sebuah pengakuan

538 49 2
                                    

Riki keluar dari kamar mandi setelah setengah jam berada didalam, dia hampir saja terjatuh jika Santa tidak sigap menahannya.

"Lu ngapain sih berdiri disini, kalau gua jatoh terus patah tulang gimana?!!!"omel Riki yang kini sudah berdiri sempurna.

"Tidak bakalan terjadi, kan ada gua"jawab Santa sambil menoel dagu Riki.

Riki memutar memutar bola matanya malas, lelaki itu tak pernah mempan dengan omelannya.

"Lapar" rengek Santa sambil menggoyang-goyangkan lengan kiri Riki.

"Kalau lapar itu makan bukan merengek kayak kakek mesum"ketus Riki lalu melepaskan pegangan Santa dilengannya.

Santa mengekor Riki kemana pun hingga Riki frustasi dengan kelakuan Santa yang absurd itu.

"Mau makan apa?" Tawar Riki akhirnya

"Omurice"jawab Santa antusias

"Lagi?udah 2 hari loh kita dinner omurice, ga bosan?"

Santa menggelang mantap lalu segera mendorong Riki menuju dapur. Riki mulai memasak dengan Santa yang tak melepaskan pandangan matanya dari Riki.

Setelah selesai acara makan bersama yang lebih tepatnya menemani Santa makan karena Riki sedang program diet untuk menurunkan berat badannya agar tidak mempersulit untuk mengajar nantinya.

"Kenyang?" Tanya Riki

"Ehem"senyum Santa sambil mengelus perutnya yang membuncit.

Riki mengambil piring dan gelas kotor didepan Santa dan membawanya, dia juga membersihkan sisa masak dan mencuci piring.

"Riki san...

"Hmmm"

"Kalau kesini bawain es krim ya"

Tak ada balasan lagi dari Riki, Santa juga tidak lagi bersuara.

.

.

.

Riki datang dengan es krim rasa coklat berukuran besar ditangannya.

"Nih"sodor Riki ke Santa yang fokus menonton televisi.

"Maaci"

Santa mengambil es krim dari tangan Riki lalu menyendokkannya kemulut setelah sebelumnya membuka tutup es krim.

Riki ingin pergi tapi dicegah Santa dengan memegan salah satu lengannya.

"Mwau kwemana?" Tanya Santa dengan mulut penuh es krim. Kekuatan gigi Santa patut diacungi jempol ya, karena biasa aja dan tidak merasa ngilu seolah yang dia makan adalah yogurt bukan es.

"Tidur, besok gua ngisi kelas untuk nyiapin anak-anak tampil di pekan olahraga bulan depan"jawab riki.

"Ga bisa nanti aja tidurnya?udah jarang tau kita Netflix and chill"tanya Santa dengan memasang puppy eyes andalannya saat memohon sesuatu sama Riki.

Entah bagaimana jurus puppy eyes Santa selalu bisa buat Riki menuruti kemauan lelaki hiperaktif dan manja itu.

Riki mendudukkan diri disebelah Santa yang melanjutkan nonton sambil terus menyendokkan es krim kemulutnya.

Malam semakin larut, ini sudah film kedua yang mereka tonton tapi Santa tak menunjukkan tanda-tanda akan segera tidur sendangkan matanya sudah 5 wat a.k.a sudah mengantuk berat.

Sekian lama menahan kantuk, Riki akhirnya ko juga dan berakhir tertidur pulas sambil memeluk boneka panda.

"Hahahaha...sibotak terpele....

Santa tak melanjutkan kalimatnya saat melihat Riki tertidur pulas disebelahnya, wajah tenang Riki saat tidur satu hal yang paling disukai santa, terlihat seperti bayi yang rapuh dan perlu perlindungan.

Melihat Riki yang semakin menekuk kakinya, Santa mengambil selimut dibelakang Riki hati-hati dan memakaikannya.

Riki yang kebetulan posisi tidurnya menghadap Santa membuatnya leluasa memandangi pria jutek itu, melihat ada sedikit rambut yang menghalangi pandangannya, Santa dengan pelan dan lembut menyingkirkannya dan berakhir mengelus pelan pipi putih kemerahan itu.

"Riki san... Daisuki"ucap Santa setengah berbisik.

Home (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang