16 - Indonesian Tahfidz Competition

76 5 0
                                    

"Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."

[QS. An-Nahl 16:1]

***

Satu Tahun kemudian....

Masa SMA telah usai....
Tak terasa sudah satu tahun telah Afifah lewati. Masa SMA telah berakhir dan Kini Afifah tengah fokus untuk persiapan ITC yang akan di adakan 2 hari lagi. Kelulusan Afifah di umumkan seminggu yang lalu. Afifah mendapat Juara Umum dan menjadi Siswi terbaik di SMA Al-Azhar dengan rata-rata 95. Dengan hasil tersebut, peluang Afifah untuk mendapat beasiswa dari Universitas Al-Azhar di Kairo semakin terbuka lebar. Afifah tinggal menunggu surat pemanggilan dari Kedubes Indonesia yang ada di Mesir.

Saat ini Afifah tengah mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa ketika ITC nanti. Hari ini adalah Hari Keberangkatan ke tempat ITC. ITC akan di adakan di SMA Al-Azhar dan lomba tersebut bersifat umum. Peserta yang mengikuti ITC akan di karantina selama perlombaan berlangsung. ITC bertepatan dengan dengan Bulan Suci Ramadhan, maka dari itu keperluan yang Afifah bawa sangat banyak.

Disaat Afifah tengah sibuk membereskan barang-barang yang ia akan bawa, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Afifah dari luar. Afifah pun menghentikan aktivitasnya dan bergegas membuka pintu. Ternyata yang mengetuk pintu kamar Afifah adalah Umi Arifah.

"Umi..." Seru Afifah, sambil mengamit tangan Umi Arifah lalu mengajaknya masuk.

Ketika Umi Arifah masuk ke dalam Kamar Afifah, keadaannya begitu berantakan. Banyak barang-barang yang berserakan, membuat Umi Arifah tergerak hati untuk membantu Afifah.

"Fifah lagi berberes keperluan untuk ITC nanti dan Fifah gak bilang ke Umi?" Seru Umi Arifah, sambil merapikan baju Afifah, "Udah gak butuh bantuan Umi nih?" Umi Arifah mengambil koper dari dalam lemari Afifah.

Pertanyaan Umi Arifah seketika langsung membuat Afifah terdiam. Perlahan Afifah menoleh dan menatap Umi Arifah yang kini tengah memasukkan baju Afifah ke dalam koper. Afifah pun sadar. Sedewasa apapun diri kita, akan tetap terlihat seperti Anak Kecil di mata Ibu kita. Afifah pun langsung beranjak, lalu menghampiri Umi Arifah dan langsung memeluk Umi Arifah dari belakang.

Umi Arifah pun langsung tertegun, ketika anak semata wayang memeluk dirinya dari belakang. Sejenak Umi Arifah mendengar isak tangis dari belakang. Jadi kamu masih butuh Umi. Maafin Umi, bukan Umi bermaksud untuk membuat kamu menangis. Perlahan Umi Arifah mengurai tangan Afifah yang melingkar di perut Umi Arifah, lalu Umi Arifah berbalik dan menatap anak semata wayang yang tengah merunduk sambil menitikkan air mata.

"Umi minta maaf ya, Fah. Umi bukan bermaksud untuk...." Belum sempat Umi Arifah menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba jari Afifah mendarat di bibir Umi Arifah. Membuat Umi Arifah seketika terdiam.

Afifah menggelengkan kepala, "Umi tidak perlu meminta maaf. Malah Umi udah nyadarin Fifah, kalau Fifah masih butuh bantuan Umi." Afifah mengamit tangan Umi Arifah, lalu menciumnya secara perlahan.

"Afifah minta maaf ya, Umi. Dan terima kasih, karena telah menyadarkan Fifah. Fifah sadar, bahwa sedewasa apapun seorang anak akan tetap terlihat seperti Anak Kecil di mata seorang ibu." Afifah membela wajah Umi Arifah dengan lembutnya, "Fifah merasa seperti itu kalau di depan Umi." Afifah pun melempar sebuah senyuman yang membuat Umi Arifah menjadi damai.

A F I F A H (SlowUpdate) Where stories live. Discover now