyitkan dahinya, "Beneran? Mba rasa, ada suatu beban yang hendak kamu sampaikan kepada seseorang." Ana menggigit bibirnya sebentar, lalu memutar kedua bola matanya, "Bukannya mba asal nebak. Tapi dari tadi mba perhatiin, kamu liatin sekeliling terus. Kamu cari siapa si?"

Fatih tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya. Memang saat ini, Fatih tengah menanti seseorang dan seseorang itu adalah Afifah. Sebelum dia pindah dari SMA Al-Azhar, dia ingin melihat Afifah untuk terakhir kalinya sebelum dia berangkat ke pondok nanti. Sementara Ana, dia merasa heran ketika melihat Fatih yang tiba-tiba bengong.

"Heyy!!! Fatih." Ana spontan menepuk pundak Fatih.

Fatih pun terkejut bukan main dan lamunannya pun menjadi buyar. Ana menggelengkan kepalanya, karena melihat tingkah aneh adiknya itu.

"Kamu lagi nyari siapa si?" Tanya Ana penasaran.

Baru saja Fatih akan menjawabnya, tiba-tiba pandangannya menangkap sosok perempuan yang tak asing masuk ke dalam SMA Al-Azhar. Ya..., itu Afifah. Sosok perempuan yang selalu memberinya spirit di balik sikap dinginnya. Sementara Ana, dia pun mengikuti arah pandang Fatih. Ana pun mendapati sosok perempuan yang tengah menatap Ana dan Fatih juga.

A F I F A H (SlowUpdate) Where stories live. Discover now