XXV. Provocatio tertia pars IV: Opponamus eos. Sic, guys vos festinate!

140 30 0
                                    

Befriel melirik takut ke arah Johnny. Johnny yang sadar hanya mengabaikannya dan fokus bermain ponsel miliknya saja.

Kini, mereka sedang berada di bus. Ya, ini pertama kalinya bagi Befriel untuk naik ke bus. Selama ini, ia hanya selalu diantar menggunakan mobil pribadi; membuat ia menjadi tidak bisa menaiki kendaraan umum.

Sebenarnya, ayahnya mengizinkannya untuk menaiki kendaraan umum—tapi justru mama malah tidak menyetujuinya. Ingat jika Befriel mempunyai seorang mama yang sangat over protektif, bukan?

Maka, menaiki bus untuk pertama kalinya bersama Johnny membuat Befriel senang tidak terkira. Menaiki bus sambil melihat pemandangan kota Seoul saat di malam hari—sangat indah sekali.

"Hei, Nak. Aku harus memanggilmu dengan nama Korea atau nama Inggrismu?" tanya Johnny dengan pandangan yang tidak lepas dari ponselnya.

Befriel yang awalnya menatap pemandangan luar jendela kini mengalihkan tatapannya ke Johnny.

"Hah? Maksudnya?" Oh, sepertinya Johnny lupa jika Befriel tidak terlalu lancar dalam berbahasa Korea.

Johnny kemudian menanyakannya kembali menggunakan bahasa Inggris. "Should I call you by Korean name or English name?" Ah, Befriel paham apa yang Johnny tanyakan sekarang.

"Just call me by my Korean name, Ahjussi," jawab Befriel dengan menggunakan bahasa Inggris dan sedikit menggunakan bahasa Korea.

Johnny menghela napasnya. Apa anak ini benar-benar tidak bisa berbahasa Korea?

"Do you really not speak Korean, Beomgyu?" Jika Beomgyu benar-benar tidak bisa berbahasa Korea, maka terpaksa; Johnny harus menggunakan bahasa Inggris setiap harinya kepada Beomgyu.

Beomgyu menggeleng tidak terima. "I can speak Korean. Unfortunately, I can only speak basic Korean." Beomgyu tidak berbohong, ia bisa berbahasa Korea; walaupun hanya dasar saja.

Bisa-berbahasa-Korea-tapi-hanya-dasar-saja. Baiklah, lebih baik Johnny berbicara dengan Beomgyu menggunakan bahasa Inggris saja. Daripada anak itu nantinya bingung kalau disuruh berbicara menggunakan bahasa Korea.

"Didn't your parents ever teach you to learn Korean, Gyu?" tanya Johnny yang heran mengapa Beomgyu tidak bisa berbahasa Korea—padahal orang tuanya memiliki darah Korea.

"Mom and Dad," cakap Beomgyu, "they are too busy in their work. So, there is no time for them to teach me Korean."

Sekarang Johnny mengerti mengapa Beomgyu tidak terlalu bisa berbahasa Korea—orang tuanya terlalu sibuk pada pekerjaan mereka masing-masing hingga lupa pada kewajiban mereka terhadap anak mereka sendiri.

"But, you can't ask your parents to hire a private tutor, can you?"

"I told them to hire a private Korean tutor for me. But, they always forget because they are busy working." Kali ini, Johnny tidak bisa berkata-kata lagi.

Aku tidak menyangka, jika Beomgyu salah satu anak yang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya hanya karena orang tuanya sibuk bekerja.

Beomgyu terlihat sedih ketika mengatakannya. Dari situlah, Johnny bisa langsung menyimpulkannya.

Banyak anak di dunia ini yang nasibnya sama seperti Beomgyu; sama-sama terabaikan oleh orang tua yang sibuk bekerja. Terkadang Johnny heran, apa pekerjaan mereka lebih penting daripada anak mereka? Kalau memang benar, lalu untuk apa mereka mempunyai anak jika anak mereka sendiri saja terabaikan oleh pekerjaan.

Johnny paham jika mereka bekerja itu untuk anak mereka. Tapi, apa tidak bisa meluangkan waktu sebentar saja untuk bermain dan mengajar anak? Yang anak inginkan itu adalah kebahagiaan selamanya, bukan kebahagiaan sementara.

Treasure: Survive in an unfamiliar CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang