Bab 13

23 27 0
                                    

Belum juga aku menyelesaikan perkataanku, kak Ahmad sudah memotongnya.

"Baik, tidak perlu terlalu rinci, karena itu bisa mengganggu privasi kamu" dia mencoba menjelaskan, sepertinya kak Ahmad takut aku merasa risih jika ditanya lebih jauh lagi.

Wawancara selesai begitu saja, tidak banyak yang ditanyakan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memang hanya formalitas belaka.

Jalanan macet, benar-benar tidak mau mengerti aku yang sedang lelah ini. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 14:00, ayah dan ibu pasti sudah khawatir, alhamdulillah mereka belum menghubungiku, artinya masih bisa ditoleransi.

Aku sampai di gerbang rumah pukul 15:00, untung saja setelah wawancara tadi aku berhenti di sebuah masjid tak jauh dari kantor, kalau tidak sudah pasti terjebak macet dan ketinggalan waktu sholat dzuhur.

"Gimana? Lancar?" tanya ayah di depan pintu, belum juga aku mengucap salam, mereka sudah memberondongku dengan pertanyaan.

"Alhamdulillah lancar, cuma ditanyain biodata diri aja kok" aku menjelaskan kepada manusia-manusia yang sudah sangat penasaran ini.

"Yaudah sana mandi, kamu kok bau sih Zel" ucap ibu sambil menciumi baju dan hijabku.

"Hah masak, apa jangan-jangan karena macet tadi ya, aku di belakang mobil yang gak tau ngangkut apa, tapi emang bau banget sih, setengah jam lagi di belakangnya" aku cepat-cepat berlalu menuju kamarku.

Setelah mandi dan membantu ibu memasak di dapur, kutatap jam dinding di kamarku, menunjukkan pukul 17:00, aku mencari HPku yang sedari tadi sepertinya masih berada di tasku, kulihat notifikasi yang masuk, mataku membelalak ketika membaca nama kontak "Omar", Omar menelepon 3x dan sudah pasti tidak terjawab.

Aku menata hati untuk bertanya kepadanya, ada apa gerangan.

"Ada apa Omar?" akhirnya kukirim juga kalimat tersebut setelah hampir 10 menit mengetik dan menghapus kembali, kulihat ia langsung online dan membaca pesanku, tak selang berapa lama ia mengetik.

"Aku mau ngomong sesuatu Zel" balasnya, belum sempat aku balas, ia sudah meneleponku, aku gugup sekali.

"Halo" ucapku.

"Assalamualaikum" balasnya.

"Waalaikumsalam" jawabku.

"Zel, aku mau ngomong sesuatu" katanya.

"Iya, ngomong aja" jawabku singkat, hatiku berdebar tak karuan.

"Aku suka kamu" kepalaku seperti dibenturkan ke tembok, tidak percaya dengan apa yang aku dengar, "Omar suka aku?".

"Zel, kamu masih disana kan, maaf ngomongnya tiba-tiba, aku udah lama suka sama kamu, tapi baru berani ngomong sekarang" perkataan Omar seperti menggema di gendang telingaku.

"Eh iya mar" jawabku gagap, hanya itu kalimat yang terpikirkan olehku.

"Terus kamu?" tanyanya.

"Aku? kenapa?" nyawaku seperti masih belum kembali ke tempat asalnya.

"Gimana perasaan kamu ke aku?" suaranya masih sama, menggema di gendang telingaku, seperti ketika tidur dan bermimpi, kabut-kabut putih menutupi mataku.

"Zel?" aku benar-benar gila, bahagia sekali rasanya sampai tidak bisa berkata-kata, aku menarik nafas pelan-pelan, jangan sampai Omar mengira aku pingsan.

"Aku juga" kalimat itu meluncur juga dari mulutku.

"Jadi ini hari pertama kita ya?" tanya Omar, aku tersenyum bahagia.

"Heem" kataku sambil menangguk seolah-olah Omar bisa melihatku.

Because I'm StupidWhere stories live. Discover now