Pernah Berteman

10 0 0
                                    


"Kenapa selalu sendiri?"

"Untuk apa ramai-ramai?"

"Teman-temanmu, dimana?"

"Tidak ada."

"Sama sekali?"

Naya mengangguk, lalu meneguk minuman dingin yang dipesan oleh seseorang yang baru dikenalnya dua hari lalu.

Siang ini matahari sedang terik. Beberapa orang yang berlalu-lalang terlihat menutupi sebagian wajahnya dengan tangan.

"Mereka yang tidak mau berteman denganmu atau kau yang tidak mau berteman dengan mereka?" sambung Niko lagi. Ia memandangi wajah gadis yang ada disebelahnya dengan seksama. Raut wajah dan sorot mata yang selama ini ia pikir sangat pemberani. Ternyata dari dekat, justru terlihat sangat rapuh. Seperti meminta pertolongan tapi tertahan. Entah karena apa.

"Mungkin keduanya. Aku pusing."

"Pusing kenapa? Kau belum makan?" tanya Niko, khawatir.

"Bukan. Keberadaan mereka hanya membuatku pusing. Mereka tidak akan pernah ada saat dibutuhkan. Paling hanya mendengar cerita saja. Setelah itu, aku tetap berjuang sendiri menyelesaikan masalahku. Jadi untuk apa mereka ada di hidupku?"

"Setidaknya ada yang bisa mendengarkanmu? Tidak selamanya kau butuh solusi dari mereka. Terkadang hati dan suaramu hanya butuh didengar."

"Lalu setelah mendengar ceritaku. Apa mereka tidak akan menceritakannya lagi dengan teman yang lain? Yang sering kulihat seperti itu. Malah semakin membuatku pusing, kan? Karena semakin banyak suara yang terdengar dan memandang miris padaku. Mengecewakan."

Niko terdiam mendengar kata terakhir yang diucapakan Naya. "Tapi kau pernah punya teman?" tanyanya lagi pelan. Khawatir akan mengusik perasaan lawan bicaranya ini.

"Pernah," jawab Naya singkat. Ia meneguk lagi minumannya, kemudian menatap kosong ke depan. Mengenang memori yang masih sempat tersimpan.


Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang