I'm BrOKen

308 33 1
                                    

"Akhhh" Itu suara Patrick.

Tangan Daniel bergetar kuat.
Jangan sekarang.

"Akhh, ampun. Ini sakit om. Ampun Patrick gak kuat. Udah,, akhh"

Tolong jangan kambuh sekarang.

Semakin dekat, dengan ruangan itu membuat kaki Daniel semakin berat.
"Lari Keyu, lari"

Bugh. Ia terperosot di lantai sambil menutupi telinga nya.

"Keyu jangan keluar sampai mama suruh. Sembunyi, jangan bersuara"

"Ayah!!!!!"

"Lari"

"Lari Keyu"

Suara suara itu serta suara gema dari pistol kembali menghantui nya. Tidak, tidak boleh. Ia tak boleh lemah. Patrick masih membutuhkan dia untuk menyelamatkannya.

'Daniel kamu gak boleh panik, jangan sampai trauma sialan itu kembali menguasai kamu. Patrick butuh kamu. Kamu bisa melawan itu semua, ' ia berusaha menenangkan diri nya dengan terus menarik nafas dalam dalam lalu mengehembuskannya.

.

.

.

Riki ikut terbangun saat merasakan pergerakan dari Santa. Pria itu keluar mengikuti Santa yang sedang berbicara. Dia mendengar segalanya, melihat ekspresi Santa ia tau. Pria itu pasti sedang ragu.

Santa berbalik dan mendapati Riki yang sedang menatap nya. "Kok bangun? "

"Pergi aja kalau lu khawatir"

"Tapi lu gima~" Ucapan Santa terhenti setelah mendapati kecupan singkat dari Riki.

Demi apa? Dia benar benar di cium Riki? Tanpa paksaan loh.

"Gak usah khawatirin gua, gua udah gede. Pergi aja" Potong nya.

Ia sebenar nya ingin ikut, namun ia masih lelah dan besok masih ada jadwal latihan.

"Lagi" Santa tersenyum bodoh.

Riki memutar mata nya malas. Dasar mesum. Meskipun dia ngebatin tapi tetap saja masih mendaratkan kecupan ringan di bibir pria itu.

.

.

.

Brakk

Daniel berhasil menobrak pintu kayu itu hingga jebol.

Nafas nya memburu, di sana ia melihat Patrick yang sedang terikat dengan luka cambuk dimana mana. Kaki nya hampir berlari sebelum suara dingin menghentikan nya.

"Selangkah kamu maju, maka nyawanya akan melayang" Ucapan itu datang dari sebelah kanannya. Ia melihat Mika yang duduk dengan angkuh sambil menodongkan pistol kearah Patrick.

Bugh

Seseorang baru saja memukul kaki Daniel hingga ia terduduk.

Bugh

Kali ini punggung nya yang jadi sasaran nya.

Bugh... Bugh...

Ia tak berani melawan. Di depan nya ini ada Mika orang yang paling nekat yang ia kenal. Kalau ia melawan pasti Patrick yang akan kena imbasnya.

"Jangan pukul gege" Patrick tak tahan melihat Daniel terus di pukuli. Meskipun lirih suara nya mampu terdengar di ruangan ini.

Mika tertawa. Ia memberi isyarat pada bawahannya.

Ikatan Patrick di lepas, ia di bawa untuk lebih dekat dengan Mika.

"Romantis nya, kalian berusaha untuk saling melindungi. Sayang sekali, saya yang berkuasa di sini. Saya yang menentukan siapa yang bisa hidup. Jadi~" Mika langsung mengarahkan pistol di tangan nya ke pelipis Patrick. Pria itu bergetar ketakutan. Dia benar benar tidak pernah berasa di posisi ini.

"Jangan saya mohon,, saya tidak akan menentang ayah lagi"

Mika terkekeh "ayah? Baru ingat kamu kalau saya ayah kamu?"

Daniel terdiam, dia mengepalkan tangannya erat.

"Kamu pikir saya tidak tau apa yang sudah kamu lakukan selama ini? Kamu menentang saya Daniel, persis seperti yang ayah kandung kamu lakukan"

"Maaf... Maaf Daniel gak akan ulangi lagi. Daniel akan jadi anak yang patuh. Tolong jangan sakiti Patrick. Daniel mohon"

"Hahahaha terus memohon Daniel. Mungkin saja saya akan berbaik hati"

Daniel merangkak ke kaki Mika, terus memohon dengan menyedihkan membuat tawa Mika semakin besar.

Mika memberikan pistol yang tadi dia pegang kepada bawahan nya yg sebelumnya memukul Daniel. Namun tepat sebelum Daniel bernafas lega ia malah mengeluarkan belati lalu menusuk nya pada perut Patrick.

"Akhh" Patrick yang kaget langsung memuntahkan darah. Rasa sakit menjalar di perut nya, belum lagi rasa perih akibat cambukan tadi masih terasa. Ia melihat Daniel yang berwajah pias, dengan wajah pucat nya, Ia tersenyum pada Daniel guna menghibur gege nya itu. Mungkin ini takdir nya. Kalaupun ia mati ia ikhlas. Setetes air mata keluar dari mata Patrick. Setelah ini mungkin ia tak akan bisa lagi bertemu ayah dan mama nya.

"Patrick.. " Daniel menyeret tubuh nya menghampiri didi nya, ia memeluk Patrick erat.

"Gak, gak. Gak boleh. Patrick, jangan tutup mata kamu."

"Chou didi,, gege gak ngijinin kamu nutup mata..

Patrick buka, jangan buat gege takut, please"

Home (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang