T U J U H B E L A S

739 160 3
                                    

"Oh, astaga! Kenapa bisa basah seperti ini?! Mas apakan anakku?!" tuduh Jeselin pada Jeffrey yang menggandeng tangan Jaffan yang tubuhnya basar dengan air yang terus menetes dari bajunya yang sudah basah kuyup.

"Bukan ayah, Bunda. Marahi om Juno, masa dia lempar Jaffan ke kolam," adu Jaffan pada sang bunda.

Juno yang baru masuk ke dalam rumah langsung meringis kesakitan ketika jari-jari sang kakak ipar menarik telinga kanannya.

"Kamu apakan anakku, Juno?" tanya Jeselin dengan diselingi geraman.

"A-akhh... Kak Jes ampun!" pekik Juno ketika telinganya semakin ditarik ke atas.

Jaffan yang melihat Juno dijewer tertawa puas melihat pamannya itu meminta ampun kepada sang bunda.

"MAKANAN SUDAH SELESAI!!" pekik Nana dari arah dapur.

Mendengar hal itu Jeselin langsung melepaskan jeweran di telinga Juno dan memutuskan untuk mengganti pakaian Jaffan terlebih dahulu lalu pergi ke ruang makan untuk makan malam, ya kali berenang.

─── ⋆ ───

Mereka menyantap makanan tanpa suara sama sekali. Hanya terdengar dentingan antara alat makan dan piring keramik itu.

Jeffrey selesai terlebih dahulu dari kegiatan makannya. Dirinya meletakkan sendok dan garpunya di atas piring keramiknya. Mengelap bibirnya menggunakan tisu yang berada di depannya dan mengelap tangannya menggunakan kain kecil yang berada di pahanya.

"Ekhmmm," deham Jeffrey. Semua orang yang ada di ruang makan lantas mengalihkan pandangan mereka ke arah Jeffrey.

"Ada apa, Jeffrey?" tanya Nana yang juga sudah selesai makan.

"Ma, Mama mau cucu satu lagi enggak?" tanya Jeffrey.

Mendengar pertanyaan itu lantas membuat sebuah senyuman terbentuk di bibir Nana. "Kenapa kamu tanya begitu?" tanya Nana.

Jeffrey menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa, Ma, cuman ingin tahu saja," jawabnya.

"Pastilah Mama mau, siapa sih yang enggak mau punya cucu banyak, bakal ramai kalo lagi kumpul," imbuh Nana dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Mau menunggu adikmu punya anak, kayaknya bakalan bikin Mama jadi tambah keriput," tambah Nana yang memang niatnya menyindir sang bungsu.

"Aku lagi," Helaan nafas Juno embuskan karena capek menghadapi mamanya yang sangat kekeh agar dirinya segera berumah tangga. Padahal kan dirinya juga masih 25 tahun, masih muda kan?

"Kayak ada yang ngomong, tapi kok enggak ada orangnya?" tanya Nana sambil meletakkan tangannya di samping telinga dan berpura-pura mencari seseorang.

"Juno malas sama banget kalau udah bahas beginian," tutur Juno.

"Kenali dulu Juno sama kenalanmu, Jes, bisa-bisa jadi perjaka tua anak bungsu Mama ini," pinta Nana pada Jeselin yang sedari tadi memilih diam.

"Nanti Kakak kenali ke adik tingkat Kakak dulu deh, Juno. Kamu mau kan?" tanya Jeselin yang dibalas gelengan oleh Juno.

"Kayaknya sedari tadi kalian bicara sama Mama aja. Kalian enggak ajak Papa bicara?" Tama dengan nada yang diimut-imutkan.

Nana yang melihat itu lantas menutup matanya dengan tangan. "Kamu tuh suka enggak ingat umur ya? dah tua masih aja sok imut. Ingat rambut udah banyak yang putih," cibir Nana pada sang suami.

"Ya aku cemburu lah, kan aku kepala rumah tangga di sini, masa enggak diajak bicara," sahut Tama.

"Bukan Papa Juno itu mah," ucap Juno yang tiba-tiba saja membuat semua orang tertawa.

Keluarga Bapak Jeffrey [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang