Keping 1

2.8K 129 4
                                    

Aroma Lavender

I hate Monday!

***

Sepertinya, semua anak sekolahan benci hari Senin. Dimana kami harus bergelut dengan sinar matahari dalam mengikuti upacara bendera. Dan, aku kesiangan...

Selama aku hidup, aku nggak percaya sama yang namanya kebetulan. Tapi hari ini, pagi yang cerah menuju panas ini, aku mendeklarasikan diri bahwa aku, Kin Xue Ardiansyah, mulai percaya pada yang namanya 'kebetulan'. Tapi kalau diingat-ingat aku lebih suka menyebutnya 'kesialan' daripada 'kebetulan.'

Aku sudah terlambat bangun, sialnya saluran air di rumah sedang bermasalah, jadi aku nggak mandi. Aku cuman gosok gigi, itupun dengan air minum. Aku pakai seragam lengkap dengan dasi dan topi, nggak lupa juga jam tangan kesayanganku. Tapi kayaknya ada yang kurang, bukan sarapan yang emang nggak ada karena masalah air, entahlah. Karena dikejar waktu, aku memutuskan untuk bodoh-amat-dengan-apa-yang-kurang-itu.

Pagi yang kesiangan ini, aku mengutuk supirku menjadi Rio Haryanto menuju sekolah. Sialnya lagi, padahal sudah dekat, jalanan Ibu Kota malah macet. Jengkel sudah sampai ke ubun-ubun, akhirnya aku keluar dari mobil dan memutuskan untuk berlari saja. Dengan tergopoh-gopoh aku berlari zig-zag di antara sela-sela mobil menuju terotoar. Sekarang gantian aku yang harus jadi Rio Haryanto, tapi tanpa mobil BMW-ku.

Aku lirik jam tangan, beberapa menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dan upacara dimulai. Ah, sial! Kemana perginya Dewi Fortuna saat ini?

Tiiittt... Tiiiiittt... "Woi!" Suara klakson dan teriakan nyaris membuatku terjungkal.

"Lo anak Nusa Bangsa, kan?"

Seorang cowok berseragam sama sepertiku tapi dibalut jaket denim menyebutkan nama SMA-ku. Dia berhenti tepat di sisiku. Aku memandangnya bingung.

"Gue ngomong sama lo, Ngab!" teriaknya lagi, masih di atas motor Naked hitamnya. Alis tebal dan mata tegas dari balik helm full face-nya menyorot lurus ke arahku.

Aku yang kaget dan bingung mengangguk ragu.

"Kuy, naik! Ntar telat lo kalau jalan kaki. Ayo! Gue juga anak Nusa Bangsa. Cepet!"

Well, aku nggak tau ini cowok siapa dan muncul dari mana, anggap saja Dewi Fortuna mendengarku, daripada telat dan dihukum bersihin toilet lebih baik nebeng sama cowok sok asik ini. Aku pun naik, dan motor mulai melaju membelah lautan kendaraan, lalu berbelok ke gang kecil menghindari kemacetan.

Dua kata untuk kesan pertamaku pada cowok ini, baik dan wangi.

Kami nyaris menabrak gerbang sekolah yang hendak ditutup Pak Satpam, untungnya nih anak lebih cepat dan lihai.

Bruuk... Baru saja aku menyebutnya 'lihai' dan sekarang dia sudah menabrak tong sampah. Aku tarik kembali ucapanku, deh.

"Maaf, Pak Wan. Buru-buru!" teriaknya pada Pak Satpam.

"Kebiasaan emang kamu, Refo!" balas Pak Satpam.

Hmm... mereka terdengar akrab. Fix, pasti nih anak sering telat.

Kami terus melaju ke parkiran tanpa peduli tong sampah yang terguling, untung ini masih pagi, jadi masih belum ada sampahnya.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang